Makasih atas kejutan yang Oma suguhkan. Seumur hidup, Fatia nggak akan pernah lupa hadiah ini.
- Fatia Eka Handayani -
Rima dan Siska terlihat nyaman mengobrol berdua, nampaknya topik yang mereka perbincangkan tak ada habisnya. Sedang Tunu, Alfian, maupun Dani, sibuk membahas penggelapan dana yang belakangan ini terjadi di kantor mereka. Mereka memang bekerja di perusahaan yang sama. Wajar jika mereka terlihat klop dan nyambung.Para Oma juga para orang tua sibuk mengobrol tanpa mengajak Fatia, seakan eksistensinya tidak tersorot mata ditengah-tengah mereka.
Dari kubuh orang tua, ada Om Rahman dan Tante Ayunda sebagai topik utama. Mereka orang tua Dani, yang sedang sibuk berbicara bisnis dengan Tante Rani, anak Oma Siti. Sedang Oma Siti, Oma Lasmi, juga Oma Rahma sesekali menimpali dan memberi saran.
Fatia mulai jenuh, merasa asing dengan sekitar, lebih tepatnya merasa agak terasingkan. 'Gini nih, gara-gara lima tahun nggak pulang-pulang, sekalinya kumpul malah terasa asing,' rutuknya menatap keseruan sekitar dengan tatapan nanar.
Tanpa sadar Fatia terlenah dengan lamunannya, menyesali kesibukannya dengan dunia kerja sehingga tak sempat pulang ke Manado bertahun-tahun. Lamunannya tak berlangsung lama, kala dirinya tersadar ada seseorang yang menepuk bahu kirinya.
"Oma? Ada apa?" Fatia meringis dengan canggung. Ingin tersenyum sopan malah ringisan kaku yang keluar.
Ia sedikit kaget dengan kedatangan Oma Lasmi disampingnya, namun berusaha mengekspresikan wajah se-santai mungkin agar tidak terlihat canggung.
"Memangnya menyapa cucu sendiri harus ada apa-apa dulu?"
Sudah bukan rahasia lagi, jika Oma Lasmi memang sangat menyayangi Fatia sejak kecil. Walau bukan cucu yang se-darah dengannya, tapi baginya Fatia sama dengan cucu-cucu kandungnya yang lain.
Fatia terkekeh pelan. "Nggak juga sih, Oma. Oh ya, lama juga ya nggak ngobrol berdua kayak gini, kangen nggak sama Fatia?"
Alamakk, kenapa nanya gini sih, kesannya serasa minta dikangenin!, Lagi-lagi Fatia merutuki mulutnya. Fatia memang sering asal berucap ketika sedang panik atau gugup seperti saat ini.
"Pastilah kalau itu," Oma Lasmi menatap Fatia dengan lekat. "Tidak terasa ya cucu Oma sudah se-besar ini, rasanya baru kemarin Oma elus-elus rambutmu karena menangis diganggu Dani, baru kemarin juga rasanya Oma buatkan susu hangat sehabis kamu main hujan di depan rumah. Apa kabar Fatia? Kamu sudah lama tidak mengobrol dengan Oma,"
Fatia paham maksud kata 'kabar' yang Oma Lasmi tanyakan. Kecelakaan se-masa kecilnya dulu masih sedikit memberi efek pada psikisnya, dan Oma Lasmi salah satu orang yang paling mengetahui fakta itu.
Oma Lasmi adalah orang kedua setelah Oma Rahma yang paling mengerti Fatia se-waktu kecil. Oma Lasmi sudah seperti tempatnya bertukar cerita.
Bahkan saat ia masih merasa asing dengan orang tuanya karena bertahun-tahun tak tinggal se-atap, justru Oma Lasmi lah tempatnya mengeluh karena saat itu ia tak mau menambahkan kesedihan Oma Rahma.
Ia terlalu sayang pada Oma Rahma, sehingga saat itu sebisa mungkin tangisnya, keluh kesahnya, gundahnya, luka maupun bebannya, tidak ingin ia perdengarkan pada Oma Rahma. Walau sesekali ia menelpon dengan tangis karena terlampau rindu pada Omanya yang sejak kecil sudah bersamanya.
Sungguh, sangat menyesakkan memisahkan sesuatu yang sudah terbiasa bersama bertahun-tahun. Anak kecil pun juga bisa depresi karena hal itu.
Bahkan tanpa sepengetahuan orang sekitar, Fatia kecil sempat rutin mengonsumsi obat penenang agar depresinya sedikit terobati. Orang tua maupun Oma Rahma tidak tahu hal itu sampai detik ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Omwille Van Oma (Demi Oma)
ChickLitMerasa jenuh dengan pekerjaan sekaligus butuh liburan membuat wanita berumur dua puluh empat tahun itu mengajukan cuti lalu melipir ke kota masa kecilnya. Fatia Eka Handayani, wanita karir yang keras kepala namun penyayang itu sangat antusias saat O...