t i g a

308 36 8
                                    

Cuaca hari ini cukup terik, padahal waktu baru menunjukan pukul sepuluh pagi. Menciptakan rasa haus berlebih kepada penghuni bumi. Sejak tadi, Nara sudah menghabiskan dua botol air mineral dingin ditangannya. Membuat teman-temannya menggeleng takjub.

"Santai aja kali minumnya, jangan kaya orang abis buka puasa gitu dong." Kata Malik menggoda, membuat Nara langsung menatapnya tajam.

Saat ini, Nara beserta kelompok KKN-nya sedang melakukan rapat yang kedua di indekos Athaya. Sebelum keberangkatan, rencananya mereka akan membeli beberapa kebutuhan yang dirasa penting namun belum tersedia di posko, agar saat nanti sampai disana tidak perlu repot-repot lagi untuk menacari. Selain itu, mereka juga akan menyortir barang-barang apa saja yang mereka perlu di bawa, dan terakhir membuat anggaran dana untuk mewujudkan kegiatan prokja.

"Segini aja gimana, cukup gak? atau masih kurang?" Tanya Haura sambil memperlihatkan perhitungan yang sedari tadi ia buat dengan Aksa kepada teman-temannya.

"Kayanya cukup sih," jawab Malik. "Lagian kalau terlalu besar, berat dikitanya juga kan." Tambahnya.

"Bener, kalau bisa kita bikin prokjanya lebih di minimalisir lagi, biar gak terlalu nguras budget." Kata Keenan memberi saran.

Nara langsung mengangguk setuju, "boleh tuh. Nanti kita manfaatin barang-barang bekas yang gak terpakai atau sampah yang masih bisa di daur ulang aja." Katanya ikut memberi saran.

Keenan menatap Nara curiga, "enggak mulung kan kita disana?" Tanyanya.

"Khusus buat kamu aja." Jawab Nara, yang langsung disambut gelak tawa oleh teman-temannya yang lain

***

Nara dan kelompok KKN-nya setiba di posko pukul sepuluh pagi. Pihak kampus memang sengaja mengatur jadwal keberangkatan pagi hari agar tidak terjebak kemacetan dijalan. Setelah Pak Bagas—dosen pembimbing mereka selesai berdiskusi dengan Pak Halim, dan beberapa warga lainnya ia langsung pamit untuk kembali pulang. Sebelumnya Pak Bagas juga sempat memberikan beberapa wejangan untuk anak-anak KKN.

"Buat yang perempuan kan ada tiga orang nih, mau satu kamar aja atau pisah?" Tanya Malik saat sudah masuk kedalam posko, dengan kedua tangan menenteng barang bawaan.

"Bareng aja," jawab ketiganya kompak.

"Kompak banget, cocok nih bikin girlband." Kata Keenan memberi saran.

"Gausah mulai deh Nan. Mau dicubit lagi lo sama Ala?" Tanya Rafi mengompori.

Sekedar informasi, Alana itu gak suka sama mulut ceplas-ceplosnya Keenan. Bukan Keenan aja sih, hampir semua orang yang ceplas-ceplos akan mendapat cubitan mautnya. Jadi kalau kamu gamau dicubit sama Alana, jadi anak yang kalem aja ya kaya Nara.

Karena merasa terpanggil, Alana menoleh, membuat Keenan langsung memukul pundak Rafi kencang. "Jangan gitu dong, baru juga sampe masa gue udah dicabein aja." Kata Keenan setengah berbisik.

Nara memandang teman-temannya dengan senyum, kenapa ada saja tingkah ajaib mereka. Seperti tidak ada habisnya. "Hei, jangan ngelamun." Tegur Atha yang mengejutkan Nara.

"Lagi mikir aja, tingkah ajaib mereka tuh gaada habisnya." Kata Nara sambil kembali menyusun barang-barang bawaannya.

Atha terkekeh, "itu wujud asli anak teknik yang terlalu banyak mikirin mesin."

"Untung aku gak kaya gitu ya." Kata Nara sambil ikut terkekeh.

Belum sempat Atha menjawab, gadis itu bangkit dari posisinya. "Mau gue bantu Ra?"

Nara menggeleng, "mending bantuin Malik aja dibelakang." Sarannya.

Setelah berhasil membawa barang bawaannya, Nara mulai menatanya satu persatu di kamar. Kamar ini terbilang besar, kasurnyapun ia rasa cukup untuk ditiduri empat sampai lima orang. Selain itu posko ini juga memiliki dua kamar lainnya yang bangunannya terletak sejajar. Kemudian ada ruang tengah dan dapur yang sama luasnya.

Jurnal KKN NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang