53. Ungkapan Aska

1.3K 120 31
                                    

Karena otornya suka kucing, ada gif untuk kalian semwa

Karena otornya suka kucing, ada gif untuk kalian semwa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Rega berjalan dengan langkah lebar memasuki rumah sakit. Pandangannya meleng, jelas ia khawatir. Bahkan, sesekali ia menubruk orang yang menghalangi jalannya. Apalagi ini sudah pukul 7 malam, artinya sudah memasuki jam besuk, ada banyak orang yang lalu lalang.

Dalam hati, Rega berucap banyak syukur karena kedua adik kembarnya tengah tidur tadi. Kalau saja mereka tidak tidur, si kembar pasti merengek ingin ikut ke rumah sakit, dan masalah akan semakin runyam. Karena anak kecil dibawah umur 12 tahun dilarang berkunjung ke area rumah sakit. Walaupun sepertinya itu bukan masalah besar, mengingat kedua adiknya yang terlampau tinggi padahal usianya masih 9 tahun, hal itu bisa untuk akal-akalan penjaga gerbang area RS.

Rega saja sangat terkejut ketika mengetahui ibunya ke rumah sakit tanpa dirinya. Tapi, yang lebih membuatnya terkejut adalah ketika tahu bahwa Meira hampir disakiti Dila.

Tepat di depan resepsionis, rahang Rega mengeras kala mengamati Dila dan Santi berjalan dengan langkah malas melewatinya. Ah, rasanya ia ingin sekali menjadikan Dila samsak andai ia laki-laki. Namun, Rega harus berpikir waras, otaknya yang mengajak.

Rega menghela napas berkali-kali mencoba sabar, kemudian melanjutkan langkah lebarnya. Karena yang terpenting adalah, memastikan keadaan Meira.

Cowok itu membuka pintu rawat Meira pelan, kemudian berjalan mendekati ranjang. Padahal, hari ini harusnya menjadi hari terakhir Meira opname. Tapi gara-gara kedua ular itu, sepertinya Meira harus menetap lebih lama. Ia berharap tak terjadi apa-apa pada gadis itu.

"Kata Mommy, kamu hampir dicelakain Dila. Tapi kamu nggak papa, 'kan?" tanya Rega cemas dengan mata yang memindai tubuh Meira, barang kali ada yang terluka.

"Jahitannya kebuka satu," sahut Shinta.

Rega melotot. Ia memukul besi bangsal, membuat kulitnya sedikit memerah. "Dila nggak bisa dibiarin!"

Cowok itu berbalik, namun cekalan tangan Meira pada ujung kaos putihnya berhasil menghentikannya. "Dila sama Ibu udah diusir. Lo nggak perlu lakuin apapun, ok?"

Seketika bayangan Dila yang berjalan tanpa menghiraukannya tadi membuat semuanya masuk akal. Padahal, sempat beberapa detik pandangan mereka bertemu. Pantas saja ia tak mengusiknya, ternyata habis diusir, mereka pasti pusing memikirkan bagaimana kelanjutan hidupnya.

Rega menghela napas lega. Sirius tak ada, dan sekarang Dila diusir. Senyuman lebar mengembang di bibir Rega. Ia senang, sebab tak ada lagi yang akan menyakiti Meira, menurutnya ....

Pandangan cowok itu beralih pada Shinta yang duduk di kursi lipat samping Meira. "Mommy kok nggak ajak Rega ke rumah sakit?" tanyanya sebal.

Shinta terkekeh pelan, kemudian beranjak dari duduknya. "Mommy awalnya pengen ngobrol sama Meira tanpa kamu. Lagian, kalau kamu ke sini, belum tentu diizinin masuk ayahnya Meira, 'kan?"

Regaska (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang