2 ; fortysix.

2.1K 410 183
                                    

Author POV

"Kook, ayo kita putus."

Jungkook menoleh ke arah Yurin cepat, tak bisa ditutupi lelaki itu terkejut.

Yurin tersenyum, mengulangi kalimatnya dengan tegas.

"Ayo kita putus?"

Jungkook menatap mata Yurin lekat-lekat, berusaha mencari satu titik keraguan dari mata Yurin.

Namun sayang, Jungkook tidak bisa melihat keraguan itu satu pun.

Fakta yang harus diterima, gadis itu sudah membulatkan tekadnya.

Jungkook mengambil nafas kemudian bersuara perlahan,"Kenapa rin?"

Yurin yang masih duduk di posisinya tersenyum, kemudian mengayun-ayunkan kakinya dari bangku, "Hmm, kenapa ya?"

Yurin menoleh menatap Jungkook, "Oke, aku jawab pake permisalan."

Jungkook menatap Yurin bingung, namun akhirnya tetap mengangguk mengiyakan.

Yurin tersenyum, "Permisalan pertama. Kita berdua lagi jalan, dan saat itu kebetulan Yeri telepon kamu, suruh jemput nganterin periksa. Kamu bakal milih opsi A tetep jalan sama aku? Apa B pergi anter Yeri?"

Jungkook diam, memainkan pikirannya dengan hati-hati.

"Opsi C, aku harus tau kondisi Yeri dulu gimana. Bener-bener urgent buat aku anter atau engganya."

Yurin mengangguk perlahan dan masih dengan senyumnya Yurin melanjutkan, "Permisalan kedua. Oke, sorry to say sekarang katakanlah Yeri bener-bener dalam kondisi urgent buat dibawa ke dokter. Tapi di sisi lain, kebetulan 5 menit lagi kita ada janji buat ketemu. Pilihan kamu?"

Jungkook menelan ludah kemudian menjawab, "Anter Yeri dulu. Habis itu nepatin janji ke kamu, gimana pun caranya."

Yurin menoleh ke arah Jungkook, "Permisalan terakhir. Jenguk Yeri di rumah sakit, atau aku yang sakit tapi di rumah?"

Jungkook menghela nafas gusar sembari menoleh ke Yurin, "Rin, kenapa dari tadi Yeri?"

Yurin menatap mata Jungkook lekat, meminta jawaban. "Jawab kook."

Jungkook mengalihkan pandangannya,

"Jenguk Yeri di rumah sakit."

Yurin tersenyum.

"Tapi habis itu aku pasti jenguk kamu di rum-

Yurin menepukkan tangannya sekali sambil berdiri, "Oke cukup. Itu alesan aku kook buat putus."

"Prioritasmu sekarang ini bukan lagi aku, tapi Yeri. Buat apa diterusin ini hubungan? Biar aku bisa terus-terusan ngalah liat kamu sama Yeri?"

Yurin tertawa kecil, "Engga bisa kook. Aku bener-bener ga bisa kalo harus ngalah kaya gini terus"

"Satu hal lagi. Berkaca kasus kemarin, kamu diemin aku sekian hari perkara hal yang kebenarannya pun belom kamu tau pasti. Itu bener-bener buat aku sakit kook."

"Dan tau apa yang bikin aku kecewa? Bukan omongan Yeri di kafe pagi itu. Tapi kamu yang tetep diem liat aku di injek-injek sama Yeri, orang yang sekarang kamu jadiin prioritas di semua hal. Itu yang buat aku kecewa kook."

"Tapi kamu tau? Sehabis itu pun aku masih dengan polosnya harapin kamu buat dateng minta maaf. Nyatanya? Kamu milih buat anter Yeri tes kedokteran dan masih kekeh buat ga ngirim satu pesan pun habis kejadian itu."

Anak Pindahan. [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang