[24] The Last

244 18 6
                                    

Dua insan yang saat ini tengah berbagi selembar selimut yang sama, merasa terusik dengan suara alarm yang berasal dari jam beker. Sang wanita bangun terlebih dahulu untuk mematikan alarm.

"Bri .. wake up," ujar Jani seraya mengelus surai hitam milik pria itu.

"Hmmm .." pria itu hanya menggeliat tanpa menunjukkan tanda-tanda ingin membuka matanya.

"Bri, c'mon."

"Hm.. what time is it?" tanya Brian dengan suara khasnya ketika bangun tidur.

"Jam 7 pagi ayo cepat bangun, sebentar lagi Ian akan bangun, dan aku gak mau dia liat kita dengan keadaan seperti ini," ujar Jani seraya mencoba untuk bangun dari kasurnya, namun sialnya rasa sakit pada pusat dirinya tiba-tiba datang menyerang.

Brian yang melihat wanitanya tengah meringis kesakitan langsung dengan sigapnya ikut bangun dari tidurnya.

"Are you okay?" tanya dengan nada khawatir.

"Sure, im okay," jawab Jani yang terlihat memaksakan senyuman diwajahnya.

"Apa karena perbuatanku semalam? Apa aku sudah menyakitimu Jani?"

"No Brian, aku mungkin sedang sakit karena PMS. Ayo cepat pakai kembali pakaianmu, nanti Ian akan bangun sebentar lagi," jawab Jani berbohong, karena nyatanya sakit yang ia rasakan sekarang memang karena permainan mereka. Walau Brian semalam memakai pengaman, namun itu tetap menyakitkan bagi Jani, karena kanker rahim yang ia derita.

"Okay, aku akan pergi sekarang tapi jika sakitmu lebih parah tolong hubungi aku dan kita akan pergi ke rumah sakit," ujar Brian seraya kembali memakai pakaiannya kembali.

"Iya kenapasih kau masih saja bawel tidak pernah berubah," ucap Jani menggerutu.

"Aku hanya bawel kepadamu Anjani, karena kau satu-satunya wanita keras kepala yang aku kenal, tapi dengan bodohnya aku masih mencintaimu," ujar Brian dengan menatap wanitanya penuh kasih sayang.

"Yasudah sana cepat pergi," balas Jani yang tidak ingin lagi terjebak kedalam manik mata pria itu.

"See you," ucap Brian seraya mengecup puncak kepala wanitanya sebelum akhirnya ia pergi menghilang dibalik pintu.

Demi Tuhan Jani benar-benar merasa bersalah, saat ini di kepalanya sedang berputar-putar wajah Kang Seulgi. Jani benar-benar telah membulatkan tekadnya untuk meninggalkan negara ini, jika tidak maka hubungan Brian dengan wanita itu hanya akan sekedar menjadi nama.


Hari ini merupakan ulang tahun Jani, rupanya tahun ini dirinya telah menginjak kepala tiga. Pada tahun-tahun sebelumnya Jani hanya melewati hari kelahirannya seperti biasa bersama sang putra, tanpa ada perayaan yang berarti. Maka ia pun berfikir pada tahun ini pasti tidak akan ada hal spesial yang terjadi. Jani yang saat ini tengah serius memeriksa berkas-berkas evaluasi milik para trainer yang sedang melakukan magang dibawah pengawasannya. Tiba-tiba fokusnya terpecah karena sebuah panggilan masuk, dan tidak lain tidak bukan itu adalah Brian Kang.

"Mommy .." ujar suara mungil disebrang sana ketika panggilannya telah terhubung. 

Hari ini Brian memang telah izin kepada Jani akan mengajak main Ian bersama dengan Willian anak dari Jae.

"Iya sayang?" ucap Jani dengan penuh kelembutan di nada suaranya.

"Mommy pulang kerja jam berapa?" tanya Ian kepada sang ibu.

"Sekitar satu setengah jam lagi sayang, ada apa? Bukankah Ian sedang bermain bersama William?" ujar Jani seraya melirik jam di tangannya, untuk memastikan pukul berapa ia akan selesai bekerja.

The Black Rose; YoungK Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang