[13] Melewati Batas

346 18 4
                                    

⚠ Warning! Part ini mengandung adegan dewasa 

bagi para pembaca harap membaca dengan bijak⚠


25 Februari 2021

Setelah beberapa hari Brian dan Jani berkeliling, malam ini merupakan malam terakhir keduanya berada di Barcelona. Mereka memutuskan hanya akan beristirahat sambil menikmati sebotol wine di kamar hotel milik Brian. Keduanya tengah larut dalam fikiran masing-masing, menyisakan jam dinding yang tetap berdetak.

"Bagaimana jika magangmu bukan di Canada? Apa kau akan kembali ke Canada setelah selesai magang?" tanya Brian memecahkan keheningan antara keduanya sambil menyesap wine kali kedua miliknya.

"Aku belum memikirkan itu, dan aku rasa aku tidak akan kembali ke Canada, jika memang magangku bukan di sana, karena setelah selesai magang aku hanya perlu melakukan perayaan kelulusan saja," ujar Jani dengan santai.

"Lalu bagaimana dengan orang-orang yang kau kenal di Canada?" tanya Brian kepada wanita disampingnya ini dengan amarah yang sedang ia tahan mati-matian. Brian buru-buru menegak habis wine di gelas miliknya.

"Semua orang punya kehidupannya masing-masing Brian, aku, kamu, Mrs. Kang, Mr. Greg semua orang punya jalan ceritanya sendiri iya kan?"

"Bagaimana dengan kita?" kali ini Brian bertanya sambil tepat menatap tepat di kedua manik lawan bicaranya itu.

Jani tertawa nanar. "Kita? Kita tak pernah akan menjadi kita Brian, hanya ada Jani dan Brian bukan kita. Aku harap kau mengingatnya dengan baik."

Brian semakin memperdalam tatapannya terhadap kedua manik mata Jani, seakan ia tidak akan pernah melepaskan pandangannya dari wanita itu.

"Kenapa?" tanya Brian dengan suara beratnya.

"Apanya yang kenapa?" Jani kembali bertanya, karena tidak paham dengan apa yang dimaksud pria dihadapannya ini.

"Kenapa kau selalu berputar-putar Jani, seperti orang bodoh," ujar Brian seraya menunjukan senyumannya, kali ini bukan senyuman manis yang biasa Jani lihat, namun senyuman syarat akan amarah didalamnya.

"Aku harus kembali ke kamar, aku rasa kau telah sedikit mabuk istirahatlah."

Jani hendak berdiri dari tempatnya semula, sebelum Brian menarik tangannya hingga ia jatuh tesungkur kedalam dekapan dada pria itu. Tubuh Jani menegang seketika, wangi maskulin pria itu masuk kedalam indera penciumannya membuat senyalir aneh didalam tubuhnya.

"Bri... lepas," Jani langsung segera mungkin memaksa masuk kedalam kesadarannya, ia tidak yakin jika lebih lama berada didalam pelukan Brian, apakah masih bisa ia mengedepankan ego miliknya.

"Sebentar saja, biarkan aku sebentar memelukmu seperti ini," ucap Brian dengan nada rendahnya dan ia semakin mengeratkan pelukannya seolah-olah wanita itu adalah miliknya.

"Bisa kau tatap aku?" Brian menundukkan kepalanya untuk melihat wajah Jani lebih jelas. 

Jani mengangkat kepalanya, yang pertama kali ia lihat adalah kedua ranar mata pria itu yang menatapnya dengan tatapan terluka.

Sedetik kemudian Jani merasakan bibirnya menyentuh permukaan kenyal yang lembut dengan harum red wine yang menyerbak keluar dari nafasnya. Brian telah menciumnya, ciuman yang awalnya lembut kini menjadi menuntut meminta lebih.

Jani memejamkan matanya mengikuti permainan pria itu, kini ia telah mengalungkan kedua tangannya di leher Brian, dan meremas surai hitam milik pria itu. Malam ini keduanya telah gila karena dipengaruhi alkohol. Seketika suhu kamar yang tadinya terasa dingin mencekam menjadi panas penuh gairah. Jani merasakan punggungnya telah menyentuh matras lembut, dengan pemandangan Brian di atas tubuhnya. Entah kenapa malam ini Jani ingin sekali saja, mencoba egois kepada dirinya sendiri. Sekali saja Jani ingin menuruti keinginan hatinya, yaitu berada dalam pelukan pria di hadapannya ini.

The Black Rose; YoungK Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang