Chapter 1| Glora Bakti

431 232 153
                                    


KRINGG!
KRINGG!!
KRINGG!!!

"Gue dah bangun dari tadi. Lo kok pemales banget sih baru bangun jam segini"

Sasha nampak seperti orang gila dipagi hari karna mengajak bicara handponenya yang bunyi sedari tadi.

Hari ini hari pertama Sasha bersekolah di SMA Glora Bakti. Setelah liburan yang kurang lebih 1 bulan yang sungguh membosankan dan tidak menyenangkan.

Ia segera mengenakan seragam sekolahnya yang terlihat elegan. Seragam putih, dan memiliki rok kotak berwarna biru ditambah jas navy gelap yang menutupi seragam putihnya. Dipadukan dengan dasi berwarna lerek lerek coklat. Seragam yang sangat cantik.

"Sa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sa... cepet turuun!! Makan ayo!" Teriak Astrit, mamah Sasha yang menggema seluruh kamar Sasha

"Iya mah." Balas Sasha tak kalah banternya.

Ia segera keluar dari kamar dan turun dari tangga. Tetapi sebelum itu ia melihat dirinya dicermin kaca. Rambutnya ia model dengan kuncir kuda yang terlihat sangat cantik, dan sudah terlihat dewasa.

"Oke gue emang cantik" kata Sasha menghadap kaca.

Ia segera keluar kamar dan bergegas menuruni anak tangga. Karna jika tidak mamahnya akan terus menerus berteriak memamggil namanya

"Pagi mah,pah" sapa Sasha sambil duduk disebelah Erlang. Mamah dan papahnya hanya membalas dengan senyum kecil.

"Pagi juga adek gue yang hobinya galoan" kata Erlang sambil menyiapkan mengoleskan selai di rotinya itu.

"Kak, sekali ajaa lo ga usah bikin mood gue berantakan dipagi hari. Bisa ga?"

"Ga bisa dong. Gue mah harus selalu bikin adik gue menderita" balas Erlang sambil mengedipkan matanya. Tingkat kesabaran Sasha sudah habis menghadapi kakak satu satunya ini.

"Kak gue seketika pingin bunuh lo"

"Aduh kalian pagi pagi udah ribut gini. Bikin mood Mamah hancur juga loh" kata mamah sambil menghadap Erlang dan Sasha

"Mah jadi aku biasanya dibilang mirip mamah sama papah. Nah situ anak kandung beneran mah?" Kata Erlang sambil tertawa. Muka Sasha sudah memerah bagai api. Ia sudah tak tahan dengan lelucun kakak yang satu ini.

"Kak gue megang peso loh" sinis Sasha menghadap Erlang seakan memberi makna tatapan membunuh

Erlang hanya ketawa dan menjulurkan lidahnya

"Sudah... Erlang ntar kamu antar Sasha ya. Bawa motor nya hati hati" kata papah sambil berdiri dan menyiapkan untuk pergi ke kantornya."iya pah, ni aku sama Sasha berangkat dulu ya" pamit Sasha dan Erlang pada kedua orang tuanya

Sewaktu perjalanan tidak ada pembicaraan antar keduanya. Sasha sudah muak dengan kakak nya ini. Jika tidak ada pasal" membunuh orang akan dipenjara+ akan mendapat dosa" Sasha sudah pasti akan membunuh kakaknya ini

Diotak Sasha kebayang hal hal aneh jika ia masuk kelas baru. Yang ia khawatirkan adalah ia menjadi salah satu korban bullying? Atau ia akan dilabrak kakak kelasnya karna ia mencintai senior? Atau ia tidak memiliki teman teman dikelasnya.

Kepala Sasha menggeleng cukup keras sampai ia sadar dari lamunannya yang mengerikan itu.

"KAK" Sasha berteriak sangat keras hingga mengemudi yang melewatinya menatap bingung. Padahal Erlang ada didepannya dan bukan termasuk orang yang tuli

"Dikira gue tuli apa? Ngomong ga usah banter kaya gitu bikin gue ga fokus nyetir bocah"

"Yaelah keceplosan. Kak ntar kalo dikelas baru gue bakal dibully ga ya kak?" Tanya Sasha polos menghadap kakaknya. Erlang sekarang duduk dikelas XI MIA 3 yang tergolong anak anak pintar. Bisa dibilang kakak-nya pintar fisika,kimia,biologi,bahasa inggris,dan matematika yang menurut Sasha adalah fobianya.

Tetapi, orang tuanya tidak pernah membanding bandingkan Sasha dengan Erlang. Karna mereka tau ada passion tersendiri yang Sasha miliki. Seperti Sasha meyukai pelajaran Matematika dari kecil. Ia bisa membuktikan nilai UN dari SD, smp sungguh sempurna

Erlang cukup famous di sekolah. Ia mengikuti Organisasi Osis dan salah satu anggota basket

Krik ...krikkk..

Diam sesaat. Sasha masih menunggu jawaban dari Erlang

"HAHAHAHAHAHAHA" tawa Erlang yang sangat banter. Sasha menjadi bingung, entah kakaknya yang mendadak kesurupan.

"Kak? Lo kesurupan ?"

"Lo bocah kadang pinter kadang bodo. Gimana sih cara kerja otak lo. Lo kan pinter cari temen noh. Mangkannya pas dapet kelas langsung masuk cari temen! Harus cepet cepet cari. Kalau lo ga punya temen siap siap aja jadi bahan bullyan. HAHAHA"

"Punya kakak satu kok gini amat" jawab Sasha sambil menonyol pelan kepala Kakaknya dari belakang. Ketika ia melihat jalanan matanya membulat, melihat seseorang yang sedang menaik motor memakai seragam sekolah sama seperti yang Sasha pakai.

Lampu merah sudah berganti menjadi hijau. Sasha tampaknya masih ragu terhadap anak tadi.

"Jangan bilang kalau anak tadi. AKHHH" teriak Sasha. Erlang yang melihatnya segera bertanya "lo gila apa gimana sih? Tiba tiba ngamuk sendiri."

"Kak seketika gue pingin pindah sekolah. Gue ga mau sekolah disitu Kak. Gamauuu. Kak ayoo balik ke rumah... Kakakkkk pulanggg ayoo"

Erlang semakin bingung apa yang terjadi sama Sasha. Erlang pikir Sasha habis melihat kakak senior yang ganteng dan ia tidak sanggup untuk melihatnya lagi. Akhirnya ia meminta untuk pulang

"Lo jangan gila dihari pertama lo sekolah deh. Inget gue anak osis jadi gue harus mandu anak anak baru juga." Kata Erlang sambil mematikan mesin motornya," Dah sampe lo tetep mau pulang? Sana naik angkot. Ogah gue ngelaksanain pikiran aneh lo itu" Erlang segera membuka Helm Full Face dan segera turun dari motor yang meninggalkan Sasha sendirian di parkiran

"Lah udah nyampe? Deket amat, tau gue sekolahnya jauh. Kalo gitu kita kesekolah jam 7 kurang 5 menit aja Kak" Sasha baru menyadari dirinya berbicara sendirian. Ia tidak sadar Erlang sudah meninggalkannya duluan masuk ke sekolah.

"Anjir punya kakak satu ga guna banget"

Sasha segera berjalan ke lapangan dan ia melihat ada segerombolan anak sedang melihat sesuatu di papan informasi. Sasha segera pergi ke tempat itu untuk melihat pengumuman nya.

Ternyata pembagian kelas. Sasha masuk di kelas XI MIA 2. Dalam hati Sasha harus menuruti perintah kakaknya. Segera ia mencari kelas itu. Dikelasnya sudah ramai teman teman baru.

Sasha terkejut melihat teman teman barunya. Sebuah senyum muncul dimuka Sasha setelah melihat salah satu teman kelas Sasha yang sedang fokus bermain game sengan teman di sebelahnya.


"Woi Verrel!!!"





"Woi Verrel!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Regret [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang