Setelah beban percakapan itu meringan, kau mulai benar-benar memakan makananmu. Kau sesekali melirik Aizawa yang juga sedang makan. Cara ia menggerakkan benda apapun yang ia gunakan membuatmu terpukau. Ia menggenggam sumpitnya antara penuh dengan perhitungan ataupun insting. Tangannya seakan bergerak luwes tanpa terpengaruh satu sama lain. Ketangkasan itu membuatmu bertanya-tanya akan kemampuan pria ini dalam bekerja. Ia pasti melakukan sesuatu yang sangat indah untuk ditonton.Tubuhnya selalu terlihat berat. Bekerja di malam hari, kadang siang, dan masih memiliki waktu untuk meladeni teman ekstrovertnya? Kau merasa kalian berkerabat dekat dalam hal itu. Seakan ingin terlelap sejenak setiap saat.
Bagaimana rasanya jika kau terlelap di atas lengan seseorang? Bermalas-malasan selama berjam-jam, dengan jemari yang saling tertaut bersama sang kekasih?
Tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain tertidur bersama seseorang yang kau cintai.
Kau menghabiskan makananmu, lalu menaruh nampan di tempat yang telah disediakan. Ia mengikutimu, tangannya di bahumu, sedikit memiringkan posisi bahumu agar sisa makanan di nampannya tidak mengotori bajumu.
"Terima kasih sudah mengajakku ke luar hari ini. Aku lumayan bosan di apartemenku. Hari ini menyenangkan, terlepas dari masalahku tadi."
Ia mengedikkan bahu. "Kau tidak menimbulkan masalah untukku, jadi aku tidak terlalu memedulikannya."
"Aku pulang, ya."
Ia mengintip ke jendela, sedikit mengerutkan alis kala melihat matahari sore. "Aku akan menemanimu. Keberuntunganmu sedang tidak bagus akhir-akhir ini. Kau bisa saja dirampok di jalan pulang."
Kau menahan bayangan rasa takut dalam dirimu dan mencoba menghargai tawarannya.
Cuaca yang mulai berubah membuatmu agak kedinginan. Kau seharusnya membawa jaketmu jika tahu hal ini akan terjadi, tapi bagaimanapun juga kau bisa menahan hawa dingin ini sampai kau tiba di apartemen. Sekarang hampir November.
Kau berjalan bersampingan dengan Aizawa hingga pundakmu menyentuh lengannya. Walaupun ia tidak tahu jalan pulang, ia tetap saja menyejajari langkahnya denganmu. Mungkin itu kebiasaannya sebagai seorang Hero.
Ternyata berbicara lebih mudah saat kau sedang bergerak, dan saat tidak ada seorang pun yang melintas. "Apakah kau pikir Yamada membenciku sekarang? Karena kelabang tadi?"
Ia tertawa kecil, kering dan nyaris tak terdengar. "Tidak, malah lebih dari itu. Ekspresinya tadi benar-benar luar biasa."
"Kau tahu? Kau sepertinya agak jahat kepada sahabatmu." Kau menarik napas tajam. Itu perkataan yang terdengar kasar, tapi kau sudah terlanjur mengatakannya dan tidak bisa menariknya kembali. "Maksudku, aku mengancamnya dengan sesuatu yang ia benci. Tapi dia benar-benar akrab denganmu dan... kau malah mendukung tindakanku."
Ia menggaruk tengkuknya. Rambutnya agak kusut. Tanganmu gatal ingin mengurai beberapa untai, dan kau takut sekali tanpa sadar malah benar-benar melakukannya.
"Akan kuingat itu."
"Dia orang yang baik," ujarmu tiba-tiba. "Hanya saja kadang tingkahnya membuat orang-orang kewalahan."
"Aku tahu."
"Sama seperti si Wanita Boots Seksi"
"Maksudmu Kayama?"
Nama panggilan itu terpeleset begitu saja dari benakmu. Kau membersihkan tenggorokanmu. Bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. "Ya. Dia terlihat menyenangkan. Hanya saja kadang membuat orang frustrasi."
"Mmhmm."
"Mereka orang yang tepat untuk dijadikan teman baik."
Ia terhenti, dan kau juga langsung terhenti. Kau menyapu pandang ke sekeliling, tidak ada tanda-tanda bahaya. Ketika kau melirik wajah Aizawa, kau langsung tahu apa masalahnya.
Aizawa sedang menatap langsung ke kedua manik matamu. Entah bingung atau frustrasi, atau karena kesal denganmu. Tatapan itu menghujam mata dan menyergap cepat otakmu.
Sepertinya menghabiskan waktu di luar apartemen hari ini adalah pilihan yang buruk.
Entah hal apa yang tadi membuatnya kesal, ia langsung berusaha melupakannya dan menyinggung pelan tubuhmu dengan lengannya agar kau kembali berjalan. "Kau polos sekali."
Kau tidak yakin apa artinya, dan kau rasa itu adalah suatu pernyataan yang ada benarnya. Kau juga telah cukup memperlihatkan kebodohanmu hari ini, jadi kau lebih memilih untuk tidak menjawab perkataannya.
Beberapa saat kemudian, kau sudah berada di depan bangunan apartemenmu. Biasa saja kalau dibandingkan dengan tempat tinggal Aizawa. 'Tua' adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan apartemen ini.
Tapi kau lebih memilih menyebut apartemen ini ramah di kantong.
"Um... di sini tempatnya." Kau menunjuk jendelamu di lantai dua. "Sampai ketemu lagi."
"Mungkin." Ia menghela napas pendek lalu menyeimbangkan tapaknya, berbalik badan.
"Aizawa?"
"Apa?" gumamnya.
"Tetap kirimi aku foto Gudetama, oke? Besok pagi?"
"...Baiklah."
Kau tidak tahu apa yang membuatnya kesal. Ia benar-benar pria yang moody, dan kau tidak ingin mengganggu privasinya. Kau hanya bisa berharap kau akan menemukan sendiri jawabannya, atau suatu hari ia tiba-tiba mengatakannya.
Langkah pria itu terlihat berat, namun ada suatu hal yang membuat tatapanmu terikat pada sosoknya, membuat sesuatu yang aneh bergemuruh di dalam perutmu.
Mungkin karena bajunya berkibar ditiup angin dan memperlihatkan figur kakinya yang jenjang dan kokoh.
Tbc.
---
Haloo para pembaca setia!!! (((o(*゚▽゚*)o)))♡
Duh, lama ya rasanya aku gak nyapa nyapa kalian hehehehe maaf ya aku upnya mepet mepet akhir minggu begini. Akutuh sebentar lagi masuk minggu uas gaiiss kalian gimana? Sudah selesai atau baru mau mulai ujiannya? Semangat ya bagi yang baru mau mulai ujiann yeyy semoga dilancarkan yaa aamiin.
Buat para pembaca lain, tetap jaga kesehatan ya di rumah :( jangan mendem kelamaan loh di rumah, karena semakin lama terkurung tuh semakin kusut pikiran rasanya, serius deh. Coba kalian seenggaknya seminggu sekali ada agenda ke luar rumah gitu sebentar seenggaknya sekali. Bisa jalan jalan di sekitar rumah, atau pergi ke manaa gitu buat menghirup udara segar. Aku kemarin begitu, dan pas melihat dunia luar aku langsung berpikir "wah, ternyata aku beneran hidup ya di dunia ini" lol 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Lazy Egg [Aizawa x Reader] Translated fic
FanficKau bekerja di sebuah penangkaran hewan. Saat Aizawa Shouta mengadopsi kucing kesayanganmu, hidupmu mendadak jadi terikat dengannya. Anehnya, takdir itu seakan membawa keberuntungan kepadamu. Translated fanfic from Ao3 writer: mighty-mighty-man(Pair...