Aku tidak tahu harus berekspresi seperti apa, disatu sisi aku senang karena aku akan mendapatkan keluarga baru, namun di satu sisi aku sangat khawatir dengan Mama. Mengingat umur Mama tidaklah lagi muda, dan mengingat usianya sudah cukup rawan untuk mengandung juga melahirkan.
Sepanjang perjalanan menuju sebuah restauran aku tidak banyak bertanya. Aku dengar bahwa dokter Ariana mengatakan jika usia Mama belum lah terlalu tua. Walaupun sudah menginjak angka rawan, namun sang dokter yakin bahwa Mama akan baik-baik saja.
Setelah sampai, Mama memberikan beberapa lembar uang pada supir taksi. Setelah itu Mama mengajakku masuk kedalam restauran sederhana yang menjadi tempat favoritku dengan Mama.
Mama memesan menu biasa, dan setelah sang pelayan pergi aku langsung memasang tampang serius dan akan menayakan beberapa pertanyaan pada Mama.
"Mam" panggilku.
Mama menoleh padaku "Ada apa Julie?" tanyanya.
"Apakah anak dari bayi tersebut adalah calon dari Papa baruku?" tanyaku berhati-hati.
Mama tersenyum "Ya Julie, Mama akan mengenalkannya padamu besok"
Aku ikut tersenyum, ada sedikit kebahagiaan yang muncul. Walaupun aku tahu, tidak akan ada satu orang pun yang bisa menggantikan posisi Papaku. Setidaknya dengan adanya Papa baru bisa mengurangi rasa kesepian Mama.
"Siapa namanya? Berapa umurnya? Kerja dimankah dia? Dan apa statusnya saat ini? apakah dia duda? Atau lajang? Dan dimana Mama mengenalnya? Sudah berapa lama? Mengapa aku baru mengetahuinya?" lagi-lagi aku menyerang Mama dengan banyak pertanyaan, aku masih sedikit kaget dengan berita Mama hamil sudah tiga bulan. Dan sampai sekarang Mama belum mengenalkan siapa orang yang sudah menghamili Mama padaku.
Mama terkekeh geli mendengar seluruh rentetan pertanyaanku "Sabarlah sayang, besok Mama akan mengenalkannya padamu. Lalu soal mengapa Mama belum memberitahumu karena Mama ingin mencari dulu yang serius lalu mengenalkannya padamu, dan akhirnya Mama bertemu dengan dia. Mama tidak akan memberitahukannya padamu dulu bagaimana dia, biarlah besok menjadi kejutan untukmu. Sebenarnya Mama sudah berhubungan sejak lima bulan yang lalu dengannya"
Aku menghela nafas mendengar jawaban dari Mama, aku dibuat penasaran olehnya. Dan apa? Besok? Ah besok kan Niall akan kerumah dan meminta izin pada Mama.
"Umm Mam, soal sesuatu yang ingin aku ceritakan" ujarku, melupakan sejenak masalah Mama yang akan mempertemukanku dengan calon Papa baruku.
"Ya ada apa? Kau akan bercerita soal apa?"
Aku menautkan jemariku, aku gugup "Seseorang melamarku" ucapku berhati-hati.
Aku pikir Mama akan menodongku dengan banyak pertanyaan seperti apa yang aku lakukan padanya, aku pikir Mama akan marah dan menceramahiku. Tapi ternyata aku salah, Mama tersenyum dan meraih tanganku "Siapa orang itu? Suruh dia temui Mama"
"Sebenarnya dia temanku yang pernah aku ceritakan pada Mama"
"Irish blonde?" tebak Mama dengan senyum jahil.
Aku tersenyum malu "Ya Mam"
Aku pernah menceritakan soal Niall pada Mama, hanya saja aku menceritakannya menggunakan nama Irish blonde, karena aku tidak mau jika Mama mengejekku dan kelepasan memanggil namanya. Jadilah aku menyamarkan nama Niall menjadi Irish blonde.
Mama mengangguk mengerti "Suruh dia temui Mama, dan membicarakannya dengan Mama"
"Ya Mam, dia sudah merencakan jika dia akan menemui Mama. Hanya saja dia berencana besok untuk menemui Mama"
Kening Mama sedikit berkerut dan telihat sedang berpikir "Bagaimana jika kita bertemu dulu dengan calon Papa barumu, setelah itu barulah bertemu dengan Irish blondemu"
Tidak perlu berpikir dua kali, aku pun langsung mengangguk setuju.