Langkah Evelyn terasa berat saat meninggalkan apartemen Jason, menyadari jika ia tetap tinggal bersama Adiknya meski hanya beberapa hari akan menimbulkan masalah. Dan jika Evelyn pulang ke rumah orang tuanya, Adrian pasti akan mengetahui kalau hubungan pernikahannyadan Adam sedang tidak dalam keadaan baik. Evelyn tidak ingin membuat Ayahnya murka.
Karna Evelyn sangat memahami sifat Adrian yang kasar, tidak sabaran dan tempramental. Meski wajahnya datar dan auranya begitu dingin.
Pada akhirnya, Evelyn memutuskan untuk pulang ke rumahnya sendiri. Rumah besar dengan pagar besi yang kokoh, terlihat sunyi dari luar seperti tak memiliki penghuni. Meskipun pekarangan dan kebun terlihat selalu bersih dan rapi.
Ya, itu semua hasil dari kerja Adam Rig.
Pria itu tidak menginginkan satu orang pun berada di dalam rumahnya, Adam mengerjakan semuanya seorang diri. Tanpa asisten rumah tangga, tanpa tukang kebun atau koki yang menyediakan makanan setiap hari. Harusnya Evelyn bersyukur memiliki suami yang sangat giat dan cekatan dalam mengurus rumah, terlebih Adam selalu memanjakan Evelyn dan tidak membiarkan wanita itu mengerjakan pekerjaan rumah.Tapi bagaimana jika suami tersebut adalah seorang Psikopat?
Cekle...
Perlahan Eve membuka pintu, di dalam sana ruangan terlihat gelap seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Satu hari tidak bertemu dengan Adam sepertinya berhasil mengembalikan jiwa Eve menjadi bersih, tanpa ada kegilaan dan pembunuhan sadis. Semakin membuatnya percaya jika selama ini Adam hanya memanipulasinya saja, sama seperti yang pria itu lakukan terhadap semua gadis, termasuk Lisa.
Evelyn mencoba menghilangkan pemikiran itu sejenak, ia butuh istirahat terlebih dahulu sebelum Adam kembali dari komunitasnya. Ia lalu menekan saklar lampu setelah menutup kembali pintu, namun betapa terkejutnya ia setelah menyadari pria itu duduk di atas sofa dengan santainya duduk dengan menyilangkan kaki. Menilai Evelyn, dari ujung kepala hingga kaki. Mencari tahu apakah istrinya pulang dalam keadaan utuh atau sedikit lecet di beberapa bagian.
Sementara Evelyn hanya bisa terdiam berdiri di tempatnya berpijak saat ini, ia pikir Adam sedang sibuk dengan komunitas dan pekerjaannya itu.
"Sudah liburannya? Cepat sekali." Tukas Adam, berbicara seolah tidak ada masalah di antara mereka. Entah kenapa Adam bisa sesantai itu sementara Eve merasa ngeri mengingat Adam hampir saja memotong tangannya.
"Aku hanya pergi sebentar." Balas Eve, suaranya pelan namun tak ingin memperlihatkan ketakutannya kepada Adam.
"Ya, aku tahu. Apa Jason menyuruhmu pulang?" Tanya Adam.
"Bagaimana kau-" suara Eve terpekik, Adam selalu tahu kemanapun ia pergi.
"Teoriku yang pertama Istriku sayang, kamu tidak akan pergi ke rumah Adrian karena tidak ingin menimbulkan pertengkaran antara aku dan Adrian...
"...dan yang kedua, aku tahu kamu sama sekali tidak memiliki teman. Jadi, sudah sudah dapat ku tebak. Jason adalah tempat terakhir kau pergi." Jelas Adam, Eve sedikit menaikan dagunya. Semua penalaran Adam memang benar, ia tidak ingin Ayahnya ribut dengan suaminya sendiri. Dan soal tidak memiliki teman, Adam sangat benar mengenai hal itu.
"Aku tidak memiliki teman karena aku tidak ingin menjadikan orang lain sebagai pengikutmu!" Cecar Eve, nafasnya terasa berat ketika mengucapkan hal itu. Eve lalu pergi meninggalkan Adam dan menuju kamarnya sendiri, ia masih tidak percaya bahwa selama ini Adam Rig hanya menggunakan manipulasinya demi kepentingan dirinya sendiri.
Demi membangun komunitas tersebut bersama Ayahnya...
"Apa itu yang Jason katakan padamu?" Tanya Adam, Evelyn tak menjawabnya malah meninggalkan dirinya seorang diri di ruang tamu.
"Aku berbicara padamu!" Seru Adam, akhirnya pria itu menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.
Adam berdiri, mulai berjalan menyusul Evelyn yang terlihat tergesa-gesa menghindari Adam.
Berlari kecil, Evelyn buru-buru memasuki kamar sebelum langkah besar Adam berhasil menggapai dirinya. Namun aura dingin Adam Rig mulai mendekat dan menahan pintu kamar yang akan ditutup oleh Evelyn.
Brak!
Nafas Evelyn tersengal, ia memegangi dadanya sendiri. Ia merasa seperti dikejar oleh hantu atau pembunuh berantai, semenjak Adam memasukannya ke dalam box kaca malam itu. Melihat Adam seperti melihat hantu, bukan seperti pria yang dulu selalu melindunginya, bahkan dari detektif gila yang mencoba membunuh Evelyn.
"Apapun yang Jason katakan padamu, kau tahu itu tidak benar." Ujar Adam dari balik pintu yang tertutup dan terkunci rapat. Pria itu terus menggedor pintu sementara Evelyn hanya bisa bersandar di balik pintu tersebut, berharap pria yang di luar itu tidak melukainya sedikitpun.
"Evelyna Rig, kau adalah istriku! Buka pintunya ketika aku sedang berbicara denganmu!"
"Atau apa?!" Jeritan Eve melengking dari dalam kamar, Adam dapat mendengarnya dengan jelas seketika membuatnya terhenti.
"Atau kau akan memukulku? Mengikatku? Lalu apa bedanya kau dengan Daddy?!" Cecar Evelyn, suaranya sedikit parau. Adam tahu Eve sedang menahan tangisnya dari suara wanita itu.
Adam lalu diam, kekhawatirannya kian menjadi. Adam tidak ingin obsesi dan ambisinya kepada Evelyn semakin besar dan berakhir menyakiti gadis itu.
Bersama Evelyn, Adam seperti kehilangan pengendalian diri.
"Kau tahu hun? Jika semua psikopat memiliki obsesi yang besar kepada satu objek. Tapi, psikopat mudah merasa bosan jika objek tersebut dirasa tak mampu lagi memuaskan gairahnya. Akhirnya objek tersebut akan dibuang, lebih parah akan dibunuh dan dimutilasi. Lalu dia akan menggantinya dengan objek yang baru, sebuah objek yang membuatnya merasakan hal yang sama. Obsesi...."
"...dan kau tahu apa yang membedakan diriku dengan psikopat lainnya?" Perkataan Adam terhenti di ujung kalimat, membuat Evelyn tak sabar menunggu jawaban mengapa pria itu merasa dirinya berbeda dari manusia-manusia gila yang di lahirkan ke dunia ini.
Suasana begitu hening, Evelyn yang masih bersandar di balik pintu berharap Adam tak mendobrak pintu ini secara tiba-tiba atau merusaknya dengan sekali tendangan. Bahkan suara binatang seperti jangkrik pun tak terdengar sama sekali oleh Evelyn di luar sana, ini adalah hal yang lebih horor dari pada berada di dalam box kaca.
"Kenapa?" Akhirnya Evelyn membuka suara, bertanya hanya karena ia ingin tahu apa yang di lakukan pria itu di balik pintu ini. Dan lagi, ia menantikan jawaban dari pertanyaan Adam Rig barusan.
"...karena aku tidak pernah bosan padamu." Jawab Adam.
Setelah itu, terdengar langkah berat mulai menjauh dari balik pintu. Meninggalkan Evelyn sendiri dengan pemikirannya yang berkecamuk, sebagian fakta menguatkan opininya bahwa selama ini Adam Rig hanya memanfaatkan Evelyn hanya untuk kepentingan komunitas dan semacamnya.
Namun di sisi lain, Adam selalu berhasil merenggut hatinya yang berusaha kuat dan tegar sama seperti dulu. Dan Adam selalu berhasil menaklukan hati Evelyn yang sekeras batu.
Bukankah psikopat memiliki caranya tersendiri untuk memanipulasi lawannya?
***
To be continue
21 Juli 2020
***
Malam jumat adalah malam yg paling Horror
Diteror terus dong Authornya suruh cepet² Up bang Adam 😭😭😭
🙏💕🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. and Mrs. RIG
Mystery / ThrillerSudah terbit! The Man in Jail sekuel Mature Content!!!