Selesai.
🍁BELUM REVISI EYD🍁
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa pada waktu dan daerah tertentu.
---------------
Semuanya bermula saat banyak sekali pemberitaan tentang hal mistis yang men...
Suhu udara pagi ini terasa sangat dingin. Akibat hujan yang turun semalam. Belum ada tanda-tanda anak KKN yang berniat untuk mandi pagi ini. Padahal biasanya mereka akan antri, yang berakhir dengan adu mulut karena berebut air atau yang lainnya.
Selain karena suhu udara yang memang dingin, hari ini mereka juga tidak memiliki jadwal apapun diluar. Anggap saja hari ini mereka sedang memegang kuat prinsip "tidak akan mandi bila tidak keluar". Saat ini mereka semua tengah berkumpul di ruang tengah dengan berbagai macam posisi. Ada yang sedang rebahan, menyender, tengkurap, dan duduk normal seperti pada umumnya.
Suara ketukan pintu membuat mereka semua menoleh ke sumber suara. Nara yang posisinya paling dekat pintu, hendak bangkit. "Jangan Ra, biar gue aja." Kata Malik yang menghentikan pergerakannya.
"Permisi mas," sapa warga, saat pintu sudah terbuka sepenuhnya.
Malik mengangguk hormat, "Iya Pak, silahkan masuk dulu." Ajaknya pada warga yang tidak ia ketahui namanya.
"Disini aja gapapa mas, cuman sebentar aja." Katanya menolak ajakan Malik. "Jadi gini mas, tanggul yang kemarin baru kita bangun sudah jebol lagi. Banyak warga yang sudah berkumpul di lokasi dan meminta pertanggungjawaban anak-anak KKN mas." Jelasnya tanpa basa-basi.
"Maaf Pak, tapi pertanggungjawaban apa ya yang dimaksud. Kalaupun terjadi kerusakan, itu diluar kendali kita Pak."
"Lebih baik mas dan teman-temannya datang langsung saja ya kelokasi, saya kesini hanya untuk menyampaikan itu."
"Baik Pak, kami akan segera kesana." Kata Malik dengan yakin.
***
"Serius lo mau ikut Ra," tanya Atha meyakinkan.
"Iya mending lo di posko aja ya, jalanan pasti licin karena semalem habis hujan." Kata Malik ikut menimpali.
Nara menggeleng, "aku mau ikut. Janji gak akan ceroboh." Jawabnya memelas.
"Oke, jalannya pelan-pelan aja ya Ra." Kata Atha memperingati.
Alana dan Ana sudah berada di kedua sisi Nara, menggandeng tangan gadis itu dengan erat.
Setibanya di lokasi, banyak warga yang langsung menatap tidak suka pada mereka. Seolah-olah mereka tersangka yang perlu di adili.
"Selamat pagi Bapak-bapak semua, bisa dijelaskan bagaimana kronologinya terlebih dahulu hingga membuat bapak-bapak semua meminta pertanggungjawaban kepada kami."
Tidak ada satupun yang tahu detik-detik tanggul itu jebol. Hanya saja para warga yakin, penyebab utama tanggul itu kembali jebol karena semalaman Desa mereka diguyur hujan. Selain itu mereka juga menduga adanya penggelapan dana atau korupsi yang dilakukan anak-anak KKN terhadap dana yang diberikan Pak Halim. Sehingga bahan-bahan yang digunakan untuk membangun tanggul adalah yang berkualitas buruk, hingga membuat tanggul mengalami kerusakan kembali.
Jantung Nara berdegup kencang, jadi warga disini secara tidak langsung menyalahkan dirinya atas kerusakan itu. Padahal ini diluar kuasa dirinya. Anak-anak KKN tentu tidak terima dengan amarah warga yang menyudutkan Nara dan terkesan menuduh tanpa bukti. Ini sudah kelewat batas, Nara sudah berbaik hati ingin membantu tanpa meminta imbalan apapun, tapi kenapa malah jadi dituduh yang tidak-tidak seperti ini.
Bahkan ada warga yang dengan sengaja menyebutkan bahwa Nara sengaja membuat ide perbaikan itu, agar dapat menggelapkan dana Desa. Apakah mereka tidak ingat, jika anak-anak KKN juga ikut serta dalam membantu dana tersebut.
"Mohon maaf Bapak-bapak, kami memiliki beberapa bukti kuat yang menyatakan bahwa kami tidak melakukan tindakan kotor itu." Kata Malik mencoba memberi pengertian. "Kalaupun akhirnya kembali mengalami kerusakan, itu semua diluar kendali kami Bapak-bapak sekalian." Lanjutnya.
"Apapun alasan kalian, kita tetap akan meminta kalian untuk memperbaiki tanggul ini kembali."
"Betul itu, bagaimanapun caranya!"
Ini sudah bukan warga Desa yang biasa mereka kenal. Jadi sepertinya akan percuma jika mereka memberi pengertian. Mereka tetap tidak akan merubah keputusannya.
"Tolong semuanya tenang," pinta Keenan pada warga. "Kalau memang itu yang kalian inginkan, kita akan turuti. Dengan satu syarat." Tantang Keenan pada warga.
"Kalian semua harus mengikuti proses dari awal pembuatan anggaran sampai pelaksanaan. Agar tidak terjadi tuduhan seperti ini lagi kepada kami yang tidak tau apa-apa." Kata Keenan tegas, berbeda dari yang biasanya.
"Baik, kita semua setuju."
***
Sejak kembali dari lokasi tanggul yang mengalami kerusakan itu, Nara tak henti-hentinya berpikir. Bagaimana cara untuk mencari dan mengumpulkan dana sebanyak itu. Bahkan anggaran prokja yang masih mereka meiliki pun tidak cukup. Tidak mungkin kan kalau Nara meminta bantuan keluarganya.
"Udah Ra, jangan dibawa beban. Kita pikirin bareng-bareng gimana solusinya." Kata Keenan mencoba menenangkan.
"Yakin gue, pasti ini ada profokatornya. Gak mungkin warga tiba-tiba aja minta pertanggungjwaban, kalo ga ada kompornya." Kata Malik masih tidak terima.
Rafi menepuk pundak Malik beberapa kali, "kontrol emosi lo. Udah bukan lagi waktunya kita cari siapa yang salah. Tapi siapa yang bisa bantu."
"Satu-satunya jalan yang mungkin kita coba dengan waktu yang singkat ini, cari sponsor." Jelas Nara.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.