41. Rahasia Meira

1.2K 126 82
                                    

Sebelumnya, mau ngucapin selamat hari raya idul adha semuanya❤️ btw kemarin pas mau dikurbanin, Rega kabur😂

Sebenarnya, udah kelar dari tadi nulis part ini. Cuma, karena gada kuota, nunggu nyari wifi dulu. *Curhat

Maaf banget, sekarang sering bolos update😭 lagi mikir cerita ini soalnya. Tapi, sebagai gantinya part ini lumayan banyak kok. 1600 kata lebih.

Happy reading, jangan bosan-bosan sama ceritaku ya🤪

•••

"Kata Ann, semalem kamu ke kamar Meira,"

Jantung Rega berdegup kencang. Daddy-nya ini memang selalu menyeramkan.

Saat ini ia tengah disidang oleh ayahnya di ruang makan. Aih! Ini yang Rega takutkan. Kalau untuk masalah wejangan seperti ini, Sean pasti tak akan melepaskannya dalam waktu dekat. Apalagi kalau mommynya ikut berkomentar. Rega hanya bisa manggut-manggut seraya berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya.

Dan apa-apaan Ann itu? Apa adiknya itu menghianatinya?! Awas saja, untuk masalah kostum mermaid pasti akan Rega cancel.

"Bener, Ga?" tanya Sean lagi.

Rega menggaruk lehernya yang gatal. "Iya, bener."

"Semalem kamu di kamar Meira dan lama nggak keluar?" lanjut Sean.

Rega cengengesan. Ia tak takut sebenarnya, karena, ia ke kamar Meira, pun, untuk urusan belajar. "Iya, bener,"

"Ngapain?" sahut Ace. Kepalanya menjorok tepat di depan wajah Rega. Entah dari mana bocah itu datang.

Rega menjauhkan wajah, kemudian mengusap wajah adik laki-lakinya. "Anak kecil nggak boleh tahu!"

"Bang Ace, jangan ikut-ikutan, ya? Main sama Mbak Meira coba?" pinta Shinta.

Ace berpikir sejenak, kemudian mengangguk cepat. "Ok."

•••

Meira menyenderkan tubuhnya pada bantal empuk milik keluarga Rega. Karena tak tahu harus melakukan apa, ia akhirnya mengambil ponsel. Namun, matanya mengernyit heran kala melihat pesan di ponselnya.

Ayah

|Ayah vc ya 17.00

Meira kelabakan. Saat ini, 'kan, ia tidak berada di rumahnya. Rama bahkan belum tahu jika Meira sudah diusir dari rumahnya sendiri. Tapi, ketika ayahnya sudah menelpon seperti ini, berarti ia sudah tak marah lagi. Meira lega..

Rama benar-benar memvideo call-nya. Meira berpikir keras, hingga akhirnya, dengan tangan gemetar Meira mengangkat panggilan ayahnya.

"Assalamualaikum, Nak." kata Rama di seberang.

"Wa-waalaikumsalam," jawab Meira gugup.

Meira mengamati lekat wajah ayahnya yang nampak kelelahan. Ayahnya adalah seorang pegawai kantor di perusahaan luar kota. Saat ini saja, ayahnya masih mengenakan seragam kantornya. Pasti lembur, pikir Meira

"Ayah udah makan?"

Nampak di sana Rama tengah tersenyum, hingga menimbulkan matanya menyipit, dan keriput di pinggiran matanya terlihat jelas. Pasti ia senang diperhatikan seperti itu.

"Udah, Mei. Tapi, kamu ini di mana? Ayah yakin itu bukan warna cat rumah kita."

Meira menggaruk lehernya yang tak gatal. "I-iya. Ini lagi di rumah temen Meira." alibinya.

"Mbak,"

"Pssttt, Mbak!"

Meira tersentak. Ia cukup kaget dengan suara desisan itu. Gadis itu menoleh, ternyata suara itu berasal dari Ace yang tengah berdiri di ambang pintu.

Regaska (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang