d u a b e l a s

190 27 0
                                    

Hari sudah semakin siang, namun anak-anak KKN masih terus berkeliling di jalan utama Desa. Mencoba mengajukan penawaran kepada ebeberapa toko barang bangunan yang ada. Tapi belum juga ada yang mau menjadi sponsor mereka. Tersisa satu toko lagi, namun mereka sudah sangat kelelahan dan memilih untuk beristirahat sejenak.

"Kita istirahat disini aja ya," kata Malik mendudukan dirinya di atas trotoar jalan, yang diikuti oleh teman-temannya.

"Ada yang sakit ga Ra?" Tanya Alana saat dirinya sudah duduk dengan sempurna di sebelah Nara.

Nara menggeleng, sambil mengelap dahinya yang basah akibat keringat. "Aman ko La," jawabnya.

"Kalau ada rasa sakit atau apa, bilang ya." Kata Alana dengan lembut, yang dibalas anggukan oleh Nara.

"Ra, ini toko terakhir yang mau kita datengin, toko tempat lo beli bahan-bahan kemarin kan?" Tanya Malik setelah berhasil menandaskan satu botol air mineral dalam genggamannnya.

"Iya, aku berharap semoga mereka mau bantu kita." Jawab Nara penuh harap.

"Optimis Ra, jangan dianggap beban. Pasti ada jalnnya." Kata Keenan ikut menyahut.

Sudah hampir satu jam anak-anak KKN berdiam diri di sebuah toko bangunan yang menjadi harapan terakhir mereka. Karena pemiliki toko sedang keluar, para penjaga disana meminta mereka untuk menunggu terlebih dahulu. Sebelumnya Nara juga sudah mencoba menghubungi, namun tak juga mendapatkan balasan. Gadis itu mulai pesimis, bagaimana jika mereka tidak mendapatkan sponsor? Para warga pasti akan mengamuk pada mereka.

Nara sudah pasrah saat, hari mulai gelap. Mereka semua memutuskan untuk pulang ke posko karena pemilik toko itu tak kunjung datang. Sebelum pulang, mereka berpamitan kepada para penjaga toko sekaligus mengucapkan maaf dan terimakasih, takut-takut karena kehadiran mereka membuat para penjaga toko itu merasa tertanggu.

***

Sesampainya di posko mereka semua langsung anti untuk mandi dan makan malam. Karena Nara merasa tidak tenang, gadis itu ingin sekali mencoba meminta bantuan kepada kedua orang tuanya. Takut jikalau waktu KKN mereka sudah habis, namun dana belum juga terkumpul. Lagipula masalah ini juga timbul karena idenya. Walaupun niatnya baik.

"Nan," panggil Nara pada laki-laki yang saat itu sedang asik bermain ular tangga bersama yang lainnya.

Keenan menegapkan posisi duduknya, "kenapa Ra." Tanyanya.

"Mau minta tolong ya, atau temenin?" Tebak Keenan karena gadis dihadapannya itu tak kunjung menyahut, mungkin merasa tidak enak.

"Iya, mau ngabarin keluarga." Kata Nara pelan.

"Yuk," ajak Keenan sambil bangkit dari posisi duduknya. "Keluar bentar ya Lik," lanjutnya memberi tahu Malik.

Setibanya di bukit, Nara mulai mengeluarkan ponselnya. Ia akan mencoba sedikit menjauh dari Keenan karena takut laki-laki itu akan mendengar permintannya kepada orang tuanya. Saat sedang mencari kontak Ayahnya, tiba-tiba saja ada satu pesan yang masuk. Ia mengurungkan niatnya sejenak, beralih untuk membuka pesan tersebut.

Nara menatap tak percaya pada layar ponselnya yang menampilkan pesan dari seseorang. Saking terkejutnya, ia sampai menepuk pundak Keenan berulang kali.

"Kenapa gaada sinyalnya?" Tanya Keenan saat pundaknya ditepuk berulang kali.

Nara menggeleng dan malah menyerahkan ponselnya kepada Keenan, menyuruh laki-laki itu untuk membacanya.

"Alhamdulillah," pekik Keenan kencang karena saking terkejutnya. "Besok pagi kita kesana." Lanjutnya penuh antusias.

***

Pagi-pagi sekali, anak-anak KKN beserta warga Desa sudah berkumpul di balai Desa. Hari ini mereka berniat untuk mewujudkan pertanggungjawaban yang warga minta. Sebelumnya mereka telah mendapatkan sponsor dari pihak toko bangunan yang sbelum sempat mereka temui pemiliknya. Namun, berkat Nara mengirimkan pesan kepada pemilik toko itu, beliau langsung menyetujuinya.

Hal ini tidak terlepas dari proposal yang mereka ajukan, hingga membuat pemilik toko tersebut tertarik. Selain itu, mereka juga menjelaskan bagaimana kronologi kejadian yang sebenarnya.

"Jadi, nanti Bapak ikut saya ke toko bangunan ya." Kata Keenan mengingatkan salah satu warga.

"Siap mas." Sahut warga tersebut.

Para perempuan kali ini tidak ikut serta dalam kerja bakti. Hanya membantu para ibu-ibu untuk memasak.

Kegiatan perbaikan tersebut berjalan lancar. Walaupun memakan waktu hampir seharian. Saat anak-anak KKN ingin berpamitan, para warga langsung mengucapkan terimakasih. Karena menurut mereka anak-anak KKN itu benar-benar bertanggung jawab. Meski mereka tidak tahu hal yang sebenarnya. Padahal pihak toko bangunan secara langsung sudah menjelaskan kalau anak-anak KKN berlaku jujur, tapi tetap saja mereka masih ragu.

"Kalau begitu janji kami sudah lunas ya Pak, dan tadi Bapak-bapak semua juga ikut mengawal langsung. Jadi kalau terjadi apa-apa lagi, itu diluar kendali kembali." Kata Keenan mencoba untuk berlaku tegas agar tidak diperlakukan seperti ini lagi.

"Iya mas, terimakasih atas bantuannya."

"Kami semua pamit pulang ya Pak, permisi, selamat malam." Pamit Malik dan teman-temannya yang lain kepada seluruh warga.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jurnal KKN NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang