[5.2] Spiegazione.

568 93 0
                                    

Kana Pov.

Entah sudah berapa hari aku disini, mungkin hampir 3 minggu? 4 minggu? Ah... Entahlah, waktu berjalan sangat cepat rasanya. Baru kemaren aku melihat Alina sendirian membaca buku tebalnya, dan sekarang... Hey, siapa sangka Dia bermain pedang-pendangan dengan Beta Marvin?

Salju memang tak selebat hari-hari yang lalu, tapi harus kah mereka melakukan kegiatan itu di lapangan? Kenapa tidak di tempat lain saja?ruang latihan Warrior juga bagus kok. Terkadang, aku harus berteriak dari kamar–lantai 4–untuk memberhentikan kegiatan mereka, saat melihat beberapa orang sudah seperti mayat warna kulitnya.

Beralih dari situ, Layra akhirnya mengirim setengah dari isi lemari ku ke Pack ini. Total, ada 4 koper super besar yang dikirim. 2 koper isinya hoodie dan celana training, 1 koper isinya piyama dan dress, sedangkan 1 koper lagi isinya sepatu dan benda-benda kesayangan ku.

Sebenarnya sudah berapa kali ku katakan pada Layra, biar aku saja yang kesana. Tapi tetap saja dia bilang, jangan kemana-mana. Padahal aku hanya ingin bertemu Rion untuk menyampaikan salam dari kakaknya–Oscar. Jadi, aku mesti diam-diam meminjam ponsel Alina untuk vidcall dengan Rion dan juga orang-orang disana.

Untungnya, sampai sekarang masih belum kepergok Aiden. Kalau hal itu terjadi, aku tak bisa membayangkan nasib Rion kedepannya–secara, aku paling sering vidcall dengannya menggunakan ponsel Layra. Aiden mungkin akan mengirim Rion menjadi penjaga perbatasan antar pulau Vampire dan Werewolf–which is  tempat yang sering terjadinya bentrok antar makhluk Immortal ini.

Ah...ngomong-ngomong sudah lama aku tak mendengar kabar Rogue gila kemarin. Apa sudah di tuntaskan masalahnya? Yang ku takutkan hanya pertarungan se-bangsa ini. Apalagi ketua kelompok Rogue adalah Kevin. Ckckck...dengan mendengar namanya saja hampir membuatku muntah saking takutnya. Agak sulit menjelaskan betapa kejam plus gilanya orang itu.

Uhh...sudah lah, aku malas membahasnya. Membuat mood turun saja. Lebih baik aku melihat-lihat penduduk disini.

Aku berada di luar Mansion Aiden, tak terlalu jauh tapi cukup membuat ku berpeluh di cuaca yang dingin ini. Bisa di bilang disini adalah perbatasan antara rumah warga dan Mansionnya Aiden.

Sejauh mata memandang, hanya warna putih yang ku lihat.

Hm... Antara bagus dan tidak, ada warna lain yang sangat menarik perhatian ku.

Tak sampai seratus meter di depan ku, beberapa anak seumuran ku, sedang memukuli satu diantara mereka. Ia sudah terduduk di antara salju dengan luka di sekujur tubuh.

Reflek, aku langsung berteriak. "woi!"  lalu agak berlari membelah kerumunan yang tengah menatap ku sinis. Apa mereka tidak tau kalau aku Luna Pack ini? Pft, bukan mau sombong.

Aku membantunya berdiri, "luka mu parah, ayo kerumah ku. Biar ku obati" kata ku.

Ia menggeleng, tapi masih menerima bantuan ku untuk membantunya berdiri.

"tidak usah, tidak apa. Aku bisa pulang kerumah ku sendiri" katanya dengan napas agak terengah.

Satu diantara mereka, dengan rambut pendek dan mata sipit, maju memisahkan ku dengan orang yang ku bantu. Entah Dia terlalu lemah, atau orang ini yang terlalu kuat mendorongnya. Ia langsung terseret kesamping dengan lumayan kencang.

Orang bermata sipit ini terkekeh, kemudian menatap ku sinis. "kau siapa? Aroma mu busuk sekali!" Ia dan teman-temannya tertawa keras.

Di sela-sela mereka tertawa, aku membantu gadis yang terlihat hampir pingsan itu. "siapa nama mu?" tanya ku.

~• Smart Mate •~  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang