“Kalian bisa memanggilku Gistra. Di sini, kita berkumpul untuk membagikan kisah-kisah yang selalu disembunyikan manusia.”
Gistra bertemu dengan tamu yang baru. Seorang bocah lelaki, nenek berambut putih, dua orang remaja laki-laki, serta gadis berbando biru. Kelimanya terdiam mendengarkan perkenalan yang Gistra sampaikan. Tidak ada tanggapan yang jelas dari mereka.
Ia sudah paham dengan situasi seperti ini. Mereka yang sudah melepas titel manusia, sadar ataupun tidak, pasti membutuhkan waktu untuk menerima. Pasalnya, menerima adalah hal tersulit yang mampu dilakukan seorang manusia. Terlebih lagi kalau menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tiada.
Perlahan-lahan, seiring banyaknya tamu yang berkunjung, Gistra mengerti bahwasanya mereka datang ke tempat ini juga masih belum bisa menerima kenyataan. Mereka masih menolak untuk pergi akibat sebuah hal yang membelenggu kata tenang yang didambakan.
Lagi, seperti janji yang disepakatinya bersama malaikat, Gistra harus meredupkan penyesalan yang mereka tinggalkan. Menjadikan redup segala emosi yang selalu disembunyikan oleh diri sendiri sehingga mereka mampu pergi tanpa menyisakan setitik penyesalan.
Redup, mulai berhenti. Membuat reda segala hal yang dipaksa putus akibat takdir yang menyudahi kata hidup. Semua jiwa yang pernah menjadi manusia pun memiliki kesempatan untuk menyelesaikan permasalahan mereka di dunia manusia, sebelum akhirnya menyatu dengan kedamaian.
Gistra tidak sabar untuk mendengarkan cerita yang akan mereka sampaikan. Setidaknya ia beranggapan bahwa mungkin di tempat inilah, jiwa-jiwa yang merasa tidak bahagia, akan merekahkan senyumnya karena ada yang bersedia mendengarkan kisah mereka. Cerita tentang manusia yang selalu disembunyikan oleh manusia itu sendiri.
“Jadi, siapa yang akan bercerita lebih dulu?”
TAMAT.
------------------------------------------------------------
Hai.
Terima kasih, ya, sudah mengikuti cerita Redup dari awal melaut hingga menemukan muaranya. Jujur ini adalah cerita dengan alur berantakan yang pernah saya tulis. Tapi saya bangga karena bisa menyelesaikannya. Ditambah lagi berhasil mendapatkan emblem emas dari event DWC tahun ini. Benar-benar di luar prediksi.Untuk alasan kenapa saya menyebutnya alur berantakan, mungkin kalian bisa cari tahu jawabannya di bab Prakata atau Cukilan.
Sekali lagi saya ingin mengingatkan,
memang setiap manusia memiliki kisah yang selalu disembunyikannya seorang diri. namun, janganlah beranggapan bahwa ceritamu itu tidak patut untuk didengarkan. manusia memiliki hak untuk didengarkan, seperti halnya mendengarkan. dirimu sendiri akan terbebani oleh hal-hal yang sepatutnya didiskusikan.Jadi, jangan pernah ragu untuk bercerita, ya.
Terima kasih banyak-banyak,
—Mik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redup #DWC2020 [Tamat]
Fiction générale[General Fiction || 15+] Juli menjadi saksi, tentang senang yang remang. Juli menjadi saksi, atas utas batas pantas. Pada bulan ketujuh, himpunan detik siap menuntaskan sang gemuruh, menjadi menit penentraman atas segala rusuh, hingga waktu mengakhi...