Mata biru, rambut pirang, senyum yang manis dan rupa yang menawan membuat aku sulit untuk bernafas bahkan aku nyaris lupa caranya bernafas, belum lagi aku sampai lupa untuk berkedip.
"Julie?"
Aku tersentak kaget ketika wajahnya sangat dekat dengan wajahku, hanya berjarak sekitar tiga senti meter lagi dan hidungnya nyaris bersentuhan dengan hidungku. Hal ini sering kali terjadi dan kerap kali membuatku membeku seketika.
Niall memajukan kembali wajahnya hingga hidung kami bersentuhan, Niall menggesek-gesekkan hidung mancungnya dengan hidungku. Oh Tuhan ini sangat tidak baik untuk kesehatan jantungku.
"Oh ayolah Julie, jangan terus menatapku seperti itu" Niall memundurkan kepalanya dan menatap datar padaku "Aku merasa seperti orang paling tampan yang pernah kau lihat"
Aku mengedipkan mataku berkali-kali kemudian memajukan bibirku sebal, karena sifat percaya diri Niall kembali muncul. Aku mencubit pelan perutnya dan itu membuatnya mengaduh kesakitan.
"Julie hentikan, kau membuat perutku tersakiti"
Cubitan kecil dariku berubah menjadi kelitikan disekitar perutnya, Niall mulai tertawa sambil menyingkirkan jari-jariku yang bergerak naik turun "Julie aku mohon, aku sangat geli ha ha ha"
Niall tertawa keras dan itu membuatku semakin semangat untuk menggelitiki perutnya. Aku menyanggah tangan Niall yang berusaha menghentikan jari-jariku, namun aku semakin mencondongkan tubuhku berusaha untuk tidak menghentikan kerja tanganku. Aku sengaja terus menggelitiki Niall karena aku senang sekali mendengar suara tawa Niall. Asal kau tahu, suara ringtone ponselku adalah suara tawa Niall. Terdengar aneh memang, tapi aku menyukainya.
"Julie!" teriak Niall.
Dengan satu hentakan Niall menggenggam kedua pergelangan tanganku dan menariknya, sontak saja tubuhku tertarik kedepan dan menimpa badan Niall. Posisiku berada di atas badan Niall, dan mataku lagi-lagi bertatapan dengan mata biru Niall. Ya Tuhan bantu aku untuk bernafas.
"Julie" panggil Niall.
"Ya?" sahutku seperti orang bodoh.
"Badanmu berat love"