chapter 19

357 34 0
                                    

Malam gulita perlahan menutup cahaya matahari. Masih saling bisu. Keduanya saling menyibuki diri sendiri. Tapi pikirannya masih tertuju pada ucapan para sahabatnya. Fanya masih berpura-pura membaca novel, sedangkan pikirannya terngiang dengan perkataanketiga sahabatnya. Tapi ia sedikit takut karena Aglan yang terus mengacuhkannya. Aglan masih memperhatikan laptopnya tanpa menoleh pada Fanya. Setidaknya lelaki itu sudah tidak menaruh pakaian kotor asal-asalan untuk malam ini.

Aglan termangu di tempat. Cahaya laptop sama sekali tidak dihiraukan. Sesekali tatapannya tertuju pada istrinya yang masih mengacuhkannya. Di tangannya sebuah novel masih tergenggam. Dengan serius perempuannya itu membaca novel itu tanpa menghiraukan suaminya sama sekali.

Fanya beranjak dari kasur, menutup bukunya dan berjalan kemeja rias. Membersihkan wajahnya dari makeup. Dia beralih ke kamar mandi dan menutup pintunya. Gemericik air terdengar di telinga Aglan. Pikiran-pikiran liar terputar di kepala Aglan. Ia membayangkan tubuh itu terguyur oleh air. Aglan menghela napas dan menutup laptopnya. Tidak ada gunanya karena otaknya sudah tidak singkron.

Fanya keluar dari kamar mandi. Sedikit ragu ia berjalan keluar hanya mengenakan lingerie warna merah terang. Berpura-pura tak memperhatikan Aglan, ia berjalan ke meja rias, menyisir rambutnya dan menguncirnya asal. Belum sempat ia sadar, tubuhnya sudah terangkat dan jatuh di ranjang.

"Kamu ngegoda aku?" tanya Aglan.

"Pede banget!" balas Fanya dengan menahan senyum. Aglan pun mendekatkan wajahnya pada Fanya dan memainkan hidung mereka.

"Kamu marah?" tanya Aglan.

"Siapa juga yang gak marah, kamu tuh kebiasan taruh baju kotor sembarangan, berhentiin aku tanpa ada pembicaraan, dan kamu gak pakai baju yang aku pilihin!" rutuk istrinya itu panjang. Membuat Aglan semakin tertawa dan mengecup bibir istrinya dengan lembut.

"Maaf ya, aku masih kekanak-kanakan," ucap Aglan. Fanya hanya menganggukkan kepalanya dan dengan pipi yang merona dia berkata," kalau kamu hanya ingin fresh kiss, lebih baik jangan lakukan apapun. Karena... karena..." Fanya tidak bisa melanjutkan perkataannya. Pipinya benar-benar merona karena malu.

"Karena kamu menginginkan lebih?" pertanyaan Aglan membuat Fanya semakin tertunduk malu. Aglan kembali mencium merah itu dan berkata," aku kan sudah pernah bilang. Aku gak akan sentuh kamu, sampai kamu sediri yang memintanya." Fanya semakin menciut dan menyembunyikan wajahnya di dada Aglan. Suaminya itu pun tersenyum geli dengan tingkah istrinya. Dengan lembut ia mengangkat wajah Fanya dan memberikan kecupan lembut di bibirnya. Pada awalnya ciuman itu sangatlah biasa, dan detik berikutnya menjadi pagutan yang memaksa. Fanya merangkul leher Aglan dan menjalarkan tangannya di rambut lelaki itu. membalas setiap pagutan prianya dengan cara yang sama.

Angin malam berhembus, mengirimkan sebuah gariah. Matanya terpejam menikmati sentuhan Aglan di seluruh tubuhnya. Kepala Fanya terangkat kepalanya terasa berkunang-kunang dengan sentuhan Aglan. Dia merasa gila akan sentuhannya. Dia ingin lebih dari sentuhan.

Namun, percintaan mereka harus terhenti karena suara ketukan yang menyentakan keduanya. Aglan segera berdiri dari atas Fanya, sementara istrinya itu masih berusaha mengendalikan napasnya yang terasa terputus-putus. Masih ada gairah yang terpancar dari kedua mata itu. Namun, Aglan harus menahannya. Aglan kembali memakai pakaiannya yang tadi sudah dilepaskan. Ia juga memakaikan Fanya jaket untuk menutupi sebagian tubuhnya yang terbuka dan penuh dengan tanda percinta mereka. Membuka pintu. Aglan melihat Gita yang menangis karena panic dan berkata, "Chalista masuk rumah sakit."

♥♥♥

Gita dan Fanya tidak bisa tidur semalaman. Mereka ingin mengetahui keadaan Chalista namun suami mereka melarangnya. Kondisi bayi itu memang sangat lemah. Fanya menggenggam tangan Gita. Dering ponsel membuat keduanya bangkit, tapi Elmo sudah lebih dulu mengangkat ponselnya. Dia menghela napas pelan sebelum ia mematikannya. "Chalista baik-baik aja." Gita dan Fanya pun menghela napas lega. Setelah merasa sedikit tenang. Mereka kembali kekamar masing-masing. Fanya masih belum bisa menghilangkan ketakutannya. Kondisi Chalista terkadang membuat semuanya takut. Dan setiap kali keadaannya drop, semua merasa cemas dan saling memberi kabar.

Aglan menutup pintu kamarnya. Masih dapat dilihat kesedihan di mata istrinya. Dengan lembut ia menarik Fanya dan memeluknya erat. Membuat wanita itu menangis di pelukannya. Memeluknya erat. Mempercayakan dirinya sebagai sandaran hidupnya.

"Aku takut terjadi apa-apa sama keponakan-keponakanku, Glan," ucapnya di sela tangis. "Terutama Chalista yang benar-benar lemah sejak lahir," Aglan hanya memeluknya, membiarkan istrinya itu menangis. Satu kecupan terasa di kening Fanya. Sedikit menenangkannya. Malam semakin gulita, sang fajar pun mulai mengintip. Keduanya rebah saling berpelukan.

♥♥♥

brownies ( new version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang