"Adrian...?"
Di depan pintu rumah Adam Rig, berdiri seorang pria bertubuh tinggi tanpa ekspresi dan nampak dingin. Kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana seraya menunggu si pemilik rumah membukakan pintu untuknya, eskpresinya nampak sama. Tidak ada yang berubah semenjak dulu, hanya saja rambut hitamnya kini sebagian telah memutih, begitupun dengan brewok tipis yang mulai menghiasi rahangnya. Adrian masih nampak tampan seperti dulu...
"Evelyn ada?" Tanya Adrian, pria yang irit bicara itu tidak memiliki kalimat basa-basi seperti Adam Rig dan langsung pada tujuannya datang kemari. Terakhir Adrian menerima kabar dari Jason, jika Kakaknya mengunjungi apartemen Jason dengan kondisi yang sedang tidak baik.
Dan Adrian paham, jika kondisi Putrinya sedang tidak baik maka itu ada hubungannya dengan Adam Rig.
Sementara di dalam sana, Evelyn tengah memainkan jemarinya dengan gugup. Mendengar suara Adrian seperti nendengar suara malaikat yang akan menyelamatkan nyawanya, ingin sekali Evelyn berlari keluar dan memeluk tubuh Adrian. Namun ia sadar, ia tidak ingin menimbulkan keributan antara Adam dan Adrian. Eve hanya ingin bercerita kepada Adrian, bukan membuat pertengkaran pada kedua pria itu.
Cukup waktu pertemuan pertama Adam dan Eve yang menimbulkan kecemasan orang tuanya, tidak untuk kedua kalinya.
Adam Rig nampak biasa saja dengan kedatangan Adrian, meskipun di dalam hati ia khawatir Adrian akan mengambil Evelyn jika tahu anaknya sedang dalam keadaan tidak baik.
"Dia ada di dalam, masuklah!" Tukas Adam mempersilakan Adrian masuk dan sedikit menggeser tubuhnya.
Perlahan Adrian melangkahkan kakinya memasuki rumah Adam, tak jauh dari sana ada seseorang yang ia rindukan tengah duduk di sofa dengan gestur lurus nampak tak bergerak sedikitpun.
Semakin dekat Adrian dengan Putrinya, ia menyadari wajah gadis kecil yang dulu selalu ia timang tersebut nampak sedih. Dan bengkak di bagian mata.
Langkah Adrian tiba-tiba berhenti, Adam dapat melihat dari bahu pria itu jika Adrian menarik nafasnya. Dan Adam paham betul sifat tempramental Adrian yang tidak memiliki kesabaran tinggi ketika melihat sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Duduklah dulu, aku akan mengambil minum." Ujar Adam melewati Adrian dan Evelyn menuju dapur, menurut Adam semuanya harus dibicarakan dengan kepala yang dingin. Meskipun ia tidak tahu apakah sekarang ia bisa setenang seperti dulu, mengingat segala hal yang berhubungan dengan Evelyn selalu membuatnya gusar.
Beberapa detik berlalu, Adrian masih berdiri tak jauh dari Evelyn yang tersenyum ke arahnya. Ia paham bahwa wanita itu juga rindu padanya, Adrian juga paham ada sesuatu yang ingin Evelyn sampaikan padanya. Dan senyuman itu menandakan bahwa Evelyn sedang tidak baik-baik saja.
"Kau betah tinggal di sini?" Tanya Adrian di sela keheningan.
"Ya." Jawab Evelyn singkat, meskipun itu bukan jawaban yang Adrian inginkan melihat kondisi Evelyn saat ini. Adrian hanya mengangguk, tak tertarik untuk duduk dan berbasa-basi pada Adam karena ia kemari hanya untuk satu tujuan.
Tak lama Adam keluar membawa beberapa botol minuman segar yang ia letakan di meja, suasana menjadi sangat canggung ketika Adrian dan Adam harus berhadapan ketika situasi seperti ini, Evelyn selalu menyalahkan dirinya karena hal ini terulang kembali hanya karena ia tak dapat menghindari masalah dan berujung pada masalah keluarga.
"Kau tahu aku bukan orang yang suka berbasa-basi, Adam." Tegas Adrian, Adam hanya mengangguk. Ia mengerti, tentang keadaan Evelyn, ia paham.
"Setidaknya biarkan aku menjelaskan..." balas Adam.
"Jelaskan!" Kata Adrian.
"Mendirikan komunitas adalah ide kita berdua, bukan? Dan kau menyetujui jika semua anggota keluarga turut andil dalam hal itu...."
"...yang aku inginkan di sini adalah, Evelyn mengerti posisinya. Dia istri dari Adam Rig-"
"Dengan memberinya kekerasan fisik!" Cecar Adrian, Adam bahkan belum menyelesaikan kalimatnya. Evelyn hanya bisa menundukan kepala mendengar hal itu.
"Kau tidak paham, Adrian. Kau pasti ingat apa yang terjadi pada istri Ben ketika komunitas mengetahui bahwa istrinya adalah manusia normal, tidak seperti mereka...."
"...dan apa yang terjadi, mereka membunuh wanita yang tengah hamil itu!" Tegas Adam, mencoba mencari pembelaan. Dari netra Adam, Adrian dapat melihat sesuatu di sana.
Kebohongan...
Darah Adrian seolah mendidih, apalagi semenjak mendengar laporan dari Jason tentang Evelyn. Jemari Adrian tiba-tiba menarik kerah baju Adam, mengetahui hal itu Evelyn langsung berdiri dan berteriak histeris.
"Hentikan! Kalian berdua! Bisakah kalian berhenti bertingkah seperti anak kecil? Demi Tuhan, kita bisa membicarakan hal ini baik-baik." Cecar Evelyn, ia hampir menangis. Adrian yang mendengar suara parau putrinya lalu mengendurkan cengkraman di baju Adam.
"Ya, kita bicarakan di rumah dengan Ibumu. Tanpa dia!" Adrian menunjuk wajah Adam.
"Ayo Eve!" Adrian menarik lengan Evelyn menuju keluar rumah.
"Kau tidak akan membawa istriku kemana-mana!" Cecar Adam yang membuntuti mereka berdua hingga keluar rumah.
Sesungguhnya, di dalam perasaan Evelyn. Ia masih menyayangi Adam, namun sepertinya pria itu telah kehilangan kendali.
"Kalau kau berani maju satu langkah lagi, maka aku akan membubarkan komunitas!" Ancam Adrian.
"Kau bertingkah seperti Benjamin, tapi kau bukan Ben! Ben selalu mengutamakan keluarga, itu sebabnya ia memungutmu dari tempat sampah! Ben selalu mendahulukan kepentingan orang-orang yang dikasihinya, tapi kau..!"
"...kau hanya Adam Rig yang mementingkan dirimu sendiri dan namamu yang ingin dikenal oleh dunia!" Cecar Adrian.
Untuk pertama kalinya, Adrian muak dengan pria itu. Ia lalu membawa Evelyn pergi dari rumah Adam, sementara si pemilik rumah hanya berdiri bagaikan patung setelah cercaaan Adrian.
Ketika kendaraan mulai menjauh dari halaman rumah, Eve masih melihat Adam dari jendela mobil dan menatapnya dengan tatapan penuh arti.
Adam yang tengah frustasi masuk ke dalam rumah dan menendang perabotan yang ada di sana, setelah itu ia terduduk seraya memegangi kepalanya sendiri. Tak ada pengendalian diri dan tidak ada pendalian emosi, kejadian ini sama persis ketika ia membunuh Cassandra di Italy waktu itu.
.
.
.
.
."Sama seperti dulu, ketika Daddy mengambilmu dari Adam Rig yang tengah menyekapmu." Kata Adrian, mencairkan suasana ketika hanya ada mereka berdua di dalam mobil.
"Dia bukan menyekapku waktu itu, Dad. Dia telah menyelamatkanku dari Kevin." Balas Eve, pandangannya terlihat kosong menatap ke arah luar jendela.
"Tapi dia memperkosamu..." protes Adrian, Evelyn hanya menghembuskan nafas kasar seraya menunduk.
"Akuilah Eve! Kenapa kamu lebih mementingkan pria itu dari pada keluargamu sendiri..."
"Tidak, aku bukan Mom. Yang meninggalkan orang tuanya demi Daddy, setidaknya aku telah berusaha menyatukan keluarga ini. Dan aku pikir itu berhasil, ternyata tidak." Balas Eve.
"Kau tahu itu tidak akan terjadi.." kata Adrian.
"Apa yang terjadi pada komunitas, Dad? Kupikir kau dan Adam telah membangunnya bersama."
"Memang, sebelum semuanya menyadari bahwa Adam tidak mengikuti peraturan yang ku buat."
"Apa itu?" Tanya Eve penasaran.
"Kau masih ingat tujuan Night Hunter kembali dibangun? Daddy pikir hanya untuk kepentingan medis dan orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang, tapi Adam menggunakan hal itu untuk kepentingan dirinya sendiri. Dia tidak bisa merubah gaya hidupnya, masih seperti dulu. Membunuh tanpa tujuan, demi sifat kanibalnya." Jelas Adrian.
"Ya Tuhan..."
***
To be continue
28 Agustus 2020
