Jeongin ketiduran. Bangun-bangun dia udah ada di salah satu kamar mewah yang benar-benar asing. Nuansa putihnya bikin pandangan silau sampai Jeongin harus tutup mata sesaat buat menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina.
Dia takut, tapi pas inget kalau tadinya yang bawa dia itu Hyunjin, Jeongin bisa bernapas dengan lega. Pandangannya teralih waktu dengar langkah kaki dari pintu di depannya.
"Udah bangun? minum dulu Jeong. Airnya ada di nakas samping lo."
Jeongin nurut, dengan rakus diteguknya air putih yang ada di dalam gelas sampai tandas. Dia abai sama rasa perih di sudut bibirnya.
"Gue obatin ya?" Hyunjin ambil posisi di samping Jeongin, badan cowok tampan itu tepat ngehadap yang lebih muda.
Hyunjin udah ganti baju, dari yang tadinya masih pakai kemeja bau kuah tumis kangkung sekarang udah ganti dengan kaus oblong warna putih bertuliskan insomnia.
"Deketan sini."
Lagi-lagi Jeongin nurut, cuma bisa diam pas Hyunjin dengan hati-hati usap sudut bibirnya pakai alkohol.
"Perih,"
"Ya biar cepet sembuh. Maaf ya udah bikin lo kayak gini."
Jeongin ngangguk, "Kakak nggak salah, Jeongin aja yang bego tiba-tiba berdiri di depan kak Changbin." Bocah itu nyengir, tapi nggak bertahan lama karena rasa perih di bibirnya datang lagi.
Yang lebih tua gerak cepat bubuhin kapas berteteskan betadine ke sudut bibir Jeongin yang luka. Setelah itu dia ambil gel pereda nyeri dan bengkak buat dia oleskan ke pipi kiri Jeongin yang warnanya biru keunguan.
"Maaf." Bisik Hyunjin lagi. Dia beneran ngerasa bersalah banget. Jeongin nggak salah apa-apa tapi malah kena imbas dari kelakuan nggak dewasa antara Changbin dan Hyunjin.
"Kakak jangan sedih, aku nggak kenapa-kenapa." Jari lentik Jeongin tepuk puncak kepala Hyunjin pas tau kalau mata kakak kelasnya itu udah berembun.
"Gimana kalau lo ditanyain sama orang tua lo? Lo kan anak baik-baik Je."
"Ya kan tinggal Jeongin bilang yang sebenarnya aja kak."
Hyunjin akhirnya ngangguk pasrah. Dia ngeletakin semua obat yang barusan dia keluarin.
"Loh, kok udahan?"
"Hm?"
"Kak Hyunjin nggak obatin luka kakak?"
"Dah, biarin aja." Hyunjin nyaris berdiri, tapi tangannya di tahan sama tangan Jeongin.
"Sini aku obatin." Bocah manis mirip rubah gurun itu narik pelan lengan Hyunjin biar duduk di tempat semula.
Sekarang Jeongin yang ambil alih kotak P3K.
"Bilang kalau sakit ya." Dengan telaten Jeongin bersihin luka Hyunjin. Cowok itu dua kali lipat lebih parah. Sudut bibir sama pelipisnya sobek akibat tinjuan Changbin yang nggak main-main. Sementara pipi udah jelas cetak lebam-lebam kebiruan sampai ciptain area yang agak bengkak.
Hyunjin fokus tatap wajah Jeongin yang jaraknya bener-bener dekat dari wajahnya. Ternyata Jeongin itu manis, apalagi kalau nggak pakai kacamata kayak sekarang. Sedikit banyak Jeongin ngingetin Hyunjin sama Felix, bedanya Jeongin itu cenderung imut, kalau Felix lebih menjurus ke cantik.
Tanpa sadar tangan Hyunjin genggam tangan Jeongin yang tadinya masih menjelajah wajahnya.
"Kenapa?" Jeongin tatap polos wajah Hyunjin. Tiba-tiba jantungnya detak dua kali lebih cepat saat tau kalau wajah mereka terlampau dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
heal me protect me | changlix ✔️
Fiksi Penggemarㅡ ❝ kak, tolong jangan kasih perhatian kayak gini kalau kakak sukanya sama orang lain. ❞ ㅡ R E P U B L I S H + R E V I S I ㅡ non baku ㅡ other pairing included (hyunlix, little bit chanjin, and minsung)