End of story

83 11 1
                                    

Malam yang begitu dingin, ke delapan anak itu terlihat duduk berkumpul di lantai atas ruang membaca, ruangan itu di penuhi buku-buku kesukaan mereka. Rak-rak yang berisi buku disusun rapi dari ujung ke ujung. Meja bundar pendek diletakkan di tengah tengah beralaskan tikar yang lembut agar ketika membaca buku mereka duduk melingkar.
Angin malam itu masuk ke Jendela yang kacanya belum tertutup hingga membuat tirai jendela itu bergoyang pelan.
Mereka semua diam dengan menatap satu sama lain, seperti sedang memikirkan sesuatu dari raut wajah mereka.
Jeongin terdengar menghela nafas, lalu menguap karena rasa kantuk yang datang.

"Jeongin, kau mengantuk? Pergilah tidur. Masalah ini tidak perlu kau pikirkan. Kau juga Seungmin! Kalian belum bisa memikirkan masalah ini".
Bangchan menyuruh kedua adiknya itu Agar segera pergi tidur.

Ada sesuatu masalah yang kini mereka bincangkan. Sehingga mereka terjaga dimalam ini.
Seungmin dan Jeongin segera meninggalkan ruang itu untuk pergi tidur. Namun langkah mereka berdua terhenti ketika mendengar ibu mereka sedang berbicara dengan seseorang di phonsel nya.
Mereka berdua mendekati diri ke depan pintu kamar Nonie yang tertutup rapat, untuk mendengarkan percakapan itu.

"Tentu saja kak, aku tidak habis pikir kalau ia akan mengatakan itu. Aku juga bingung harus bagaimana, anak-anak juga tidak ingin meninggalkan rumah ini, tapi aku juga harus membawa mereka jauh darinya. Tidak ada jalan lain selain itu. Aku tidak ingin anak anakku merasa kecewa atas keputusan ini. Mau tidak mau kami harus meninggalkan rumah ini".

Mereka yakin bahwa ibunya itu tengah berbicara pada bibi tertuanya. Pasti ia ingin mencari solusi yang tepat, namun kepalanya sudah sakit memikirkan itu semua, jadi ia memilih pindah dan membawa anak-anak nya pergi jauh sebelum ada masalah lain lagi ketika mantan suaminya keluar dari penjara nanti.

Hidung Jeongin terasa gatal, dia tak tahan dengan rasa gatal itu lalu ia pun bersin. Seungmin melotot kaget, takut ketahuan bahwa mereka sedang menguping pembicaraan. Bukan kah itu tidak sopan. Dengan segera Seungmin menarik tangan Jeongin turun ke lantai bawah agar tidak ketahuan oleh ibunya.

"Aish, kau membuat ku takut saja Jeongin".

"Maaf Hyung, aku tidak tahan lagi. Hidung ku gatal sekali".

"Untung saja omma tidak membuka pintunya, kalau tidak habis kita".

"Omma tidak kejam kok, dia omma yang baik".

"Itu tidak sopan Jeongin, kita menguping pembicaraannya".

"Begitu ya, Untung saja ya Hyung".

"Aku baru saja mengatakan itu pada mu".

"Ku ulangi sekali lagi Hyung, agar kau tidak lupa".

"Kau pikir aku pelupa seprti Changbin Hyung? Sampai celana dalamnya saja ia lupa menyimpannya dimana".

"Hihi, kau betul sekali".

"Sttt.. mari kita tidur, jika mereka tau kita masih mengobrol disini kita pasti kena sengatan Omelan Hyung yang lainnya".

"Baiklah, selamat malam Hyung. Semoga mimpi indah"

"Kau juga Jeongin, selamat malam".

Mereka berpisah menuju kamar masing-masing. Namun Nonie segera turun kelantai bawah dengan tergesa-gesa.

"Omma kau kenapa?". Tanya Seungmin heran.

"Seungmin, dimana Hyung-mu yang lainnya?".

"Di atas, di tempat membaca".

Lalu Nonie segera berlari ke atas lagi.
Seungmin dan Jeongin penasaran ia mengikuti Nonie dari belakang, ingin tau apa yang terjadi pada Nonie.

"Bangchan!Linoo!".

Eight StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang