Kantor Polisi

62 10 3
                                    

Siang itu adalah siang yang lumayan panas di daerah ke 8 bintang itu tinggal.
Ke 8 bintang?. Tentu saja, Nonie si ibu anak-anak itu menyebutkan mereka adalah 'Eight Stars', mereka adalah bintang-bintang bagi si ibu itu dalam kehidupannya. Banyak sekali beban yang harus dijalankan olehnya, namun karena anak-anaknya lah ia bersemangat menjalani semuanya.

Pintu depan di buka, mereka masuk kerumah bergiliran. Terlihat wajah-wajah bahagia dari mereka, karena semua sudah kembali seperti semula.
Mereka semua berkumpul di ruang tengah sambil beristirahat sejenak.

"Apa kalian semua lapar? Omma akan memesan makanan untuk kalian".

"Tentu saja omma, kami lapar sekali". Han memegang perutnya.

"Dasar tupai, kau selalu saja merasa lapar". Ujar Hyunjin.

"Diamlah perempuan, Wajah mu seperti perempuan".

"Aishhh, dasar tupai".

Phonsel milik Nonie berdering, ada seseorang yang sedang menghubunginya. Terlihat itu adalah nomor dari pihak polisi. Apa ada kabar tentang permasalahan kemarin?.
Nonie mengangkat telponnya, ia mendapati kabar bahwa mantan suaminya yang telah berbuat jahat itu telah berada di kantor polisi saat ini. Ia tertangkap oleh polisi ketika ia hendak kabur dari rumahnya.

lelaki itu tau bahwa polisi akan mencari dirinya karena Jeongin telah dia ambil oleh Linoo. Ia tau watak Linoo saat masih kecil, ia berwatak keras, dan dapat melakukan apa saja yang menurutnya itu baik, apa lagi Linoo kini sudah tumbuh dewasa pasti saja dia lebih berani, ia pasti akan melaporkan peristiwa itu pada polisi walaupun dia adalah Ayah kandungnya.

Mereka semua pergi ke kantor polisi untuk menemuinya. Sedangkan Changbin, dan Seungmin harus tinggal dirumah untuk menjaga Jeongin yang tidak boleh lagi menemui Ayahnya. Mereka takut ada rasa trauma besar dalam hidup Jeongin.

"Pak, ada keluarga yang ingin menemui mu". Salah satu polisi membawa lelaki itu ke hadapan Ibu dan 8 anak yang sudah duduk  menunggunya.

"Sedang apa kalian disini? Kalian ingin tertawa melihat diriku sekarang? Tertawa lah! Tertawa lah sepuas mungkin!". Lelaki itu memandangi Nonie dihadapannya.

"Untuk apa aku tertawa? Ini bukan permainan ku, aku hanya ingin melihatkan anak-anak mu yang sudah tumbuh dewasa kini untuk terakhir kalinya. Sebelum aku akan membawa mereka untuk pergi jauh dari mu".

"Cihh.. omong kosong, kau pikir aku peduli ha?!".

"Peduli atau tidak itu bukan urusanku, kau yang memulai semua kebodohan ini, dan kau yang mendapatkan akibatnya".

"Dasar wanita tidak tau malu".

"KAU YANG TIDAK TAU MALU LELAKI TUA!!". Wajah Bangchan memerah karena menahan emosi sedari tadi.

"Sudah Hyung, jangan begitu. Kita lihat siapa yang lebih pintar, kita atau dia!". Linoo memenangkan Bangchan.

"Ohh, kalian ingin melihat ku kalah? Tidak akan, walaupun aku hidup dibalik jeruji besi aku tidak akan pernah kalah dalam apa pun. Kau Linoo jangan pernah bermain-main dengan ku, kulihat kau sangat licik dalam permainan ini ya".

"Jangan bawa-bawa anakku dalam masalah hidup mu, kau sendiri yang membuat semuanya kacau bukan?, Lalu kenapa kau harus menyalahkan mereka?". Nonie terlihat semakin kesal dengan semua ucapan mantan suaminya itu.

"Ahh kau takut? Kau pasti takutkan? Hahaha.. permainan baru akan dimulai".

"Maka kami akan mengacaukan permainan mu Appa". Felix membuka suara.

"Ya, kami tidak akan membiarkan kau melakukan apapun itu untuk menyakiti kami semua". Seru Han.

"Bukan kah kau yang salah dalam hal ini? Kau meninggalkan kami lalu menikahi wanita lain, lalu wanita itu kehilangan nyawanya bersama anaknya namun kau menyalahkan kami? Aku sebenarnya bingung apa yang ada di dalam pikiranmu Appa. Bisa-bisanya kau masih menyalahkan kami padahal dirimu yang salah". Hyunjin tak habis pikir kenapa Ayahnya itu memiliki pemikiran yang buruk.

"Hyunjin kau tidak tau mengapa aku melakukan hal itu? Tentu saja aku tidak ingin ibu dan adik bungsu mu hidup!! Ini terlihat tidak adil bagiku, Kenapa yang harus meninggalkan dunia ini adalah istri ku dan anakku, bukan wanita tak tau diri ini dan adik bungsu mu!".

"Aku tidak tau lagi apa yang ada dalam dirimu? Kau seperti jelmaan iblis. Ya mungkin itu semua takdir tuhan bahwa anak dan istri mu harus kehilangan nyawanya, seharusnya kau mengirimkan doa untuk mereka agar tenang disana, bukan melakukan hal semacam ini". Nonie menahan diri untuk tidak menangis, kali ini ia harus terlihat kuat.

"Diamm kau!! Aku tidak butuh saran dari mu,, cihh".

"Baiklah, aku tidak akan memberikanmu saran, untuk apa aku memberi saran pada orang yang tubuhnya sudah di rasuki iblis-blis jahat".

"Aku tidak peduli".

"Yaa aku juga tidak peduli, ahh baiklah silahkan kembali pada ruang istirahat mu, maksud ku penjara. Ingat! Ini pertemuan terakhir kita, aku akan membawa mereka anak-anakmu yang kau benci ini untuk pergi jauh darimu".

Mereka lalu pergi meninggalkan lelaki itu yang sudah dibawa kembali ke jeruji besi.
Seketika air mata Nonie terjatuh deras, namun wajahnya masih terlihat tidak terjadi apa-apa oleh dirinya. Kau ibu yang kuat.

Didalam mobil Bangchan menanyakan perihal tadi, yang ia dengar bahwa ibunya itu akan membawa jauh mereka.

"Omma, kau bilang ingin membawa kami pergi jauh? Kau ingin kita kemana omma?".

"Aku ingin membawa kalian meninggalkan kota ini, kita akan pindah".

"Lalu bagaimana dengan rumah kita? Lalu toko roti milik mu omma? ".

"Soal rumah kita akan menjualnya pada orang lain, lalu toko roti akan omma turunkan pada bibi kalian".

"Bibi Yuri?".

"Iya, kau benar sekali".

"Kita harus meninggalkan rumah kita ya?, Ahh penuh kenangan dirumah itu omma. Mulai dari Jeongin yang selalu mengganggu kita ketika masak, ribut untuk membersihkan rumah, makan pagi siang malam bersama, teriakan-teriakan kita semua. Masih banyak lagi omma, apa kita betul-betul harus meninggalkan rumah penuh kenangan itu? Kau ingatkan omma, waktu kita pertama beli rumah itu yang dulu sangat kecil, sempit lalu jadi sebesar itu".

"Tapi omma harus melakukan itu Bangchan, tidak ada pilihan lain. Ini omma lakukan demi kita semua".

"Tentu saja omma, kami akan mendengarkan mu".

"Hei kau menangis Felix?". Han melihat Felix menyandar pada pundak Hyunjin sambil meneteskan air matanya.

"Tidak aku tidak menangis".

"Lalu itu air matamu? Kenapa mengalir?".

"Aku hanya mengingat kejadian-kejadian yang ada dirumah itu. Aku tidak bisa menahan emosi ku maka dari itu aku mengeluarkan air mataku". jelas Felix.

"Kita harus memulai kehidupan baru lagi, tetangga yang baru yang mungkin tidak sama dengan para tetangga kita, teman-teman baru yang mungkin juga tak sama dengan teman-teman di sini,lalu rumah itu.. aku tidak sanggup mengingat kenangan itu". Lanjutnya lagi.

"Betul juga katamu, kita harus memulai dengan yang baru". Ujar Hyunjin.

Nonie hanya bisa terdiam, ia tidak tahu apa yang dilakukannya ini benar atau salah. Atau bahkan menyakiti hati anaknya. Yang dikatakan Felix ada benarnya, mereka harus memulai dengan yang baru, udara baru, Susana baru, rumah baru, tetangga baru, dan lainnya lagi.
Bagaimana pun itu pikirkanlah sebaik mungkin.

"Omma kami belum makan". Han memecahkan keheningan.

"Ah tidak, omma lupa, baiklah kita beli makanan. Tapi kita makan dirumah ya, kasian Changbin, Seungmin,dan Jeongin yang menunggu kita, belum makan juga".

                                -***-

Eight StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang