"Kenapa mendadak? Ada pertandingan basket lagi?" Tanya Evelyn, menyodorkan sepotong kue berwarna merah serta secangkir coklat hangat kepada Jason. Sore ini wajah pria itu terlihat berbeda, Jason terlihat gelisah apalagi setelah ia ingin kembali ke kota secara mendadak.
"Tidak juga." Jawabnya seraya nemijit pangkal hidungnya, Jason tertunduk tak ingin bertatapan dengan Evelyn.
Mengetahui ada yang tidak beres dengan adiknya, Evelyn tak berhenti sampai di situ saja. Ia terus mendesak Jason agar mau bercerita, atau setidaknya berbagi masalah. Mereka adalah keluarga, tidak ada rahasia dan kebohongan lagi. Itulah yang sering dikatakan oleh Adrian, keluarga adalah hal yang paling utama.
Jason ingin berbicara, namun ia khawatir membuat Kakaknya menjadi sedih hanya karena seseorang yang tak bertanggung jawab. Tapi berbohong pada Evelyn tidaklah mudah, dia sudah seperti Adrian, memiliki insting yang berbeda. Seperti serigala yang dapat mencium aroma busuk dari jarak jauh, dan seperti detektif handal yang selalu ingin tahu. Dan Jason sudah pasti tidak dapat berbohong.
"Kau ingat Lisa?" Tanya Jason, Evelyn menarik nafas panjang. Berharap apa yang ada di kepalanya tak ada hubungannya sama sekali, mengingat gadis itu telah bergabung dengan Adam Rig. Wanita itu hanya mengangguk, menunggu cerita dari Jason selanjutnya yang seolah sulit membuka mulut. Entah karena Lisa pernah ada di dalam hatinya, atau karena hal lain yang ada sangkut pautnya dengan Evelyn.
"Pagi ini dia ditemukan di tempat sampah dengan kondisi mengenaskan, daging tubuhnya terkoyak dan polisi mengatakan bahwa ia diserang oleh binatang buas seperti anjing liar atau serigala hutan..."
"...tapi temanku yang memeriksa mayat Lisa menemukan hal aneh, sebelah matanya ada bekas tusukan." Jelas pria itu, jemarinya terlihat mengetuk-ngetuk lengan kursi yangia duduki. Seperti berpikir keras dan menahan sesuatu seperti amarah, namun ia sadar yang ia jadikan tersangka bukan orang sembarangan. Bukan pula karena dia adalah pemimpin organisasi gila yang Jason tidak ingin terlibat, tapi karena dia adalah suami dari Kakaknya.
"Menurutmu dia pelakunya?" Tanya Eve, seperti mengerti isi kepala Jason sontak ia melayangkan pertanyaan itu. Jason melirik ke arah Kakaknya, ia tidak ingin berspekulasi terlebih dahulu sebelum ada bukti. Namun seperti biasa, Night Hunter tidak akan meninggalkan bukti apapun. Terlebih jika perbuatan itu benar-benar dilakukan oleh Adam Rig.
"Aku tidak menuduhnya, hanya saja... Lisa terlalu tergila-gila pada Adam." Balas Jason, semakin membuat Evelyn menarik nafasnya lebih panjang lagi. Ia sudah sering melihat Adam dengan gadis lain, namun sepertinya hal itu tidak akan cukup. Semua wanita seolah ingin bersama Adam dan merasa bahwa mereka adalah satu-satunya wanita yang akan selamat jika bersama Adam, Evelyn pun dulu berpikir seperti itu. Dan bodohnya ia terlalu terpesona pada pria itu.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Jason khawatir, sudah ia bilang ia tidak ingin berbagi hal ini pada Evelyn. Namun Kakaknya itu akan terus menginterogasi dirinya tanpa henti sampai dia benar-benar mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Ya." Jawabnya, meski Jason ragu jawaban Evelyn tak seimbang dengan perasaannya saat ini.
"Jangan beritahu Daddy soal ini." Kata Eve.
"Atau mungkin Daddy sudah tahu." Balas Jason.
"Ayolah, Kak. Kenapa kau masih bertahan dengan pria seperti itu? Daddy selalu memiliki alasan di setiap perbuatannya, dan jika dia menyuruhmu untuk bercerai maka itu adalah hal yang benar..." cecar Jason, Eve masih terdiam. Saat ini, ia bahkan tidak tahu mana hal yang benar dan salah. Mengingat perbuatannya bersama Adam telah memakan banyak korban, dan Evelyn menyayangkan dirinya yang selalu membantu Adam melakukan hal keji itu.
"...aku hanya memikirkan soal Airii. Sebaiknya kau cepat memutuskan karena Psikopat gila itu lebih berbahaya dari Daddy." Tukas Jason, beranjak pergi dan meninggalkan Evelyn sendiri dengan segala pemikirannya yang berkecamuk. Andai meninggalkan Adam Rig semudah itu, tapi Eve khawatir jika Adam akan bersikap brutal jika Eve benar-benar meninggalkan Adam.
"Mom...?" Seru seorang gadis kecil yang ada di belakangnya, Eve lalu membenahi wajahnya lalu berbalik badan dengan senyum yang dipaksakan.
"Grandma menyuruhmu belanja..." ujar gadis kecil berusia delapan tahun yang menyerahkan sebuah daftar belanja.
"Baiklah, kau ingin ikut?" Tanya Eve, Airii menggeleng. Gadis kecil itu bilang bahwa ia ingin membantu Alexandra membuat kue.
Setidaknya senyuman mungil Airii dapat melegakan perasaannya, Evelyn lalu pergi mengendarai mobil Adrian menuju minimarket di pusat kota seraya mencari udara segar agar pikirannya lebih sedikit tenang. Beberapa menit kemudian, ia memarkirkan kendaraan di tempat parkir. Menenteng tas yang ia kenakan dan mengeluarkan daftar belanja yang diberikan Airii tadi.
Saat Eve membuka pintu minimarket terlihat orang-orang di dalam sana tidak terlalu ramai, mungkin karena ini akhir pekan dan beberapa orang lebih memilih untuk menghabiskan hari libur bersama keluarga mereka di rumah. Berbicara soal keluarga, dada Eve terasa sesak mengingat keluarga yang ia bangun tak seharmonis Adrian.
"Susu..." Eve bergumam, memasukan sekotak susu ke dalam keranjang dorongnya. Memastikan tidak ada daftar yang terlewat, karena tentu saja Ibunya tidak akan memasak tanpa bahan yang lengkap, dan Evelyn harus kembali kemari hanya karena kekurangan satu bahan. Seketika ia tersenyum mengingat masa kecil yang ia habiskan bersama Ibunya.
Berkeliling rak yang tersusun rapi, kedua matanya terus mencari beberapa bahan lagi. Sampai sepasang sepatu menghentikan troli yang ia dorong, Evelyn terperanjat.
"Kau tahu, aku tidak pernah percaya pada kebetulan?"
"Ya, kuharap bertemu denganmu bukan di tempat umum seperti ini. Tapi sepertinya langkahmu terus membawamu kepadaku."
"Apa yang kau lakukan pada Lisa?" Tanya Eve, pria itu masih tersenyum memperlihatkan pesonanya yang selalu ia sonbongkan. Ia sadari Evelyn tidak lagi takut padanya seperti hari dimana Adrian menjemput dirinya.
"Lisa telah memilih jalannya, dan ku pikir kami memiliki pemikiran yang sama." Tegas Adam, Evelyn sama sekali tak mengerti. Pria itu selalu membuat semua jawaban terasa rumit, meskipun Evelyn tahu semua itu digunakan hanya untuk menyangkal kebenaran.
Evelyn buru-buru ingin meninggalkan tempat itu, namun seperti biasa Adam selalu menahannya tepat di pinggul Evelyn dan berbisik di telinganya.
"Ngomong-ngomong, aku masih menginginkan anak laki-laki..." desis Adam Rig.
"Pergi kau ke neraka! Jika satu anak saja telah kau campakan!" Cecar Eve.
"Aku ingin anak laki-laki Eve, kau tahu itu!" Balasnya.
Eve tidak ingin menimbulkan keributan di tempat umum, meskipun Adam menyukai hal tersebut. Ia melepas kasar jemari Adam dan berlari pergi, membayar ke kasir walau ia sadar dirinya masih diawasi.
Saat Evelyn keluar dari minimarket, ia mendapati kendaraan yang ia gunakan telah dicoret sedemikian rupa. Dan sepertinya ia tahu siapa pelakunya, Psikopat gila!
***
To be continue
28 September 2020
***
Pagi² udah up ya 😃 biasanya malem
Authornya lagi ga enak badan, makanya sempetin UP
Happy reading 🖤🖤🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. and Mrs. RIG
Mystery / ThrillerSudah terbit! The Man in Jail sekuel Mature Content!!!