#35

211 44 0
                                    


Pipimu sakit karena terus menyengir, begitupun perutmu nyeri menahan tawa. "Pakaian yang kau kenakan tidak seperti kau yang biasanya," ujarmu dengan mata yang berair.

"Aku ingin membuatmu terkesan!"

"Kau berhasil! Kau berhasil membuatku terkesan, Shouta!"

Ia berdiri lalu menangkup kedua pipimu dengan tangannya, ibu jarinya tepat berada di samping telingamu. Matanya yang tidak terlalu fokus menatapmu, tetapi bukan wajahmu, melainkan lehermu dan terkadang menatap sesuatu jauh di belakangmu. "Kau keren sekali. Aku tidak... tapi kau juga terlalu polos dan lugu!" Ia mendengus. "Kau tidak bisa ke mana mana dan berkata kalau aku baik dan tampan, dan berbagai omong kosong lainnya, tapi kemudian kau mengira aku tidak mau kenghabiskan waktu bersamamu! Hentikan itu. Bodoh..." Aizawa mengerucutkan bibirnya.

Jelas sekali kalau Aizawa tidak tertidur saat kau mengatakan semua hal aneh itu semalam di kala hujan.

Pria mabuk itu terus mengoceh. "Lagi pula... Kau tidak bisa memberiku memorimu seperti itu. Aku tidak cukup layak untuk menerima hal itu darimu. Kau hanya boleh meminjamkannya, dan bersamaku ketika kau memperlihatkannya untukku."

"Memoriku...?"

"Album foto itu! Semua fotomu bersama Gudetama... Kau tidak seharusnya memberikan itu kepadaku."

Kado yang sudah dibuka itu. Kapan dia memilii waktu untuk melihatnya? Bukankah dia sudah tertidur begitu kau meninggalkannya semalam?

Ia mengapit pipi dan bibirmu dengan telapak tangannya. "Gudetama lebih senang jika ada kau di dekatnya. Begitupun denganku. Jadi sering seringlah datang ke tempatku, oke?"

Kau mengulurkan dan menjalin jemarimu dengan jemarinya sekaligus ingin ia melepas apitan tangannya dari wajahmu. "Aku akan datang menemuimu terlalu sering jika kau terus-terusan memintaku seperti itu."

"Denganmu, tidak ada kata terlalu sering."

Seseorang mengetuk pintu ambulans.

"Aku sedang sibuk! Kembali ke sini sejam lagi!" Seru Aizawa.

"Seksi sekali!"

Kau memutar bola matamu. "Tidak, kami tidak akan berada di sini selama itu."

"Benarkah? Staminamu payah."

Kau menepuk lengan Aizawa sampai akhirnya ia membiarkanmu beranjak kemudian membuka pintu untuk berbicara dengan Kayama. Pria mabuk nan rewel itu membuntutimu setelah ia berhasil mengambil Gudetama dari tempat duduk pengemudi. "Apakah semuanya sudah aman? Sudah ditangani?"

"Tentu saja, semuanya sudah selesai. Kau sudah boleh pulang."

"Kalau begitu, aku akan pulang bersama dengan Aizawa."

Wajah Kayama mendadak cerah. Ia menjilat bibirnya sembari terkekeh. "Hmm? Kalian berdua akan menyelesaikan hal tidak senonoh yang barusan kalian lakukan?" Dia memotong kalimatnya sebelum kau punya kesempatan untuk merespons, mengambil sesuatu dari dompetnya lalu menyelipkannya ke jemarimu. "Apapun yang nanti akan kalian berdua lakukan, lakukanlah dengan aman. Mic akan mengantarmu pulang dan aku akan memastikan polisi memenjarakan orang gila itu dengan aman. Jika terjadi sesuatu, baik ataupun buruk? Telepon saja aku. Aku akan menghabisi Aizawa jika dia membuatmu menangis."

Kau melambaikan tanganmu kepada Kayama lalu membantu Aizawa membawa Gudetama sembari berjalan menuju apartemennya.

Kau tidak yakin akan apa yang kau rasakan terhadap kotak kondom yang Kayama berikan yang kini berada di dalam kantong depan dompetmu.

Aizawa melingkarkan lengannya kepadamu, lututmu dengannya saling bertaut, napasnya mengenai rambutmu. Gudetama melingkar di atas perutmu. Sejenak, kau berbaring terbangun dan menatap pendaran cahaya dari tanganmu.

Saat kau melihat keinginan dan apa yang Gudetama cintai, area tempat tubuhmu dan Aizawa bersentuhan lah yang bersinar paling terang. Kombinasi dari kedua orang yang kucing ini percaya dan andalkan.

"Apakah kami berdua adalah favoritmu, Gude?" Kau mengelusnya, kucing itu menggeram pelan.

Dan saat kau melihat tangan Aizawa, bahkan bulu Gudetama terlihat pucat dibandingkan dengan cahaya berkilau yang memancar dari tubuhmu.

"Apakah aku adalah favoritmu, Aizawa?" Kau menyenderkan punggungmu kepadanya, dengan kepalamu menyentuh dadanya.

"Mmm..."

Kau tersenyum. Bahkan jika ia tidak mengatakan apapun, kau tahu kebenarannya.

Tbc.

Lazy Egg [Aizawa x Reader] Translated ficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang