3. SHE'S NOT

1.5K 436 2K
                                    

⛓️ Hai Tenggara update lagi nih! Sebelum lanjut baca, jangan lupa vote dan spam komen di setiap paragraf yaa! Bantu salin link dan rekomendasikan cerita ini juga ke orang-orang. Thanks-!

Tembus 2k komentar di chapter ini, aku up next chapter. Semangattt!!

-oOo-

Flora berjalan sejurus lurus memasuki pekarangan rumahnya yang bernuansa golden-white super megah itu.

Sedikit melenggok ke sekeliling ruangan yang menampilkan suasana sepi di setiap sudutnya.

Gadis itu melengos malas. Sudah menjadi pemandangan biasa bagi Flora disuguhkan hal seperti ini setibanya di rumah. Bahkan menurutnya rumah ini terlalu besar untuk ditinggali oleh dua orang dan para jajaran asisten rumah tangga saja.

Yap, Flora hanya bermukim bersama Lily Ganesha— sang Ibunda. Juga ditemani beberapa pengurus rumah yang sengaja dibiarkan untuk menetap di sini. Setidaknya itu dapat mengusir sedikit hawa kesepian yang melanda.

Melintasi beberapa anak tangga. Flora langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang pribadi miliknya begitu tiba di ruang kamar. Menatap langit-langit plafon hingga mendengar suara ketukan pintu yang dirinya pun sudah bisa menebak siapa pelakunya itu.

Lily Ganesha. Wanita itu menerbitkan seulas senyum kepada putri semata wayangnya itu. "Udah pulang sayang?"

Flora beranjak duduk dan manggut-manggut sebagai jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan. Lily pun mengikis jarak dan mendaratkan bokongnya, duduk di samping gadis berbalut seragam sekolah tersebut.

"Gimana sekolah barunya? Ada yang ganggu kamu, atau ada yang bikin kamu enggak nyaman sekolah?" Wanita career dengan style cukup modis itu membelai rambut panjang Flora.

Flora melirik sekilas. "Asik aja kok Mom. Mom enggak perlu khawatir, Flo suka kok sama sekolah barunya. Yaa— paling cuma ada beberapa yang sifatnya nyebelin." Flora menghela napas mengingat kejadian tadi pagi di gerbang sekolah.

Lily mengulum senyum lega. Kemudian wanita itu sepintas melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Paham akan situasi, Flora pun berinisiatif angkat bicara. "Mom ... siang ini banyak schedule kan? Udah sana berangkat, nanti telat lho. Flo bisa urus keperluan Flo sendiri kok." Flora mengantarkan Lily sampai ke ambang pintu kamarnya.

Huft, jadwal kerja Lily yang padat sepertinya tak memungkinkan dirinya untuk bisa berlama-lama menghabiskan waktu dengan Flora. "Umh— kalau gitu Mom pergi dulu ya. Jangan lupa makan, kalau perlu apa-apa panggil Bi Inem aja yaa. See you."

"See you too, take care Mom," balas Flora memberi kecupan di pipi sang Ibunda. Sekilas melambai pada wanita yang perlahan beranjak menuruni anak tangga menuju lantai bawah.

Flora kembali berbaring di ranjang. Sepasang netra matanya menatap lurus ke atas plafon-plafon kamarnya. Sesaat, pikiran gadis itu melayang entah kemana. Hingga di seperkian detik selanjutnya, bunyi getaran yang berasal dari ponselnya itu berhasil membuyarkan lamunan singkatnya.

Flora pun menoleh pada benda pipih miliknya yang terletak manis di sisi kanannya tersebut. Lalu menggapainya.

Membuka salah satu obrolan chat, lalu mengukir senyum lebar ketika membaca pesannya.

TENGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang