Sudah lupa ya? Dia kan cucunya Oma Lasmi, teman kecil kalian.
- Oma Rahma -
Karena tak kunjung mendapat respon dari Rima, Fatia kembali menatap lekat mobil dengan plat R 17 AL yang telah terpakir beberapa ratus meter didepannya."Itu pasti Oma, sana samperin dulu. Aku mau ke kamar lupa ngambil dompet."
Melihat Oma Rahma turun dengan laki-laki bertopi yang wajahnya sedikit tersamarkan oleh gelapnya malam dan minimnya cahaya dekat gerbang rumah Omanya, Fatia pun menajamkan pandangan.
Sedikit penasaran namun ia tak ingin dibuat bingung, mungkin sopir Oma Lasmi atau Oma Siti, simpul Fatia.
Fatia beralih menatap Rima.
"Lupa gimana sih, itu yang dipegang apa namanya kalo bukan dompet?" Fatia menatap Rima curiga. "Kenapa sih kak? Kenal ya sama orang itu?"
Fatia bingung sekaligus curiga dengan sikap sepupunya yang mendadak beda.
"Oh, nggak, bukan, anu, maksudnya bukan mau ngambil dompet tapi ponsel. Ya udah, aku ke dalam dulu."
"Lho, kak-?" Belum sempat Fatia menahan lengan Rima, sepupunya itu lebih dulu kabur ke dalam.
Kini Fatia berdiri kaku disamping motor Vario 250 berwarna hitam putih milik Tunu. Ipan namanya. Entah alasan apa diberi nama 'Ipan' oleh Tunu.
Semakin kikuk saat kedua pasang mata menyorot eksistensinya, seakan kedua orang yang menatapnya itu sedang membicarakannya.
Ingin menghampiri tapi takut dianggap tak sopan. Akhirnya Fatia menyibukkan diri dengan mengotak-atik jok Ipan yang hanya berisi mantel hujan dan beberapa nota belanja juga tiket bioskop lama.
Mending gini deh, daripada berdiri kaku kayak patung pembatas kota, batin Fatia.
Walau sesekali mencuri pandang ke arah Oma Rahma yang masih berbincang serius dengan laki-laki itu.
Tentu saja kedua tangannya tak tinggal diam. Sesekali meluruskan, memutar-mutar, meremas-remas, dan kembali meluruskan beberapa nota yang lecek akibat perbuatannya.
Yang penting kelihatan sibuk!, Tukasnya dalam hati.
"Woy, dek!"
"Aaaa!!" Pekik Fatia terkejut. "Apa sih kak? Jangan ngangetin. Belum juga cukup sehari udah dibikin senam jantung lagi!" Omel Fatia kesal. Untung jantungku kuat, sambungnya dalam hati.
"Sorry. Emang ngapain sih ngubek-ngubek jok? Nyari sesuatu?"
"Nggak ada, cuma bingung aja mau ngapain." Jeda sejenak sebelum Fatia tersadar. "Lho, kok kak Unu yang keluar? Kak Rima nya mana?"
Tunu membenarkan posisi kerudungnya, melonggarkan ikatan yang menjuntai ke belakang kepalanya.
"Kak?" Panggil Fatia menunggu jawaban.
Tunu menghela nafas lebih dulu sebelum menjawab. "Sakit perut katanya, ya udah bareng aku aja,"
"Ha? Perasaan tadi sehat-sehat aja. Jangan-jangan ada se-"
Tunu segera menyelah. "Nggak usah mikir yang nggak-nggak. Yuk, cepetan naik. Kita ke mini market sekarang."
Tunu lebih dulu naik ke Ipan miliknya. Menghidupkannya lalu menoleh ke arah adik sepupunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Omwille Van Oma (Demi Oma)
Chick-LitMerasa jenuh dengan pekerjaan sekaligus butuh liburan membuat wanita berumur dua puluh empat tahun itu mengajukan cuti lalu melipir ke kota masa kecilnya. Fatia Eka Handayani, wanita karir yang keras kepala namun penyayang itu sangat antusias saat O...