Chapter 3 - For him

81 2 0
                                    

Beberapa minggu sudah berlalu dan segalanya tampak baik baik saja untuk Gabriel dan Gaby, namun entah mengapa ini malah membuat Gabriel sedikit curiga, Gaby si gadis super rewel dan selalu manja untuk segala sesuatunya ke Gabriel namun dalam beberapa minggu ini gadis itu malah menjadi normal, terlalu normal, tanpa rengekan, tanpa raut cemberut apabila Gabriel terlambat menjemputnya, dan lebih anehnya lagi Gaby selalu mengalah dalam segala pertengkaran mereka! dan ini sangat mengusik Gabriel, dia sudah mengenal gadis itu seumur hidupnya dan hanya ada satu alasan mengapa Gaby menjadi seperti ini... gadis itu menyembunyikan sesuatu!

Gabriel menatap curiga kearah Gaby yang sedang menyantap lahap bakso didepannya, namun aroma cabai yang ada didalam kuah bakso Gaby mengusik fokus Gabriel, "Bi yang bener dong itu setengah tempatnya lo abisin cabenya! stop atau lo gausa makan baksonya!" gerutu Gabriel

"idiiihh gaaaa ini tuh cuma 15 sendok ga, biasa gue 20 sendok lo diem aja" sungut Gaby sambil merebut mangkuk baksonya dari tangan kanan Gabriel

"Bi udah gue bilang! usus lo jebol tau ga lama2" bentak Gabriel, yang dibalas dengan Gaby yang tambah manyun dan kesal, sampai saat ini masih menjadi mukjizat Gaby tidak pernah mengalami masalah pencernaan sedikitpun padahal dari betapa sadis nya gadis itu menyiksa organ dalamnya seharusnya dia sudah merasakan kesakitan, tapi tidak dengan Gaby, gadis itu bisa demam apabila tidak memakan makanan pedas walau sehari saja.

layar handphone Gaby berkedip dan memunculkan nama Paolo dilayarnya, dengan segara Gaby mengangkat telepon kekasihnya itu

"Hai sayangg" Gaby menjawab telepon itu terlewat bahagia dan keras, beberapa mahasiswa yang sedang berada di kantin pun menolehkan kepala mereka menuju sumber suara dan Gabriel yang melihat itu hanya bisa memutar bola matanya

"Hai, hmm aku mau kabarin kalau besok aku gabisa jemput kamu di airport, kita ketemu dihotel aja ya malemnya" entah kenapa kali ini suara Paolo terdengar sedikit aneh ditelinga Gaby, suara nya terdengar malas untuk berbicara dengan lawan bicaranya.

Gaby melihat Gabriel yang mulai memperhatikan dirinya yang sedang berada dalam percakapan dengan Paolo, dan ketakutan Gaby datang lagi, dia takut Gabriel mengetauhi rencananya besok. dia harus berpindah menuju sudut yang lebih jauh, dengan sigap gaby berlari kecil menuju toilet wanita yang berada di ujung kantin fakultas Gabriel itu.

"Hmm yaudah deh gapapa aku besok naik KRL atau taksi aja ke hotelnya" ucap Gaby berbisik, walaupun sudah berada didalam toilet wanita dia masih takut Gabriel akan mendengarnya

"dimana kamu? kenapa bisik-bisik gitu?"

"di kantin fakultasnya Gaga.."

"kenapa sih kamu selalu main kekampus dia?" nada suara Paolo sudah sangat menjelaskan ketidaksukaannya

"aku tuh gada kuliah hari ini, daripada bosen dikamar ya ikut Gaga rapat organisasi gitu" Ada sedikit perasaan aneh yang dirasakan Gaby saat ini, ada harapan besar Gaby kepada Paolo agar lelaki itu mau berbaik hati kepada sahabatnya, agar semuanya bisa menjadi lebih mudah mungkin?

"terserah deh, inget ya aku gamau dia ikut besok! kalo gak kita putus!" ancam Paolo dan langsung mematikan sambungan telepon.

Gaby menghela nafas berat, feelingnya mengatakan untuk tidak berbohong kepada Gabriel atau semuanya akan menjadi runyam tapi dia tidak mau melepaskan Paolo dan ini adalah satu-satunya jalan yang bisa dia ambil.

Sekembalinya Gaby ke bangku Gabriel disepanjang perjalanan dari toilet sudah banyak mata memandangnya ingin tahu, sebagian mengenalnya sebagai kekasih Gabriel, salah satu laki-laki idola di Jurusan Arsitektur atau bahkan di Fakultas Teknik! namun sebagian juga memandangnya ingin tahu, Gaby melihat baju yang dikenakannya hari itu dan semua tampak normal.. baginya. bukan salahnya memiliki bentuk tubuh yang indah bukan? dan ditambah wajah bulenya yang sangat mencolok diantara wajah asia diruangan itu.

Baby Gaby!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang