[14] Temanku Bernama Luka

191 16 2
                                    

Jani sedang duduk meringkuk di salah satu bilik kamar mandi yang berada di bandara. Wanita itu memeluk, dan mengutuk dirinya secara bersamaan. Tangis pun pecah sejadi-jadinya, dengan tangan yang gemetar, Jani mencari handphone miliknya yang berada di saku jaket, lalu menelfon seseorang menggunakan panggilan internasional.

"Halo Jan?" suara seorang wanita terdengar disebrang sana.

Jani belum dapat membuka mulutnya. Tenggorokannya terasa kering, hanya isak tangis yang bisa Jani berikan sebagai pertanda bahwa dirinya ada di sini.

"Its okay Jan, nangis aja dulu gua bakalan tunggu lo sampai berhenti nangis," ujar wanita diseberang sana.

"Vin .." ujar Jani dengan parau.

"Ya?"

"Gua. Gua takut. Gua melakukan sebuah kesalahan dengan Brian," Jani dengan susah payah menyelesaikan setiap kalimatnya.

"Lo sekarang dimana? Masih di Hotel?" Vina sangat mengerti apa yang dimaksud Jani sebuah kesalahan.

"Enggak. Gua di bandara, udah dari pagi gua ninggalin hotel, dan sekarang gua mau balik ke Canada. Gua .. gua keinget Mama dan Rey. Gua gak bisa kontrol emosi gua sekarang. Gua fikir, gua udah bisa lupain kejadian empat tahun yang lalu, setelah lo bawa gua ke Dr. Maria, tapi sialan ini datang lagi."

Saat ini Jani benar-benar terhempas kedalam masa lalunya yang telah mati-matian ingin ia lupakan. Empat tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2017 Jani pernah ingin mengakhiri hidupnya, ia pernah merasa hidupnya tidak berguna melebihi sampah.

***


Flashback

Jani melangkah dengan langkah kecil, dan kedua tangan yang penuh dengan sekotak kue dan paper bag besar berisikan hadiah menuju sebuah kosan. Jani berniat untuk memberikan kejutan di pagi hari kepada pria yang telah ia pacari sejak menginjakkan kaki di bangku SMA, karena hari ini adalah hari ulang tahun pria yang sangat ia sayangi itu.

Jani mengetuk pelan pintu kamar kos kekasihnya, karena tidak ingin mengganggu tetangga kamar lainnya. Pintu kos pun terbuka dan betapa terkejutnya Jani ketika melihat seorang wanita yang ia kenal dengan jelas, hanya memakai handuk yang melilit di tubuhnya dengan rambut basah menandakan bahwa sang wanita habis mandi.

"Jani!" ucap wanita itu yang kaget melihat sosok Jani berada dihadapannya.

Jani mendorong paksa wanita itu agar dirinya bisa masuk kedalam kamar.

"Rey! Keluar lo bangsat!" Jani berteriak histeris mencari pria yang telah menghancurkannya.

Pria yang dipanggil Jani pun keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Jani .." reaksi Rey tidak berbeda dengan reaksi yang diberikan wanita jalang tadi.

"Sialan kalian berdua ya! Gimana rasanya main dibelakang gua?! Gua gak abis fikir ya bisa-bisanya lo tidur sama pacar gua Jess, pacar sahabat lo sendiri!" Jani menumpahkan kekecewaannya kepada kedua manusia yang tidak layak disebut manusia dihadapannya ini. Jessi ialah sahabat Jani semenjak mereka menginjakkan kaki di dunia perkuliahan.

"Jan .. tapi gua bisa jelasin," ujar Jessi panik.

"Apa yang mau lo jelasin lagi ha?! Bitch!" Jani menghardik Jessi tepat di depan wajah wanita jalang itu.

"Rey lo masih inget jelaskan ketika gua bilang, gua gak akan pernah maafin orang yang selingkuh?! Lo tau sendiri kan Rey, sebenci apa gua sama bokap karena dia selingkuh, dan ninggalin gua sama Mama. Sehingga akhirnya Mama depresi dan sekarang jadi gila!" Jani tidak dapat lagi menahan tangisnya ketika wajah orang yang dicintainya terlintas di kepalanya.

The Black Rose; YoungK Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang