⛓️ Hai Tenggara update lagi nih! Sebelum lanjut baca, jangan lupa vote dan spam komen di setiap paragraf yaa! Bantu salin link dan rekomendasikan cerita ini juga ke orang-orang. Thanks-!
-oOo-
Berlilitkan setelan tanktop hitam dipadukan dengan skinny jeans berwarna selaras, yang sedikit robek-robek dibagian lututnya.
Gadis itu— Flora Ganesha, mengikat rambutnya tinggi-tinggi lalu melapisinya dengan sebuah topi putih sebagai penangkal teriknya matahari siang ini. Alat pelindung seperti kacamata safety dan hearing protection earmuff pun sudah dikenakan dengan baik di mata dan telinga cewek itu.
Flora mulai mengambil ancang-ancang, membidik papan target tembak yang ditempeli foto Tenggara sejauh 20 meter dari posisinya berdiri kini. Ya, tepat sekali. Ini merupakan bentuk pelampiasan amarah Flora pada laki-laki super nyebelin itu.
Gadis itu mengangkat sejurus lurus pistol berukuran sedang miliknya sembari memusatkan pandangan ke satu titik, juga sambil mengumpulkan konsentrasi penuh dalam otaknya.
Ia menyipitkan matanya, kini dirinya sedang menghitung kecepatan angin dan jarak objek benda yang menjadi target tembaknya. Flora juga harus teliti dan pintar dalam memilih waktu kapan jarinya melepas kontrol trigger pistol agar bidikannya tepat sasaran. Dan ....
Dor.
Runtunan tiga peluru bertubi-tubi yang Flora layangkan melesat menari di atas udara. Dengan kecepatan gesit ketiga peluru itu berhasil mendarat tepat sasaran di papan target tembak, di foto bagian wajah Tenggara.
Flora menggariskan senyum separuhnya, melihat seluruh peluru yang ia kokangkan menancap sempurna di titik pusat. Ia mengusap aliran keringat yang mengucur di pelipisnya dengan sebuah handuk kecil.
"Mampus lo Tenggarong," umpat gadis itu.
Bisa dibilang Flora itu termasuk gadis yang cukup handal dan cepat tanggap. Padahal belum lama ini gadis itu belajar dalam dunia pernembakkan, tapi keahliannya sudah meningkat sangat pesat.
Violet memutar bola mata malas menatap Flora di tengah lapangan tembak sana. Lalu berdecak. "Ck, Flo! Lo mau sampai kapan di situ, hah? Udah jam makan siang tau, Bi Inem juga udah selesai dari tadi masaknya. Masa lo belum kelar-kelar juga?!"
Flora menengok. "Satu kali permainan lagi deh. Five minutes."
Bulan melipat kedua lengannya di dada. "Sumpah ya Flo, lo kalau mau ngelampiasin emosi lo, ya liat-liat jam juga dong! Lo gak sadar apa? Udah berapa jam lo ngabisin waktu di situ? Udah 3 jam Flo, 3 jam! Dan udah selama itu juga gue dan Violet diem nontonin lo di sini kaya kamco tau gak?!" cakap Bulan menekankan.
Flora menarik napas dalam-dalam mendengar untaian celotehan Bulan yang tak berujung. Kemudian menghembuskannya dengan ekspresi wajah jengah.
Akan panjang urusannya jika Bulan sudah berkomat-kamit mengeluarkan kosa kata omelannya seperti ini.
Kadang Flora sendiri heran, entah kerasukan setan mana temannya itu, bahkan Ibunya--- Lily pun tak pernah se-cerewet ini saat berbicara kepadanya.
Cewek itu--- Bulan Maheswari mendengus sebal. Lalu menyambung kembali kalimatnya. "Nih ya, kalau bukan karena tante Lily yang nyuruh gue nemenin lo hari ini, ogah juga kali gue buang-buang hari minggu gue yang berharga ini cuma buat nonton lo nembak-nembakin foto Tenggara gitu. Ya gue tau lo masih kesel karena permintaan Tenggara yang gak masuk akal itu, tapi jangan lupa ini semua terjadi karena ulah nekat lo Flo!" ketus Bulan melengos.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENGGARA
Ficção AdolescenteVIRILITER 🏴☠️ SERIES Insiden kematian seorang gadis remaja di pesta ulang tahun Tenggara menorehkan guncangan trauma di kehidupan Tenggara selama enam bulan terakhir ini. Rasa bersalah serta penyesalan atas tragedi tak terencanakan itu seolah sud...