ch 3

4.4K 512 7
                                    








🌹
🌹
🌹
🌹
🌹
🌹
🌹
🌹
🌹
🌹











Jisoo membuka beberapa lembar berkas dimeja kerjanya menatap kosong kearah lembaran yang hanya dibolak balik olehnya. Pikirannya selama beberapa hari ini hanya berpusat pada surat yang Ibunya tinggalkan, masih belum mendapat jawaban apa yang akan dia lakukan. Ketika otaknya mengatakan akan menuruti keinginan terakhir Ibunya justru hatinya menentangnya. Merasa lelah dengan pikirannya, beranjak meninggalkan ruangan kerjanya melajukan mobilnya kearah pemakaman. Ditatapnya batu nisan Ibunya memposisikan diri duduk disamping pusara Ibunya.

' Apa yang emmoa ingin Jisoo lakukan ? Pilihan macam apa ini emmoa ? Apakah emmoa ingin Jisoo menjadi anak yang tak berbakti ? Kenapa emmoa ? Apa alasan dibalik keputusan emmoa ? Katakan pada Jisoo emmoa, agar Jisoo bisa memutuskan langkah apa yang harus Jisoo ambil. '

Suara hati Jisoo terus mempertanyakan pada batu nisan Ibunya yang tentu tak akan pernah menjawab segala macam pertanyaan dibenak Jisoo. Mencoba memahami segala kemungkinan dibalik keputusan Ibunya, Jisoo mencoba mengingat kemana dia harus memulai mencari jawaban atas semua pertanyaannya sebelum dia memutuskan pilihan hatinya.

Senja telah menjemput tapi Jisoo tetap duduk di tempatnya tak ada keinginan untuk beranjak dari samping pusara Ibunya sampai akhirnya dia mengingat sesuatu yang Ibunya katakan. Dengan tersenyum Jisoo beranjak berdiri mencium pusara Ibunya, meraih ponselnya menuliskan sebuah pesan.

" Aku butuh bantuanmu. "

Seulgi dan Lisa sedang melakukan latihan untuk pertunjukan dance mereka akhir pekan ini. Manajer mereka memberi instruksi kepada Seulgi bahwa dia menerima pesan, Lisa yang merasa heran melihat Seulgi yang terburu - buru menghampiri manajer mereka ikut berhenti dan mengikuti patnernya.

" Ada apa Seul ?"

" Chu mengirimkan pesan dia membutuhkan bantuanku. "

" Mwo ? Sepenting itukah sampai manajer kita menghentikan sesi latihan kita ?"

Seulgi menatap Lisa sebelum menjawab

" Dia lebih penting daripada apapun Lisa. "

Seulgi kembali menatap layar ponselnya membalas pesan Jisoo.

" Kenapa tidak kamu telepon saja Seul ?"

" Kamu tahu jawabannya Lisa. "

" Jika dia tidak bisu kenapa juga dia tidak mau bicara ? Gadis aneh. "

" Ada alasan kenapa dia tidak bicara Lisa bukan karena dia tidak bisa. "

Merasakan perubahan nada suara Seulgi, Lisa memilih diam dan pergi meninggalkan Seulgi yang kembali fokus pada chat aplikasi. Benar - benar aneh, memang kenapa dia tidak mau bicara jika tidak bisu. Sakit ? Lalu kenapa tidak jujur saja bilang begitu memang kenapa harus dirahasiakan. Seulgi juga sama saja anehnya dengan gadis itu. Lisa melirik kearah Seulgi yang mulai membereskan barang - barangnya. Lisa bergegas menghampiri Seulgi yang hendak pergi.

" Eh, apakah latihan kita sudah selesai ?"

" Aku harus pergi sekarang, kita lanjutkan lusa oke. "

" Jisoo ?"

Seulgi hanya mengangguk dan beranjak pergi dari hadapan Lisa yang juga langsung membereskan barangnya asal dan berlari mengejar Seulgi.

" Apa yang kamu lakukan di mobilku Manoban ?"

" Jika aku tidak mengikutimu siapa yang akan mengantarku pulang ? Kamu yang menjemputku tadi, ingat ?"

" Terserah kamu saja Manoban tapi jangan mengeluh nanti. "




My Rosé ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang