l i m a b e l a s

202 24 0
                                    

Aksa baru tersadar, ia sudah sangat kelewatan. Ia menuduh orang lain tanpa ada bukti yang kuat, dan tanpa mau mendengarkan pembelaan darinya.

"La, Nara mana?" Tanya Aksa saat bertemu Alana di lobi rumah sakit.

Alana menatap sinis kearahnya, "mau ngapain lagi lo? Belum puas makinya-makinya?" Katanya emosi.

"Oh jangan-jangan lo udah tau semuanya terus sekarang mau minta maaf?" Tebak Alana. "Sayang sekali, anda terlambat!" Lanjutnya, dan langsung berlalu dari hadapan laki-laki itu.

Aksa tidak menyerah, ia menaiki ojek yang ada disana untuk menyusul Nara. Ia yakin, pasti gadis itu belum terlalu jauh. "Pak lebih cepet lagi ya." Pintanya sambil menepuk bahu tukang ojek itu.

Benar saja, tepat di depan tugu selamat datang, mobil berlogo kampusnya tengah berbelok. Aksa kembali meminta abang tukang ojek itu untuk menambah laju kendaraannya. Setelah berhasil menghadang mobil tersebut, ia langsung mengetuk kaca jendelanya.

"Loh Aksa, ada apa lagi?" Tanya Pak Bagas heran.

Laki-laki itu mencoba menjelaskan permasalahan yang sebenarnya sekaligus meminta maaf kepada Pak Bagas karena kesalahpahaman ini, dosennya itu jadi ikut terlibat. Setelah berdiskusi cukup panjang, Pak Bagas menyerahkan keputusan kepada Nara. Gadis itu bebas memilih apakah ia ingin kembali, atau tetap pulang.

"Ra gue mohon maaf banget karena gak dengerin penjelasan dari lo dulu. Please balik lagi ya," pinta Aksa dengan penuh harap.

Nara mengangguk, "Iya." Jawabnya singkat yang membuat Aksa sedikit lega.

***

Pagi ini, Keenan, Atha, dan Ana sudah diperbolehkan untuk pulang. Membuat posko kembali ramai. Hubungan mereka sudah mulai membaik. Entah dimulai dari mana, kini Aksa mulai protective kepada Nara. Ia akan selalu membantu gadis itu jika ingin melakukan sesuatu. Anggap saja ini semua sebagai bentuk penebusan atas rasa bersalahnya.

Lagi pula gadis itu juga tidak diperbolehkan melakukan aktivitas karena tulang kakinya yang patah. Jadilah mereka menghabiskan sisa-sisa hari yang tersisa hanya di Posko. Saat sedang asik bermain ular tangga, tiba-tiba saja ketukan serta suara ramai dari luar posko membuat mereka semua menghentikan kegiatannya. Ada banyak sekali warga yang memadati posko mereka.

Malik menatapnya curiga, "maaf Bapak-bapak mau minta pertanggungjawaban apa lagi ya?" tanya Malik.

Semua warga langsung tertawa, "enggak mas. Kita mau menjenguk anak-anak KKN yang sakit."

Malik langsung mempersilahkan mereka semua untuk masuk. Mereka semua berbincang cukup lama. Para warga juga menyadari bahwa jebolnya tanggul saat itu, bukan seperti apa yang mereka tuduhkan. Melainkan karena intensitas air hujan yang berlebih. Karena itu, Nara ingin melakukan satu hal lagi diluar prokja, yaitu menanam banyak pohon atau reboisasi agar mengurangi tingkat kerawanan longsor yang terjadi. Karena tanggul tidak cukup kuat untuk menahan tanah.

Idenya itu disetujui oleh semua orang yang ada disana. Dengan catatan, Nara tidak boleh ikut terlibat. Hanya menonton saja. Mereka semua takut, kalau kondisi kaki gadis itu semakin parah kalau dipakai untuk melakukan aktivitas. Nara pun menyetujuinya, walaupun ia tidak terjun langsung dalam kegiatannya. Tapi setidaknya ia bisa melihat, dan menyaksikannya secara langsung.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jurnal KKN NaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang