Sayang, look at me! This is not about 'goodbye', this is just about 'see you soon', i'm promise to you, Mas.
- Fatia Eka Handayani -
Setelah melahap tiga potong dorayaki dan menandas habis dua kotak susu stroberi kesukaannya, Fatia merasa cukup kenyang dan mulai mengantuk.
Bayangan kasur, selimut, bantal dan guling melambai-lambai sedang terngiang di pelupuk matanya.
Namun kesadarannya kembali sempurna saat teringat tujuan utamanya menghubungi pacarnya belum tersampaikan.
Fatia menoleh kearah Beni, dimobil ini hanya ada mereka berdua. Fatia rasa ada hal penting juga yang ingin Beni bicarakan sampai rela mendatangi rumahnya malam-malam begini.
Tangan Fatia terulur menyentuh pundak kiri Beni, membuat yang punya pundak tersentak dari lamunannya. "Mas, mikir apa?" Tanya Fatia menggeser posisi duduknya menghadap ke arah pacarnya.
Beni yang bingung harus menjawab apa, lebih memilih diam dan menyunggingkan senyum. Beni hanya takut Fatia menganggapnya pacar yang posesif jika ia bertanya soal cuti yang diambil Fatia, walau sedikit dari egonya merasa terkikis.
Beni pacar Fatia. Beni rasa hampir seluruh isi kantor tahu akan hal itu. Lantas kenapa justru dirinya orang kesekian yang tahu Fatia mengambil cuti dua minggu?
Kenapa Fatia tidak langsung bicara padanya? Apa eksistensinya tidak berarti lagi di hati Fatia? Sebenarnya Fatia masih memperioritaskan dirinya, tidak sih?
Kenapa dia harus tahu kabar ini dari orang lain? Kenapa tidak dari mulut pacarnya sendiri? Kenapa? Dan masih banyak kenapa, kenapa, kenapa lainnya.
Fatia menangkap gelagat aneh dari kebisuan Beni, membuat Fatia menanam curiga dibenaknya. Ada yang Beni sembunyikan darinya, pikir Fatia mulai bingung. Atau mungkin Beni sedang marah karena tidak mendapat kabar darinya akhir-akhir ini, entah, Fatia tetap bingung. Ingin bertanya guna memastikan, namun ia takut memperburuk keadaan.
Keduanya terdiam dalam sepi, mobil terasa hening dibalut kesunyian.
Tidak ada musik yang terdengar dari playlist mobil Beni seperti biasanya, tidak ada percakapan yang mengisi ruang kosong mereka. Hanya hening malam yang menemani kalutnya pikiran masing-masing. Hampa.
Oke. Fatia menyerah. Ia benci suasana seperti ini.
Fatia meredam ego, membunuh gengsi dan memilih berbicara lebih dulu. Ada hal penting yang harus diungkapkannya disini. "Mas? Aku mau ngomong."
Beni merasa terpanggil dan menoleh ke arah Fatia, menatap lebih dalam mata sipit dengan pupil coklat muda milik pacarnya. "Ngomong aja."
"Aku dipanggil Oma ke Manado. Udah lama juga aku ga pulang. Jadi sekalian aja mau ngambil cuti tahun lalu ku, cuma dua Minggu kok, Mas. Dan besok lusa, sabtu pagi aku berangkat. Maaf ya Mas, karena baru ngomong ini ke kamu. Beneran, aku baru sempat ngecek hp, sibuk nyiapin ini itu dari kemarin."
Menunggu beberapa detik, hening, tak ada tanggapan apa-apa dari Beni.
Fatia mulai cemas dan bingung. Yang ada dibenaknya adalah; 1. Ia tahu persis Beni sedang menahan marah makanya memilih diam. 2. Bagaimana membujuk Beni dengan mudah. 3. Ini pasti akan sulit, secara Beni benci jarak jauh.
Fatia tahu jelas masalalu Beni, termasuk alasan Beni putus dengan mantannya. Long Distance Relationship atau Hubungan jarak jauh yang lebih akrab dengan istilah LDR.
Ya, L-D-R. Alasan itulah yang membuat Beni putus dengan mantannya. Beni maupun mantannya tidak ada yang kuat LDR. Keduanya punya pemikiran bahwa LDR adalah awal retaknya hubungan, tidak ada LDR yang berujung baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Omwille Van Oma (Demi Oma)
ChickLitMerasa jenuh dengan pekerjaan sekaligus butuh liburan membuat wanita berumur dua puluh empat tahun itu mengajukan cuti lalu melipir ke kota masa kecilnya. Fatia Eka Handayani, wanita karir yang keras kepala namun penyayang itu sangat antusias saat O...