chapter 17

401 38 2
                                    

Fanya membantu Gita menyiapkan makan malam. Lebih tepatnya sih mengacak pekerjaan Gita. Fanya dan Aglan pulang dari hotel pukul dua hari yang lalu. Setelah suaminya itu puas menggodanya, memberikan ciuman-ciuman singkat. Tanpa berniat untuk menyentuhnya lebih jauh. Apa lelaki itu tidak sadar, bukan hanya pria yang memiliki gairah. Dan dia hanya menyalakan gairah Fanya tanpa berniat untuk melakukan lebih jauh. Setelah pulang dari hotel Aglan mengajaknya ke rumah Gita. Untuk sementara waktu mereka akan tinggal di sana. Suaminya itu bercerita, ia tidak pernah memikirkan menikah secepat ini. Jadi ia belum memiliki properti seperti rumah. Dan ia hanya memiliki apartemen, yang Aglan yakin tidak akan membuat istrinya nyaman. Jadi, pria itu menjual apartemennya lebih dulu pada teman dan menggantinya dengan sebuah rumah mewah. Mungkin karena ia sering bermalam di rumah sahabatnya ini. Jadi tidak terlalu sungkan. Hanya saja ada sedikit rasa gugup setiap kali temannya itu menatapnya.

Di saat Fanya sedang mengaduk soto ayam buatan Gita. Pikirannya berputar pada suaminya. Dia belum sama sekali menyentuh Fanya lebih jauh, selain fresh kiss. Sepertinya lelaki itu sengaja melakukannya, hanya untuk membuatnya frustasi. Fanya menghela napas dan menaruh centong sayur di samping kompor. Terkadang Fanya bertanya apakah Aglan benar-benar mencintainya. Tapi semua sikapnya sangat manis selalu membuatnya merasa menjadi wanita sepenuhnya. Tidak jarang juga ia mengucapkan kata 'I love you' memang terdengar standar. Dan setiap kali Aglan mengucapkannya, seakan tidak ada lagi orang lain yang bisa mencintainya lebih dari suaminya.

"Gimana rasanya?" tanya Gita. Fanya terkejut, ia mengembalikan kesadarannya.

"Gimana apanya?" Tanya Fanya seraya merapihkan makan malam. Dengan di bantu pembantu Gita. Bibi yang dulu menemani Gita di bali sudah sepuh dan dia meminta untuk kembali ke kampung. Walau seperti itu, Gita selalu rutin mengirim uang dan menjenguknya.

"Ya itu," ucap Gita lagi dengan senyum usil. Tangannya seakan membuat tanda kutip dan berkata, "Gimana rasanya sama brondong." Gita menahan senyumnya saat sahabatnya itu mengacuhkannya. Dia tidak mau membahas itu pada teman-temannya. Yang ada mereka akan semakin menggodanya.

Mereka menikah di saat mereka belum saling kenal satu sama lain. Kepribadian, karakter dan juga kebiasaan. Jadi ada beberapa hal yang membuat Fanya marah pada suaminya itu. Dua hari di rumah Gita setelah mereka berstatus menjadi istri lelaki yang lebih muda darinya. Ada beberapa kebiasaan Aglan yang sangat membuatnya kesal. Seperti lelaki itu yang selalu nenaruh pakaian asal. Kaos kaki yang bisa ada di sofa kamar dan satu lagi di ubin. Membuat kamar seperti kapal pecah. Belum lagi pekerjaan yang dia bawa ke rumah membuat kertas-kertas selalu bertebaran. Padahal saat Fanya bekerja dengan Elmo, ia tidak pernah melihat Elmo seberantakan itu.

Dan karena hal itu Fanya sering merasa kesal dan akhirnya mereka berdebat soal kebiasaan Aglan itu. Dan emosinya semakin memuncak karena Aglan yang dengan sepihak memberhentikan dirinya dari kantor. Walau ia salah satu pemilik perusahaan itu, tetap saja ia tidak berhak bertindak sesukanya. Karena kesal Fanya mengacuhkan suaminya itu sejak pagi. Apapun yang ia ucapkan tak ada yang dihiraukannya. Dan itu berlangsung hingga saat ini. Tentunya dia tidak ingin ada orang tahu kalau dia sedang marah dengan suaminya itu.

Samar-samar suara mobil masuk ke dalam pekarangan. Gita melepaskan celemek untuk menyambut suaminya. Sedangkan Fanya memilih melanjutkan pekerjaannya di dapur. Asisten rumah tangga sudah membenahi barang-barang yang tak terpakai ke dapur kotor. Ia juga mengelap meja pantry hingga bersih.

"Aku pulang," sapa Aglan yang seakan tidak sadar kalau istrinya masih marah. Fanya mengacuhkan suara lelaki itu. Dia bukan hanya marah akan apa yang terjadi tadi pagi. Dia juga kesal karena Aglan tak memakai baju pilihannya. Lelaki itu memilih memakai kaos berwarna hitam, celana jeans yang sudah tidak jelas warnanya dan jaket kulit. Ketimbang baju yang ia pilihkan.

Fanya melihat Elmo dan Gita memasuki ruang makan. Jujur saja Fanya sangat iri dengan sahabatnya itu. Bisa memeluknya dan bermanja dipelukannya. Gita sedikit bingung dengan kedua pengantin baru dihadapannya. Gita tersenyum pada Elmo dan berkata," Kamu mandi dulu, baru kita makan bareng." Elmo memberi ciuman singkat pada istrinya dan berlari ke atas. Sementara Aglan masih memperhatikan istrinya yang masih mengacuhkannya sejak kemarin. lalu mengikuti Elmo menaiki tangga. Gita hanya menggeleng melihat kekonyolan sahabatnya.

Tidak berapa lama Elmo dan Aglan kembali turun bersama Mutia yang di gendong oleh Elmo. Duduk di meja makan, Elmo menikmati masakan istrinya yang selalu ia sukai. Karena hobi istrinya ini, Elmo melarang asisten rumah tangga untuk memasak. Karena dia sangat suka setiap kali istrinya sedang masak. Terlihat sangat cantik di matanya.

"Gak ada lo di kantor, cukup bikin pusing. Lo bagai peri gue di kantor. Semua pekerjaan terasa lebih mudah. Sekretaris baru juga tidak mampu menyaingi lo," ucap Elmo. Fanya hanya tersenyum singkat, lalu berkata," ya lo salahin orang yang mecat gue tanpa diskusi dulu." Sindir Fanya membuat Aglan menoleh.

"Yang, itu udah aturan kantor. Suami istri gak bisa kerja satu kantor. Kamu tahu itu, kan?" tanya Aglan.

"Tapi kamu bisakan ngomong dulu, diskusi dulu, gak asal ngambil keputusan. Kalau kamu ngomong aku akan bisa cari kerjaan di tempat lain!" balas Fanya. Aglan pun tidak lagi menanggapi perkataan istrinya itu. Elmo dan Gita hanya menatap kedua anak kecil dihadapannya dan tidak bisa berkata apa-apa.

brownies ( new version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang