Part 43💜

26 5 16
                                    

Apakah ikatan batin persahabatan itu memang ada?

Benar, kecewa dan sedih sangat mudah dilakukan. Tapi melepaskan sangat sulih di lakukan

'All'

🌻🌻🌻

Bertengkar. Ribut. Maaf maafan. Bertengkar. Ribut. Maaf maafan. Sudah sebulan ini mereka berempat itu jalani. Entahlah, hanya karna masalah sepele pasti saja bertengkar. Jarang sekali seperti itu memang. Padahal itu hanya sebuah candaan biasa

'Muak aku lama lama tinggal disini..Rai, Tasy kalian kemana sih?' Batin Dhila di balkon. Balkon kepunyaan Raisya tentunya

"Apa aku harus pergi? Pergi? Benarkah? Tapi kemana?" Tanyanya pada diri sendiri

"Tapi..dalam mimpiku ada dua orang yang menyuruhku pergi. Apakah itu Tasya dan Raisya? Jika benar, aku akan melakukannya" tekad Dhila

Dhila pun mengemasi barangnya. Dia tak ada kelas hari ini. Vania, Maura, dan Puty tentu saja ada kelas pagi. Serentak.

'Maaf, aku benar benar minta maaf. Tapi aku lelah, aku manusia tentu saja. Pertahankan ya!! Hwaiting semua. Lupakan aku, lupakan kenangan bersamaku'

Dhila tentu saja tak lupa apa yang harus dilakukannya, menulis sepatah terakhir tentunya. Berat terasa, tapi ini yang terbaik menurut Dhila.

"Bye, aku tak bisa melihat kalian untuk terakhirnya mungkin. Pertemuan terakhir kali kita sangat buruk. Bertengkar cuma gara gara tak ingin tidur berdua? Sebenarnya apa sih masalah kalian semua? Aku lelah. Selamat tinggal sekali lagi" ucap Dhila bermonolog, dan berlalu pergi keluar

Vania yang baru saja pulang, terheran karna tak ada Dhila di apartemen. Mungkin dia pergi belanja, pikir Vania

"Assalamualaikum" ucap Maura lesu, dan diikuti Puty dari belakang

"Waalaikumsalam, ada yang nampak Dhila?" Tanya Vania

"Nggak tuh, emangnya dia kemana?" Tanya Maura

"Kalau aku tau, aku gak bakalan tanya sama kalian" ucap Vania sinis

"Kenapa sih mu tu bawaannya sinis mulu?! Baik baik aja lah kalau mu ngomong" ucap Puty keras

"Liat diri sendiri ya mbak, bilangin orang aja sih bisanya" balas Vania tak kalah

"Kalian gak bosen bertengkar aja terus sebulan ini hah?! Capek aku tau nggak?!" Ucap Maura

"Napa pula mu yang marah? Kami yang ribut kenapa mu yang ribet" ucap Vania

"Aku nggak nyangka mu gini Nya! Mu biasanya baik baik aja kalau ngomong..lah ini?! Gak ada sopan santunnya" ucap Maura

"Diri diri aku, kenapa mu yang ngurus
Mu emakku emangnya? Nggak kan?" Tanya Vania

"Ck! Mu kan yang ngusir Dhila?! Ngaku aja kali..mu udah gak betah sama kami semua" ucap Puty

"Cih, emang aku apaan? Ngusir? Hellow..ni apart yang beli ortu kita semua. Boro boro aku ngusir dia" ucap Vania

"Apa pula lagi ha?! Aku gak mau dapat teror lagi!" Ucap Maura

"Dhila per-gi? Tapi kenapa? Apa ada yang salah?" Tanya Puty

"Apa dia merasa terganggu dengan pertengkaran yang tidak henti henti?" Tanya Maura

"Jangan lagi please. Aku sudah tak kuat lagi, jangan ada yang pergi lagi" ucap Puty

"Huh? Jangan ada yang pergi? Kamu sendiri yang membuat orang pergi" ucap Vania

"Kenapa mu bawa koper hah?! Jangan bilang mu mau pergi pula?" Tanya Maura

Our Way [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang