CHAPTER 4 ~ HYPERSEXUAL
Di penghujung tahun, organisasi makin berkembang pesat. Bekerja ketika hari mulai gelap dan tertidur di siang hari, sama seperti pria yang memiliki perawakan tubuh tinggi dan kekar tersebut. Ia akan bekerja di malam hari dan ketika matahari mulai menunjukan jati dirinya, ia akan bersikap seperti manusia normal. Katakanlah sisi gelapnya sedang tertidur, itu yang disebut manipulasi.
Ketika siang hari ia hanya menghabiskan waktunya duduk di dalam kendaraan miliknya seraya melihat ke sebuah rumah yang terlihat ramai dan nyaman, seperti rumah yang diisi keluarga harmonis yang bercengkrama pada umumnya. Terkadang ia iri dengan apa yang dimiliki oleh pemilik rumah tersebut, mengapa dirinya tidak bisa seperti itu?
Saat anak perempuan berusia delapan tahun keluar dari rumah tersebut dan disambut oleh Ibunya, ia menyipitkan kedua matanya dan mengeratkan jemarinya di setir kemudi. Membuang muka seolah apa yang ia lihat adalah sesuatu yang harus disingkirkan dengan segera, namun ia sadar jika sang pemilik rumah tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Berhari-hari sudah Adam terus mengawasi rumah Adrian, memastikan istrinya masih ada di sana. Wanita cantik berambut hitam legam itu masih sama, masih ceria dan sangat cantik. Ingin sekali Adam mengambilnya kembali dari Adrian dan membawanya pulang, tapi tentu saja bicara dengan mertuanya bukan suatu hal yang mudah.
Berhari-hari pula Adam memikirkan cara agar hal itu terlaksana, Adam gelisah setiap pulang ke rumah dan rumah tersebut dalam keadaan kosong dan ranjangnya begitu dingin tanpa Evelyn. Tapi wanita itu sepertinya tak memikirkan perasaannya sama sekali dan lebih memilih iblis kecil yang masih berusia delapan tahun tersebut dari pada dirinya.
Sungguh mengerikan...
Tak sanggup lagi menahan kegelisahannya, Adam akhirnya memutuskan untuk mengunjungi rumah Adrian dengan berjalan kaki. Meninggalkan kendaraannya di pinggir jalan kompleks perumahan lalu menuju rumah yang terasa hangat dan nyaman saat Adam mulai mendekatinya, ini semua ia lakukan hanya demi Evelyn. Agar wanita itu kembali padanya.
Ketika angin dingin mulai berembus, menembus gaun satin yang Evelyn kenakan dan membuat hawa dingin menusuk hingga ke tulangnya. Ia menyadari ini bukanlah angin senja yang dingin, tapi ada sesuatu yang mengganggu perasaannya. Dan benar saja, ketika ia berbalik Evelyn menemukan pria yang setiap harinya selalu terlihat menawan.
Memperlihatkan senyuman menawan dan kerapihannya dalam berpakaian, seketika saat itu juga suasana menjadi hening. Makan malam yang diadakan di luar rumah tiba-tiba menjadi dingin dan canggung, Jason yang ada di sana hanya bisa merunduk. Sementara Alexandra dan Evelyn menatap satu sama lain.
Dan si pemilik rumah dengan santainya menyeruput teh hangat tanpa terkejut siapa yang telah menginjakan kaki di halaman rumahnya.
"Selamat sore... ku harap kedatanganku tidak terlambat." Ujar suara berat yang terdengar sopan santun seraya tersenyum hangat, meskipun Evelyn paham itu hanyalah senyuman palsu yang dibuat-buat.
"Tidak, kami baru mulai. Silakan duduk!" Ujar Alexandra. Ya, di rumah itu hanya Alexandra yang sangat ramah dan baik hati, terkadang Adrian harus bersyukur sekaligus kesal karena sifat Alexandra yang terlalu baik. Hal itu mungkin dapat mendatangkan malapetaka.
Seolah diundang dalam acara keluarga, Adam lalu mengambil duduk di samping Evelyn. Ia sama sekali tak melihat ke arah Airii dan hal itu membuat gadis kecil tersebut murung dan berkecil hati. Terkadang Jason harus menghibur gadis itu agar tidak bersedih.
Seperti biasa Alexandra selalu menyediakan daging panggang, wanita paruh baya itu hanya tersenyum kepada Adam dan berkata.
"Maaf, ini hanya daging sapi..." ujarnya.
Adam hanya menggangguk seraya tersenyum, "apapun yang disediakan Ibu mertua terasa lezat."
Makan malam dalam keadaan canggung, meskipun masakan Alexandra terasa selalu terasa nikmat di lidah mereka. Airii selalu menyukai masakan Alexandra, gadis kecil bermata biru itu tersenyum kepada Alexandra seraya mengacungkan jempol. Evelyn yang melihat hal tersebut lalu mengusap kepala anak gadisnya.
Dalam diam mereka menghabiskan makanan, Alexandra dapat merasakan di balik wajah datar Adrian pria itu terlihat ingin berbicara sesuatu kepada Adam. Mengingat pria itu datang begitu saja tanpa ada rasa bersalah setelah kejadian yang terjadi beberapa hari yang lalu.
"Bantu Ibu membereskan makanan.." ujar Alexandra kepada Evelyn dan Jason, kedua anaknya dan juga Airii mengikuti perkataan Alexandra dan segera membereskan meja makan.
Adam dapat melihat punggung Evelyn mulai menghilang di memasuki rumah bersama gadis kecil yang tak pernah lepas dari sisinya, hanya tersisa Adam dan Adrian yang lagi-lagi harus menyelesaikan permasalahan.
"Jangan bilang kau datang untuk menjemput Evelyn!" Ujar Adrian seraya menuang minuman ke dalam gelas.
"Kau benar." Balas Adam.
"Tidak akan terjadi!"
"Dia masih istriku!" Cecar Adam.
"Begitukah kau memperlakukan seorang istri, hm?" Sindir Adrian, ia dapat melihat Adam bukanlah pria yang seperti dulu. Pria itu telah kehilangan pengendalian diri.
"Kalau kau tidak keberatan, mungkin kau menjelaskan masa lalumu dengan Alexandra." Kata Adam tak mau kalah.
Adrian menghela nafas kasar, "Alexandra mengidap stockholm syndrome, dan setelah semuanya terjadi begitu saja. Aku berjanji tidak akan pernah menyakitinya lagi, tapi kau!-"
"...yang kau lakukan pada Evelyn tidak sesuai dengan janjimu dulu ketika kau akan menikahi Evelyn." Cecar Adrian.
Hening...
Dada bidang yang terbungkus rapi oleh kaos dan jaket Adam Rig terlihat naik turun, nafasnya berat menahan sesuatu. Sementara Adrian dengan gaya lamanya, bersikap santai seolah tidak terjadi apapun.
Jason dan Alexandra masih mengamati pria yang sedang duduk berjauhan di balik meja makan di luar sana, berharap mereka berdua tidak berkelahi walaupun kecil kemungkinan bagi Adrian dan Adam akan melakukannya.
Berkelahi bukan gaya psikopat.
Sementara Evelyn mengantarkan Airii ke kemarnya dan mempercepat jam tidur, gadis kecil yang sama sekali tidak pernah di jenguk oleh Ayah kandungnya tersebut tidak boleh mendengar apa yang harusnya tidak didengar olehnya. Belum lagi Evelyn harus menjaga perasaan Airii yang selalu murung karena tak pernah memiliki waktu dengan sang Ayah.
"Apa Daddy akan tinggal di sini?" Tanya gadis itu, Evelyn hanya tersenyum dan menyelimuti tubuh mungil tersebut.
"Ya, jika dia telah selesai dengan pekerjaannya." Jawab Evelyn.
Sementara di luar sana awan mulai gelap, angin makin dingin begitu pun dengan suasana yang sangat dingin di antara mereka berdua.
Salah satu alasan mengapa Airii tinggal bersama mereka dan bukan dengan Adam dan Evelyn adalah karena Adam tidak menginginkan anak perempuan, dan itu cukup membuat Adrian kesal dan sempat menawarkan Evelyn sesuatu namun Putrinya hanya bungkam. Tidak menolak, dan tidak juga meng-iyakan.
Tapi sepertinya tawaran itu juga harus berlaku pada Adam, agar semua hal berjalan baik dan Adrian tidak suka jika ada anggota keluarganya merasa tidak bahagia menjalani hidup. Baginya dan Alexandra, keluarga adalah prioritas utama.
"Adam, jika ku tawarkan perceraian antara kau dan Evelyn. Maukah kau menandatanganinya?" Tawar Adrian.
***
To be continue
17 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. and Mrs. RIG
Mystery / ThrillerSudah terbit! The Man in Jail sekuel Mature Content!!!