GK -BAB 12-

664 63 6
                                    

"bunda....," lirih alvi yang masih berusaha membuka matanya lebar-lebar.

"ya allah, dek lu dah bangun?, bun...alvi bangun," alqo merasa lega ketika adik bungsunya itu sudah membuka matanya.

Adonia yang merasa terpanggil, segera menghampiri ranjang alvi, dia begitu senang saat melihat alvi sudah sadar dari tidurnya.

"zayyan, cepet panggil dokter," perintah adonia pada zayyan yang juga masih terkejut dan senang saat alvi sudah sadar.

"bun....bang alqi mana?," alvi bertanya dengan suara seraknya, alvi tahu bahwa yang menyelamatkannya dari insiden tabrakan adalah abangnya alqi karena dia sempat menengok ke belakang sebelum terjatuh dan pingsan.

Adonia pun juga alqo terdiam, mereka berusaha untuk menutup mulu sementara, mereka tak mau membuat alvi drop kembali setelah baru saja sadar.

Sepertinya keberuntungan memihak pada adonia dan alqo, dokter datang sebelum salah satu dari antara mereka membuka mulut soal alqi.

Adonia dan alqo keluar dari ruangan, dan menunggu mendengar kabar baik dari sang dokter, dan tak membutuhkan waktu yang lama, dokter itu keluar dengan senyuman tipisnya.

"syukur pasien alvi sudah membaik, tapi jangan terlalu ajak dia banyak bergerak, juga beri makanan dan minuman bergizi agar tubuhnya kembali sehat seperti sedia kala," jelasnya.

"baik dok, terima kasih," ucap adonia.

Dokter itu pun berlalu dan adonia beserta alqo dan zayyan masuk ke ruangan untuk kembali melihat alvi.

"bunda...mau minum," alvi berusaha membangunkan posisi tubuhnya untuk duduk, zayyan yang melihat itu, membantu alvi untuk duduk dan menyelipkan bantal dalam posisi berdiri untuk menjadi sandaran alvi.

Adonia menyodorkan air putih satu gelas dan memberinya kepada alvi, "alhamdulillah kamu cepet sadar nak, ada yang masih sakit sayang?," tanyanya.

Alvi menelan airnya dahulu lalu menjawab pertanyaan adonia, "aku baik-baik aja kok bun, tapi....," alvi menggantungkan kalimatnya.

"tapi kenapa?, masih ada yang sakit?, dimana?," adonia menerjangnya dengan pertanyaan bertubi-tubi.

"aku pengen martabak manis hehe," alvi membentuk cengiran kudanya.

Adonia tersenyum manis, "hemmm, kamu kayak lagi ngidam aja hahaha,".

"yaudah, zayyan beliin gih martabak manis, kebetulan di depan rumah sakit ada," lanjutnya.

"okey bun!," zayyan besiap untuk turun ke bawah.

Sebelum pergi, zayyan menyempatkan menghampiri alvi dan mengusap gemas pucuk kepala alvi, " nanti jangan pingsan lagi, lo tau kan, lo pingsan doank udah bikin kita panik kayak langit mau runtuh tau ga,".

"kan bukan aku juga yang mau, hu!," alvi memajukan bibirnya.

Zayyan mencubit bibir alvi, "gausah cemberut, nanti gak jadi dibeliin martabaknya,".

"iya ih bawel, yaudah sono pergii," alvi mendorong tangan zayyan.

Zayyan hanya terkekeh lalu segera keluar ruangan dan menuju lift untuk turun kebawah.

"bunda...," alvi memanggil adonia dengan manja.

"apa sayang?," jawabnya.

"yang lain mana?," alvi bertanya sembari berekspresi sedih.

Adonia mengusap lembut pucuk kepala alvi, "abis makan, nanti bunda kasih tau,".

"kenapa gak sekarangg?," rengeknya.

GEN KEMBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang