LT'15

1.8K 119 0
                                    

°Hai hai hai.....
°Vote Dulu yuk sebelum baca.
°Sebagai tanda kalian menghargai dan °mendukung Author untuk tetap °melanjutkan Chapter cerita.
^
^
^
^
^
^
Perlahan mata itu terbuka,menampilkan sebuah ruangan dengan bau obat yang menyeruak di hidungnya. Ruangan Sunyi dengan dinding serba putih yang melengkapinya. Hanya terdapat dirinya seorang disini.

Matanya mengarah ke sebuah Jam dinding yang terpampang. Ah Ternyata sudah pukul 21.34 malam,sudah berapa lama dia disini? Pikirnya.

"Ah..dimana aku ini" Gumamnya

Ia mencoba mengenali keadaan yang terjadi padanya saat ini. Ia menatap tangan kirinya yang penuh dengan selang infus. Otaknya tak henti berfikir,apa yang sedang terjadi padanya.

Perlahan ia mengamati setiap anggota tubuhnya. Penuh dengan selang yang menempel,ya itu jawabannya. Tangan kiri dengan infus yang menempel disana Serta kepala diperban dengan selang yang menempel dikedua lubang hidungnya.

Sudah Jelas jika ia sekarang berada di rumah sakit. Tapi kenapa hanya ada dirinya seorang disini. Kemana semua orang, Hyungdeul? Kemana juga mereka.

Bahkan saat jungkook terbaring tak berdaya pun tak ada yang menemaninya. Seburuk itu kah dirinya?.
Ia sejenak melupakan itu,yang ia fikir kali ini kenapa ia bisa berada disini?

Ia diam sejenak mengingat kejadian beberapa jam lalu sebelum ia terbaring disini.

Ah,akhirnya dia ingat dimana ia tiba tiba dipukuli oleh hyungdeulnya. Tapi kenapa hyungdeulnya malah membawanya kesini? Kenapa tidak membiarkannya mati saja. Bukankah itu keinginan mereka?.

"Aish sudahlah,memikirkan ini semakin membuat kepalaku terasa makin pening" Gumamnya terdengar pelan.
Ia memejamkan matanya. Ia sekarang sudah pasrah.

Toh, meskipun dia sehat maupun sakit seperti ini hyungdeulnya tidak akan pernah memperdulikannya.

Mungkin sekarang hidupnya bergantung antara Hidup dan Mati. Jika ia bisa hidup bertahan lama, syukur ia maih bisa melihat para hyungdeulnya bahagia meskipun itu tanpa nya.

Jika ia mati, ia bisa mengakhiri semua penderitaan ini.Ia hanya tinggal menjalani kehidupannya meskipun selalu dibenci dan diacuhkan.

Cklek~

Sebuah suara knop pintu terbuka membuat matanya menatap pintu kaca yang tidak jauh dari tempatnya berbaring.

Terlihat seorang pria setelah pintu kaca itu terbuka. Dengan satu tangan membawa sebuah kantung dan satunya ia gunakan untuk kembali menutup pintu dengan keadaan kepala menunduk.

Setelah itu pria itu membalikkan tubuhnya, meluruskan kepalanya menatap ke depan. Ia membelalakkan matanya ketika melihat jungkook dengan mata yang terbuka.

Senyum merekah di wajah tampan pria itu. Dengan langkah kaki yang di percepat, pria itu menghampiri jungkook.

"Jungkookie,,, kau sudah sadar. Apa ada yang masih sakit? Ada yang bisa aku bantu? Kau tak apa kan?" Ucapnya Ber api api pada Jungkook.

Awalnya Jungkook hanya mengerutkan keningnya. Tetapi setelah mendengarkan ucapan pria itu, Jungkook mengulas senyum tipis di bibirnya yang membuat pria itu heran saat melihatnya.

Pria itu memiringkan kepalanya. "Ada apa denganmu? Kenapa kau malah tersenyum huh?" tanya pria itu.

Sedangkan Jungkook masih tetap pada senyum tipisnya. "Kau datang" Ucap Jungkook lirih.

Pria itu menganggukkan kepalanya. Lalu mengambil duduk di sebuah kursi yang memang sudah di sediakan disamping ranjang tempat Jungkook berbaring.

"Tentu aku datang, bagaimana mungkin aku membiarkan Temanku sendirian disini" ucapnya tersenyum.

LAST TEARS || JK [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang