Aku membuka pintu rumah dan sedikit terkejut melihat seseorang yang berdiri di hadapanku saat ini. Seorang laki-laki paruh baya, tinggi, putih dan cukup tampan. Aku sempat tidak berkedip untuk beberapa detik, ini calon Papa baruku? Sial dia sangat tampan.
"Julia?" tanyanya berhati-hati.
Aku mengangguk ragu "Ya, dan kau ... ?"
Dia tersenyum kemudian mengulurkan tangannya padaku "Kau bisa memanggilku Ben"
Aku membalas uluran tangannya tanpa mengalihkan pandangan dari wajahnya. Mama tidak salah pilih, dia sangat tampan dan terlihat seperti masih muda. Dan itu seimbang dengan Mama yang terlihat awet muda dan masih sangat cantik. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nanti tampan atau cantiknya adikku.
"Eh hai Ben, sudah lama?" suara Mama datang dari arah belakangku, aku menggeser tempat berdiriku, memberi ruang agar mama bisa menyambut calon suaminya.
"Ah tidak, aku baru sampai. Bisa kita pergi sekarang?" tanya Ben sumringah.
"Ya kita pergi sekarang" jawab Mama tak kalah sumringah.
Mama berjalan bersama Ben sambil mengobrol, entah apa yang mereka bicarakan, aku hanya mengikuti mereka dari belakang. Mama masuk kedalam mobil dan duduk di jok depan bersama Ben, sedangkan aku duduk di jok belakang.
Sebelum menyalakan mesin mobil, Ben memberikan sesuatu pada Mama. Dia memberikan sebuket bunga mawar merah yang harumnya memenuhi seisi mobil. Astaga romantis pula Ben tampan ini. Bisa-bisa aku naksir pada calon Papaku, oh itu tidak boleh terjadi karena aku sudah memiliki Niall.
"Terima kasih Ben" ucap Mama tersenyum malu-malu, kemudian merangkul Ben dan mencium bibirnya singkat di hadapanku. Ugh aku ingin muntah rasanya.
Setelah adegan itu berakhir, Ben langsung menjalankan mobilnya. Ternyata dia mengajakku bersama Mama ke sebuah restoran mewah ala Italia. Sudah lama aku tidak makan di tempat seperti ini, beberapa bulan yang lalu aku pernah kemari di ajak oleh Niall dan dia tidak begitu suka karena porsinya tidak sesuai dengan Niall yang makannya banyak.
Setelah memesan, Ben mengalihkan pandangannya padaku "Julia bagaimana kuliahmu?" tanya Ben.
Aku menghirup nafas yang cukup panjang, percakapan akan segera di mulai "Kau bisa memanggilku Julie, dan kuliahku sejauh ini baik-baik saja" jawabku santai.
"Oh ok baiklah, Julie" Ben terkekeh pelan.
Ben banyak bertanya padaku, tentang kuliah dan tentang lainnya. Aku menjawabnya dengan santai dan nyaman. Aku nyaman dengan gaya bicara Ben yang benar-benar menghargai keberadaan diriku. Ben pun bercerita jika dia memiliki satu anak laki-laki yang umurnya berbeda satu tahun denganku. Semoga anak Ben dapat menerima keberadaanku dengan Mama.
"Umm Julie, Kate mengatakan padaku jika lamaranku ingin diterima, aku harus meminta restu darimu terlebih dahulu"
Ternyata Mama masih ingat dengan ucapakanku tempo hari.
"Jadi ... " Ben memotong perkatannya, dia merogoh sesuatu dari saku celana yang di pakainya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru tua. Ben membukanya dan terlihatlah sebuah cincin berlian di dalamnya.
Aku sedikit kaget karena Ben benar-benar akan melamar Mama malam ini, jika boleh aku ingin Ben menjadi kekasihku saja, oh tidak hush hush jauhkan pikiran kotormu itu Julie, kau sudah memiliki Niall.
" ... apakah kau merestui hubunganku dengan Kate? Maksudku Mamamu?" tanya Ben yang masih memegang kotak beludru tersebut.
"Sejujurnya Kate sudah sangat yakin jika kau akan merestui, hanya saja aku takut jika kau tidak akan merestui hubunganku dengan Kate. Sebenarnya kita sudah merencanakan pernikahan sejak lama, karena dari awal Kate mengatakan bahwa dia bukan lagi mencari kekasih, namun mencari suami. Dan kebetulan sekali aku pun sedang mencari seorang istri" sambung Ben.
Jika Ben benar-benar menyayangi Mama dan benar-benar mencintai Mama, aku akan menjadi orang terbodoh jika aku tidak merestui hubungan mereka. Ben terlihat sangat mapan dan dewasa, walaupun statusnya duda dengan anak satu dia masih terlihat awet muda dan sangat tampan, belum lagi dia terlihat dapat mencukupi kebutuhan Mama dan aku.
"Aku akan merestui hubungan Mama denganmu jika kau berjanji tiga hal padaku, yang pertama kau harus berjanji untuk tidak pernah meninggalkan Mama, yang kedua kau harus berjanji bahwa kau tidak akan pernah menyakiti Mama, dan yang ketiga berjanjilah cintai Mamaku dengan tulus" tuturku.
Aku serius masalah ini, aku tidak mau melihat Mama tersakiti, aku tidak mau melihat Mama sedih lagi.
"Aku berjanji, aku sangat berjanji. Aku tidak akan pernah melanggar janjiku" jawab Ben tegas.
"Baiklah jika begitu aku merestui" ucapku akhirnya.
"Terima kasih Julie" seru Mama terharu.
"Ya terima kasih Julie" sambung Ben.
Terlihat raut wajah gembira dari Mama dan Ben. Setelah itu Ben berdiri dan berlutut di hadapan Mama dengan kotak beludru tadi di tangannya "Kate, Will you marry me?" tanya Ben yang kini sudah menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung restoran.
Senyum terlukiskan di bibir Mama seakan tidak ingin hilang dari sana, Mama menarik nafas kemudian mengangguk "Yes I do, Ben"
Entah darimana mereka tahu semua ini, tapi seisi restoran memberikan tepuk tangan yang cukup meriah. Ben berdiri kemudian menarik Mama dan mendekap kedalam pelukannya, setelah itu Ben mencium bibir Mama singkat "I love you" bisik Ben.
Astaga Tuhan ini romantis sekali. Tiba-tiba aku teringat pada kejadian dimana Niall melamarku, tidak ada cincin, tidak ada kata-kata indah atau apapun. Niall saja tidak memakai baju, dia hanya mengenakan celana tidur pendek dan dia melamarku. Hahaha jika diingat-ingat konyol sekali acara lamaran Niall, belum tentu di setujui oleh orang tua pula, dan itu begitu mendadak, sangat konyol sebetulnya.