8 | Rencana

294 54 11
                                        


Na Jaemin tengah memakan roti panggang dengan isian keju dengan irisan taging. "Mmkanmanak," Jaemin berbicara tidak jelas dengan mulut penuh. Jeno hanya menggeleng pelan lalu membuka kaleng minuman dingin yang dia bawa untuk Jaemin.

Jaemin segera meminumnya, "Kau punya bakat memasak."

"Memanggang roti bukanlah sebuah bakat memasak."

Jaemin nyengir. Padahal rasa roti panggang ini sangat enak, lebih enak dari roti yang biasanya dia panggang atau ibunya panggang untuk sarapan.

Jeno, "Kau bahkan pintar memasak bukan?"

Jaemin mengangguk semangat, Karena dia hanya tinggal berdua dengan ibunya dan ada saat dimana ibunya akan sibuk di Caffe maka dia akan memasak sendiri. Bagusnya bakat memasak ibunya menurun padanya.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

Jeno menyandarkan kepalanya pada kepala ranjang. "Saat kelas memasak kau pernah memberikan kue buatanmu padaku."

Jaemin ingat dia pernah memberikan kue tart cokelat pada Jeno yang tidak aktif kelas masak dan justru tertidur dengan kepala bersembunyi ditekukan lengan tangannya. Jaemin meletakkannya diatas mejanya tapi sedikit ragu Jeno akan memakannya. "Jadi kamu memakannya?"

Jeno terdiam cukup lama, "Itu enak."

Jaemin tersenyum, dia pikir Lee Jeno adalah seorang lelaki dingin dengan wajah datar yang tidak memperdulikan hal-hal disekitarnya. Tapi hanya tahu dia memakan roti yang dia berikan rasanya Jaemin merasa ada banyak hak yang ingin dia ketahui tentang Lee Jeno.

"Aw," Jaemin mengaduh karena ternyata roti panggang pemberian Jeno sudah habis dan dia yang tidak sadar malah menggigit jarinya sendiri. Dengan cepat Jeno mengambil tangan Jaemin yang terluka.

"Kenapa kau ceroboh?" Jeno memeriksanya, dengan hati-hati meniupnya. Itu tiupan ringan tapi rasanya panas dari udara Jeno menjalar keseluruh tubuh Jaemin.

"Aku bahkan pernah dengan ceroboh jatuh ke selokan," Jaemin merenung memikirkan tingkahnya yang pernah sangat memalukan. "Kau tahu Teenage Mutant Ninja Turtles keluar dari penutup selokan jadi aku pikir aku bisa bertemu mereka jika masuk kesana tapi," Belum sempat Jaemin meneruskan dia mendengarkan kekehan pelan seseorang. Dengan refrek dia melihat Jeno.

Ini mungkin akan menjadi kejadian langka, seorang Lee Jeno yang dia kenal selama dua tahun di sekolah dan selalu tampak kedinginan kini tengah tersenyum dengan mata eyesmile. Semua aura dinginnya menghilang. Dia benar-benar tampak manis saat tersenyum.

"Lee Jeno kau..." Jaemin tidak mampu berkata-kata dia diam. Jeno yang menutup matanya saat tersenyum membuka matanya dan kini menatap Jaemin. Dia mendekat dan Jaemin diam seperti patung.

Jaemin tidak mampu berpikir apa-apa saat Jeno semakin mendekat hingga kini dia bisa melihat pantulan dirinya pada mata Jeno, tanpa sadar Jaemin menutup matanya. Tapi yang dia rasakan hanyalah tangan Jeno yang menggesek rambutnya. "Tidurlah." Ujarnya lalu pergi.

Hanya setelah mendengar pintu tertutup Jaemin membuka matanya. Wajahnya memerah, dan jantungnya berdegup aneh. Dia memikirkan hal aneh dan segera memukul kepalanya.

"Jaemin gila apa yang kau pikirkan." kesal merutuki dirinya sendiri Jaemin bisa tidur karena pikirannya yang sebelumnya rumit menghilang dan perutnya sudah terisi.

-------

Jaemin yang bangun membuka pintu kamarnya saat seseorang mengetuk, saat dia melihat Doyoung dia baru ingat berada ditempat yang bukan rumahnya.

Doyoung, "Sarapan sudah siap dan ini," ada seragam sekolah yang mirip punyanya ditangannya. "Kata Johnny kau harus tetap sekolah belum lagi nilai matematikamu jelek semua."

Shadow Side | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang