[9] Si Keras Kepala

183 21 2
                                    

10 November 2020

Day6 masih dalam rangkaian world tour mereka, dan sepekan lagi mereka akan mengadakan world tour di Los Angeles, sehingga semuanya memutuskan untuk beristirahat di hotel selama seminggu, sebelum melanjutkan konser di negara berikutnya. Semua member Day6 sedang bersenang-senang seperti berenang, dan melakukan hal lainnya untuk menikmati waktu libur mereka, tapi tidak dengan Brian. Kali ini sangat jelas sekali terlihat di wajahnya, bahwa ia sedang mengkhawatirkan sesuatu, ini semua karena wanita itu tidak bisa dihubungi dari dua hari yang lalu.

Menjadi sebuah kebetulan ibu dan ayahnya sedang tidak berada di Toronto saat ini, sehingga semua orang tidak ada yang mengetahui kabar Jani. Setelah mencari tau kepada Mrs. Greg dengan meminta bantuan ibunya, ternyata Jani sedang izin tidak bekerja karena merasa tidak enak badan dari dua hari yang lalu. Brian akhirnya memutuskan untuk terbang ke Toronto saat itu juga, setelah meminta izin kepada manajer dan para membernya, ia beralasan ada urusan mendesak yang harus ditanganinya di Toronto.

"Hyeong, aku harus pulang ke Toronto saat ini juga," ujar Brian seraya mengemas barang-barang pentingnya ke dalam tas ranse hitam miliknya.

"Saat ini juga? Apa ada keperluan yang mendesak?" ujar laki-laki bertubuh gempal yang ternyata adalah sang manajer.

"Iya, akan aku pastikan aku akan kembali sebelum latihan untuk konser selanjutnya dimulai."

"Baiklah aku akan ikut bersamamu."

"Tidak perlu Hyeong, ini urusan pribadiku," balasnya dengan sorot mata yang mematikan.

"Biarkan saja Hyeong, Brian akan menepati perkataannya," kali ini Sungjin membuka suaranya karena ia yakin ada hal mendesak yang harus Brian selesaikan.

Selama enam jam perjalan di pesawat, Brian benar-benar tidak bisa berhenti mengkhawatirkan wanita itu. Saat ini Brian sadar bahwa Jani benar-benar sudah mengambil separuh dari dunianya. Brian berlari seperti dikejar waktu setiba di bandara Pearson, dan sekarang di sinilah Brian, sedang menatap cemas pintu rumah Jani dengan peluh dan nafas yang tak beraturan.

Brian menekan bel rumah wanita itu, namun tidak ada jawaban di balik pintu putih tersebut.

"Jani open the door, im Brian," ucap Brian dengan penuh kecemasan di dalam nada suaranya.

Cukup lama Brian menunggu dan akhirnya pintu putih itu terbuka, dan menampakan sosok seorang wanita yang ia khawatirkan, dengan wajahnya yang terlihat lebih kurus dari biasanya, bibir pucat, dan keringat yang membanjiri tubuhnya.

"Brian, why you here?" ucap Jani dengan suara paraunya yang lemah.

"Kau sakit Jani kita harus ke rumah sakit sekarang."

"Ini hanya flu Brian, jangan mendekat atau kau akan terkena flu juga. Brian bagaimana dengan konsermu, kau harus kembali sekarang juga," Jani berusaha dengan susah payah mengeluarkan setiap kata dari bibirnya.

"Tidak jika kau bersikeras tidak ingin ke rumah sakit, bagaimana aku bisa meninggalkanmu sendirian di sini?"

"Aku akan baik-baik saja."

"Kau tidak baik-baik saja Jani, berhenti bersikap egois! Aku mohon," Brian memandang Jani dengan tatapan memohon dan putus asa di saat yang bersamaan.

"Pulanglah Brian, aku bisa mengurusnya sendiri," Jani si wanita keras kepala ini tetap menolak.

"Tidak!" Brian meninggikan suaranya, dia benar-benar geram dengan sifat keras kepala Jani.

"What the hell. Are you crazy? Jani kenapa kau sangat keras kepala!" Brian mengusap wajahnya kasar.

The Black Rose; YoungK Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang