23: rahasia

1.6K 264 7
                                    

Bunda Sunny pandang Felix yang lagi bersandar di ranjang seraya main game dari tab-nya. Wanita cantik itu ngehela napas, tanpa sadar matanya tiba-tiba berembun tanpa sebab.

"Sayang," wanita cantik itu duduk di samping Felix. Jemarinya elus rambut lembut anaknya hati-hati.

"Eng?" Felix noleh, matanya yang berbinar tatap Bundanya dengan pandangan polos.

"Kamu nggak usah sekolah dulu selama dua minggu ya?"

"Kenapa? Felix belum sembuh?"

Bibir sang wanita kelu. Dia bingung harus ngomong gimana sama Felix. Jelas masih terngiang-ngiang perkataan dokter Eric pasca pemeriksaan Felix semalam.

"Dokter bilang kamu masih harus dirawat, cuma dua minggu kok." Bujuk Bunda dengan lembut. Dia tau Felix nggak pernah suka lama-lama di rumah sakit. Tapi mau gimana lagi, itu yang terbaik.

"T-tapi Felix udah kangen sama Jisung, sama Jeongin, sama yang lain juga. Felix nggak mau disini lama-lama." Gumamnya sendu. Rasanya game yang tadi semangat dia mainin kelihatan gak lagi menarik.

"Nanti bunda turutin apa mau Felix. Tapi Felix dirumah sakit dulu ya, dua minggu aja. Bunda mohon banget sama Felix."

Yang lebih kecil gigit bibirnya ragu, "K-kenapa? Jantung Felix ada masalah? Dokter Eric bilang apa sama Bunda?"

Manik mata Bunda Sunny otomatis bergerak ke lain arah saat Felix tatap lurus matanya, dia nggak kuat.

"Nggak ada, dokter cuma bilang kalau kamu harus istirahat total sayang."

"Tapi Felix nggak pernah kayak gini, Felix nggak mau lama-lama disini Bunda." Yang lebih kecil mulai merengek. Jemarinya mencengkram lembut sisian kemeja Bundanya.

"Felix, tolong ngertiin Bunda. Bunda cuman mau yang terbaik buat kamu."

"T-tapi," Mata Felix mulai berkaca-kaca, "ㅡNanti Felix kesepian."

"Biar Bunda suruh temen-temen Felix jenguk Felix lagi, biar nggak kesepian."

Walaupun gitu sebenernya tetap sama. Bukan itu yang Felix mau, dia mau kebebasan.

Badan Felix perlahan ngejauh dan dia mulai ngeringkuk di ranjangnya, "Felix cuma mau pulang." bisiknya kecil.

Bunda Sunny jelas tau kalau anaknya itu lagi tahan isakan, terbukti dari bahu sempitnya yang bergetar. Sang wanita bangkit dan ngucapin kata 'maaf ' pelan tanpa suara.

Dengan langkah gontai dia jalan keluar, tatap kosong lorong yang lumayan sepi karena lorong itu khusus jejeran kamar VVIP. Bunda Sunny terus jalan ke arah depan dan mulai lihat keramaian. Tiba-tiba pundaknya di tepuk pelan. Pas berbalik, ternyata ada dokter Eric yang tengah pasang senyum tipis ke arahnya.

"Udah sarapan tante?"

Bunda Sunny senyum, "Belum, Eric gimana?"

"Ini kebetulan baru mau ke cafeteria. Ayo sarapan dulu, saya traktir deh."

Bunda Sunny akhirnya ikutin Eric dari belakang. Mereka pesan menu sarapan dan milih buat nikmatin hidangan di bagian ujung yang dekat dengan pemandangan luar dimana cuma dibatasi oleh kaca transparan.

"Tante baik-baik aja kan?"

Wanita itu geleng tipis, tatap sendu dokter muda di depannya.

Adhiyasa Eric Panggabean, seorang dokter muda lulusan sekolah kedokteran luar negeri yang cukup terkenal di kalangan orang-orang penting Indonesia. Suaminya Bunda Sunny, Mas Bram kenal Eric karena Eric ini merupakan anak dari salah satu kenalan akrab dari Mas Bram.

heal me protect me | changlix ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang