Prolog

586 32 0
                                    

-Michael-

"RARA!!!"

Terbangun dari mimpi buruk, refleks aku berteriak keras. Dengan napas tersengal, aku terduduk di atas ranjang kamarku. Kuusap wajahku yang basah karena peluh.

"Mike." Sebuah panggilan dari samping membuatku menoleh sekilas.

Aku baru ingat kalau tadi malam Kinara, salah satu penyanyi papan atas tanah air, menginap di sini. Tak perlu bertanya lagi kenapa dia bisa ada di sebelahku. Ya, kami tidur bersama. Kegiatan yang bukan cuma berbaring dan terlelap saja, tapi lebih dari itu. Hal yang wajar bagiku mengingat kami berdua merupakan sepasang kekasih.

"Kamu mimpiin perempuan itu lagi?" tanyanya dengan nada tak suka. Aku diam tak menjawab. "Siapa Rara? Kenapa kamu sering nyebut nama dia?" Aku tetap bergeming. "Kasih tau aku, Mike! Jangan diem aja! A—"

"Shut up!" Saking kesalnya diberondong dengan berbagai pertanyaan yang tidak bisa kujawab, aku pun tanpa sadar membentaknya.

"Mike...."

"Udah berapa kali aku bilang, jangan tanya soal itu!" peringatku.

"Tapi aku pacar kamu. Aku berhak tau siapa perempuan itu," protesnya. "Aku nggak suka denger kamu nyebut-nyebut nama dia. Apalagi kamu nyebutnya nggak cuma pas tidur aja, tapi juga waktu kamu klimaks."

Terperangah, kepalaku serentak menoleh. Kali ini aku benar-benar memfokuskan tatapanku pada Kinara. "What...?" Aku bergumam tak percaya.

"Ya, tiap kamu klimaks, nama yang kamu sebut bukan namaku, tapi nama perempuan itu. Aku nggak mungkin salah denger. Kamu selalu nyebut Rara, bukan Nara." Kinara merespons pertanyaanku dengan mata berkaca-kaca. "Kamu tau gimana rasanya tiap denger kamu nyebut nama dia padahal kamu lagi sama aku?" Dia balik bertanya. "Sakit, Mike. Sakiiit...." Dengan bening yang mulai mengalir di pipi, dia meremas kuat-kuat dadanya. "Aku ngerasa cuma jadi boneka pelampiasan karena selama ini kamu ngelakuin itu sama aku nggak pernah pake perasaan."

Aku tertegun mendengar kalimatnya. Merasa bersalah, kepalaku seketika tertunduk. "Sorry," sesalku. "You knew the reason why I'm like this."

"Yeah, I knew it. Aku tau sejak awal kita pacaran, kamu nggak pernah cinta sama aku. Tapi aku nggak akan nyerah. Slow but sure, you'll fall in love with me," katanya, penuh tekad. "Kamu cuma perlu biarin aku tau semuanya tentang kamu. Masa lalu kamu. Masalah-masalah kamu. Semuanya. Jangan pernah suruh aku menjauh apalagi pergi dari kamu!" pintanya, sungguh-sungguh.

Aku kembali menatap Kinara. Ada sorot pengertian dan pemahaman di kedua mata abu-abunya. Aku tahu selama ini diriku sudah menyia-nyiakan perempuan sebaik dia. Aku bahkan sering selingkuh di belakangnya, terutama ketika dia sedang ada tur di luar kota. Padahal Kinaralah yang menemaniku sejak awal terjun di dunia hiburan. Dia selalu ada untukku. Dia juga yang menyelamatkan aku dari ketergantungan alkohol karena depresi pasca ditinggal gadis masa laluku. Meski begitu, jujur, aku sendiri tidak yakin akan sanggup melupakan gadis yang sampai detik ini namanya masih bersemayam dan memenuhi seluruh ruang di hatiku.

"You know, I can't be loyal to you. I've cheated on you many times," akuku.

"I know. Aku nggak akan maksa kamu buat setia seratus persen sekarang. Tapi aku yakin, seiring berjalannya waktu, kamu pasti bakal bisa setia sama aku."

Setulus Cinta NamiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang