"Pernikahan adalah hal yang rumit...
Sebagian dirimu adalah dirimu, tapi di sisi lain dirimu adalah pasanganmu.
Semakin lama pernikahan, engkau akan semakin paham bagaimana karakter dirimu yang sebenarnya. Karena pasangan adalah cerminan dari diri sendiri...
...pernahkah terbesit di dalam pikiranmu, jika apa yang sedang kau pikirkan adalah hal yang sama dengan yang dipikirkan oleh pasanganmu?
Mungkin kau tidak menyadarinya, tapi takdir menyadari hal itu. Itulah sebabnya dunia menyatukan kalian, meski badai terjadi kalian pasti akan kembali..."...
Evelyn menutup buku setebal enam ratus halaman yang telah ia baca semalam penuh, mengurung diri di kamar yang ia bagi bersama pria yang telah menikahinya beberapa tahun lalu. Tidak seperti dulu, Adrian menyediakan sebuah kamar hanya untuknya. Tapi kini, ia harus berbagi apapun dengan pria itu.
Begitulah konsep sebuah pernikahan...
Evelyn duduk termanggu seraya melihat ke luar jendela, netra kebiruan yang indah itu melihat ke halaman belakang rumahnya. Penuh dengan bunga lavender yang sangat menenangkan pikiran. Adam Rig sengaja menanam bunga lavender di setiap pekarangan rumah hanya untuk dirinya.
Eve menoleh ke arah pintu kamar, mendengar suara bising di dapur dan Eve tahu jika pria itu tengah sibuk mempersiapkan sarapan seperti biasanya. Rutinitas yang membosankan tapi Adam menyukai hal itu, Evelyn tak lagi mengunci pintu namun masih membiarkannya tertutup dengan rapat. Membiarkan suaminya masuk jika pria itu ingin melihat keadaannya, bahwa dirinya baik-baik saja.
Kenop pintu berputar, perlahan terbuka dan menampilkan pria itu telah rapi pagi ini seraya membawakannya sarapan pagi. Dengan celemek masih membungkus di sekitar pinggul, Adam meletakan nampan berisi susu putih seperti kesukaan Evelyn dan telur dadar di atas nakas, tepat di samping Evelyn.
Namun wanita itu masih tak bergeming, Evelyn hanya diam menatap ke luar jendela meski jemarinya menggenggam sebuah buku. Adam yang masih berdiri di samping Evelyn melirik buku tersebut.
"Kau masih ingin lari atau mulai berbicara?" Ucap Adam, Evelyn hanya menggeleng lemah lalu tertunduk. Ia ingin bicara, namun berbicara dengan Adam sama saja membuat kepalanya berputar. Adam akan menyampaikan kalimat rumit yang membuat Evelyn harus berpikir keras apa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu. Seperti memiliki seorang suami yang membawanya keliling dunia terlebih dahulu, meskipun Eve paham Adam melakukan hal tersebut agar wawasannya lebih luas.
"Berbicara tentang pernikahan... banyak orang berpikir pernikahan adalah sebuah kebahagiaan, memang sudah seharusnya seperti itu. Mencari kebahagiaan? Tidak! Ini tentang dua anak manusia yang saling berkomitmen tentang apa yang telah disepakati..."
"...soal kebahagian, itu tergantung sugesti otak manusia. Menganggap kegilaan adalah hal yang wajar, maka kau akan bahagia. Sebaliknya, jika menganggap sebuah kegilaan adalah bencana, maka 'boom'! Otakmu seperti bom waktu yang akan meledak kapanpun, dan kau akan benar-benar gila." Jelas Adam Rig seraya bersandar di dinding.
"Apa sugesti itu juga yang kau berikan kepada Lisa dan padaku?!" Cecar Eve, ia sudah muak dengan penalaran yang Adam berikan sehingga membuatnya seperti kemarin, sadis.
Adam menghembuskan nafas kasar, pikiran Eve adalah yang paling kuat dari yang biasa ia temui. Dan wanita itu masih tidak paham seberapa besar cintanya hingga berkembang menjadi obsesi yang berusaha Adam tahan sekuat tenaga.
"Sudah ku katakan, jika aku ingin membunuhmu. Sudah kulakukan ketika kali pertama kau menginjakan kaki di selku, sebelum aku mengetahui kau adalah keturunan Hunter ." Tegas Adam, itu masuk akal bagi Evelyn. Lagi pula, Adam bukan pria yang gemar membuktikan sesuatu dengan mudah. Ia tidak harus membuktikan segala hal agar dianggap benar, pikir Adam begitu.
"Lisa?"
"Gadis itu, dia sudah mati." Jawab Adam dengan acuh, seolah nyawa manusia tidak ada harganya baginya.
Seketika Evelyn melirik tajam ke arah Adam.
"Lisa seperti... dia ingin tahu, dan menyebarluaskan pengetahuannya. Dia telah melanggar peraturan komunitas dan dia menerima resikonya, harus kau ketahui bukan aku yang membunuhnya. Itu bukan tugasku." Kata Adam.
Evelyn masih terdiam meskipun ia mengerti...
"Lalu bagaimana denganmu? Kau tidak biasa marah seperti semalam, kau adalah pria yang pandai mengatur emosi..."
"...terakhir kau marah adalah saat detektif gila itu berusaha membunuhku, dan sekarang tidak ada yang berniat membunuh istri dari seorang Adam Rig." Jelas Eve panjang lebar.
"Katakan padaku Mr. Rig, aku tahu kau adalah pria yang jujur di samping sifat sadismu itu. Apa yang mengganggumu?" Tanya Evelyn, suasana masih hening pagi ini. Ditambah cuaca di pagi hari yang masih dingin semakin membuat suasana menjadi dingin.
Tidak ada kehangatan yang mencairkannya.
"Kau ingin tahu?" Tanya Adam.
"Ya." Jawab wanita itu dengan yakin.
"Obsesi."
Deg!
Evelyn menarik nafas secara perlahan, memenuhi rongga dadanya yang telah menyempit karena mendengar pernyataan pria itu.
"Kini aku menyadari apa yang dirasakan Adrian terhadap Alexandra, namun sayangnya Adrian telah puas menyakiti Alexandra secara fisik terlebih dahulu sebelum akhirnya meninggalkan cinta hingga masa tua mereka seperti sekarang ini. Tapi aku.... aku tidak pernah menyakitimu dulu Evelyna Rig. Dan aku takut jika obsesi itu datang bersama jiwa sadis yang ada di dalam diriku." Kata Adam, Evelyn mengernyit.
"Kau telah menyakitiku dulu, kau mengambil kesucianku secara paksa. Bahkan dengan mayat wanita itu!" Cecar Eve, tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Adam.
"Itu adalah dua hal yang berbeda Eve, kau tahu itu. Bagaimana Alexandra disekap dan diperlakukan kasar tidak hanya dengan fisik, namun kekerasan verbal." Balas Adam meyakinkan.
Evelyn tidak tahu, ia harus menangis atau melawan saat ini. Ia hanya bisa memandang wajah tampan itu dan mencari kebohongan atau setidaknya guyonan bahwa yang baru saja Adam katakan hanyalah bercanda.
Tapi Evelyn tidak menemukannya, wajah Adam datar dan serius. Seolah memperingatkan Evelyn besok atau lusa adalah hari-hari yang paling berat dari pada masa pertemuan mereka dulu. Karena pernikahan bukan tentang mencari atau melepaskan, namun mempertahankan. Sanggupkah Evelyn memiliki suami psikopat seperti Adam?
Adam bukan hanya seperti dulu.
Manipulasi, komunitas dan gaya hidupnya, namun Evelyn juga harus berjuang dengan sifat obsesi Adam Rig yang semakin hari semakin menunjukan jati dirinya."Obsesi bisa berkembang berujung pembunuhan dan mutilasi Eve, maka akan kutanya padamu. Apakah kau masih akan berada di sampingku jika semua itu terjadi, Evelyna Rig? Apakah kini kau sudah paham dengan semua hal yang ku ajarkan ketika menjadi sadistik?" Tanya Adam, wajah Evelyn berubah menjadi pucat. Berharap hal ini tidak benar-benar terjadi, bahwa ia telah menikah dengan seorang Psikopat yang levelnya jauh dari Ayahnya sendiri.
***
To be continue
3 Agustus 2020
***
Adam Rig is really really Creepy ☻
But i'm still loving him
Crazy, isn't it? 🖤🖤🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. and Mrs. RIG
Mystery / ThrillerSudah terbit! The Man in Jail sekuel Mature Content!!!