Terima Kasih Sudah Menetap, Sampai Jumpa Kapan-Kapan

19 3 12
                                    

Malam itu tangis ku pecah, sudah sekian kali nya tangis ku pecah hanya karena hal sepele.. Ya— hal sepele yang membuat hati dan perasaan ku sakit.

Tanganku bergerak mengusap sudut mata ku, mengusap air bening yang mengalir. Namun bukannya berhenti malah semakin deras, seiring dengan derasnya air mata yang keluar semakin kacau hatiku.

Berdiri dengan linglung dan berjalan gontai ke sudut kamar, menjatuhkan diri dan meringkuk disana. Memeluk diri sendiri, mengatakan 'tidak apa apa' untuk menyakinkan diri ku sendiri— tapi nihil.. Semakin ku mencoba untuk tersenyum dan melupakan, semakin sakit rasanya..

Drrttt

Teknologi, yang disebut smartphone itu bergetar menandakan panggilan masuk. Tetapi diriku hanya menatap dengan sesugukan tanpa ada niatan untuk menerima ataupun mengambil smartphone itu.

Drrrt

Drrtt

Drrttt—

"Halo!? Kamu ga apa-apa!?"

Panggilan terjawab, pihak memanggil memulai percakapan dengan nada panik. Dan disambut oleh keheningan oleh Sang penerima panggilan.

"Hei—"
"Jawab aku, apa yang terjadi?"
"Hei, Ar—"

"Hiks"
"Sa—kit"

Tanpa sadar, aku menjawab dengan isak tangis dan suara terbata, mendengar itu Si Pemanggil paham betul apa yang terjadi. Benar benar paham.

Kurasa, dia lebih paham tentang ku ketimbang diriku sendiri...

Untuk waktu yang lama Sang Pemanggil hanya mendengarkan tangisan ku yang semakin pecah, suara nyaring, mata sakit dan tenggorokan ku sudah perih.. Tetapi entah mengapa masih ada air mata yang berlomba turun dari pelupuk mata.

"Untuk Kamu yang dipisahkan oleh Tuhan. Pasti akan digantikan dengan yang jauh lebih baik"

Ia berbicara, sang Pemanggil berbicara setelah menjadi pendengar untuk ku.

"Kamu percaya itu?"

—giliran ku untuk mendengarnya, walau tangisku masih ada dan diiringi isakan

"Kamu percaya bahwa takdir sudah menuliskan sesuatu yang jauh lebih baik untuk Kamu?"

"Untuk semua cerita yang berakhir tidak menjadi satu."

"Tidak apa apa"

Aku terdiam sampai disini, tangisku berubah menjadi tangis diam sembari mendengar nya berbicara.

"Terima kasih bahwa Kamu sudah saling bercerita, dan saling berbagi tawa, berbagi air mata"

Memeluk diri sendiri semakin erat tangis ku, semakin pecah dalam diam. 'Benar' pikirku.. Apa yang dikatakannya benar.. Tak apa-apa. Jika dia sudah bosan denganku.

"Dan ucapkan"

Itu hak nya.. Selama ini dia sudah baik sekali denganku. Jika dia ingin pergi— tak apa.. Walau perih rasanya, tapi ku tak boleh benci—

"Terima kasih sudah menetap, dan sampai jumpa kapan kapan"

Aku tersenyum dengan derai air mata, yang sebagian sudah mengering menyisakan bekas nya di pipiku.

'Ya— tak apa. Terima kasih sudah pernah menjadi alasanku bertahan, kamu mempunyai tempat tersendiri untukku'

'Terima kasih sekali lagi'

"Luapkan lah malam ini, tapi besok— Ayo buat hari cerah lagi, ya?"

—END




ABOUT US!
Chapter 16
-END-

See ya~!
422kata

ABOUT US!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang