5. SKATEBOARD

1.2K 350 1.6K
                                    

⛓️ Hai Tenggara update lagi nih! Sebelum lanjut baca, jangan lupa vote dan spam komen di setiap paragraf yaa! Bantu salin link dan rekomendasikan cerita ini juga ke orang-orang. Thanks-!

Tembus 2k komentar di chapter ini, aku up next chapter. Semangattt!!

-oOo-

"Gar, lo mau kemana?" tanya Cakrawala, suaranya sedikit mengeras karena Tenggara terus berjalan menuju parkiran sekolah.

"Gue ada urusan. Nanti gue nyusul," balas Tenggara tanpa menoleh sedikit pun ke belakang. Tangannya sibuk memainkan kunci kendaraan motornya sedari tadi.

"Gue juga cabut ke basecamp duluan," ujar Awan menimpali.

Selatan menarik salah satu alisnya ke atas. "Gak ke WAMBAL dulu?"

Awan menggeleng samar. Kemudian ia melakukan fist bump kepada Gerhana, Selatan serta Cakrawala. Dan segera melangkahkan kakinya menuju area parkir sekolah.

"Cuma bertiga nih?" Selatan melirik Cakrawala dan Gerhana bergantian.

Gerhana berjalan maju mendekati Selatan, menepuk bahunya lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Selatan. "Cuma berdua. Lo gak di ajak."

Selatan melotot.
Buat makalah penuh rintangan
Bismillah, rasengann!!

Sementara Cakrawala dan Gerhana tertawa kecil melihat reaksinya. Memang, paling asik jahilin Selatan.

Cakrawala merangkul Selatan. Melayangkan sebuah cengiran tanpa dosa. "Bercanda bos."

"Teu aya akhlak maneh teh," cakap Selatan mengerucutkan bibirnya.

-oOo-

Ban sepeda motor milik Tenggara melaju begitu kencang membelah jalanan Ibukota Jakarta siang ini.

Deruman suara dari knalpot motornya saling berseru dengan kebisingan kota. Tiupan angin yang berhembus seolah menjadi obat penenang bagi Tenggara atas kegelisahannya akhir-akhir ini.

Sebuah kebohongan bila Tenggara tidak dilanda penasaran semenjak pertemuannya dengan gadis kemarin di gerbang sekolah.

Meski ia membantah dengan lantang di depan teman-temannya, namun tak bisa disanggah bahwa sesaat Tenggara pun mengira gadis itu ialah Pelangi.

Tenggara terus kepikiran akan gadis itu. Serentetan pertanyaan terus bermunculan di benaknya. Terus menerornya, sampai-sampai membuat kepala Tenggara akan meledak rasanya.

Siapa sebenarnya gadis itu?

Tenggara menurunkan speed motornya, menarik handle rem, hingga kendaraannya itu berhenti seketika.

Ia menoleh ke sisi kanannya, melepas helm full face dari kepalanya kemudian meletakkannya di motor.

Mengayunkan langkah kaki menuju tempat peristirahatan Pelangi. Ya, betul. Kini Tenggara sedang berada di salah satu taman pemakaman di Jakarta.

Netra matanya terpaku pada batu nisan yang tersemat di tanah.

"Sudah enam bulan semenjak kejadian itu ya." Tenggara tersenyum pahit.

"Maaf."

Cowok itu merundukkan pandangannya. Ia mengusap kasar air mata yang nyaris terjun dari pelupuk matanya.

TENGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang