7. Lost

3K 444 19
                                    

Levi menghela napasnya kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Levi menghela napasnya kasar. Sudah tiga hari ini dia tidak bisa tidur dengan tenang setelah pertemuan terakhirnya dengan Rachel di lorong markas. Dia benar-benar tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Marah, kesal, bingung, dan takut akan dirinya sendiri. Belum lagi ekspedisi pertamanya akan dimulai dalam waktu dua hari lagi. Hari dimana dia akan melaksanakan rencananya dengan kedua temannya.

Ya, setelah bertemu dengan Rachel di lorong malam itu, Isabel dan Farlan menyusulnya ke atap markas untuk meyakinkan pria itu untuk mempercayai mereka berdua. Dan pada akhirnya dia luluh dan sepakat untuk tetap melaksanakan rencana mereka bersama-sama.

Dalam tiga hari ini juga dia tidak pernah melihat Rachel di sekitar markas. Gadis itu seperti sengaja menghindarinya. Toh, pada akhirnya mereka juga tidak akan bertemu lagi setelah ekspedisi ini berakhir.

Sejauh ini, Erwin Smith juga masih bersikap biasa saja padanya tanpa menaruh curiga sedikitpun. Dengan itu, Levi bisa mengatakan bahwa pria itu belum mengetahui rencana yang dia buat dari mulut Rachel.

"Aniki! Kenapa Rachel-chan tidak pernah terlihat ya semenjak dia jatuh waktu itu? Aku juga tidak menemukannya di ruang kesehatan." Keluh Isabel. Dia benar-benar sudah merindukan temannya itu.

"Entahlah." Jawab Levi singkat.

"Kau tidak apa?" Farlan yang merasakan perubahan sikap kawannya itu membuka suara.

"Ya." Lagi-lagi, Levi hanya membalas singkat.

Farlan hanya bisa mendesah pasrah mendengarnya. Dia yakin ada sesuatu yang mengganggu pikiran Levi, namun yang dia bisa lakukan hanyalah menunggu sahabatnya itu yang berbicara dengan sendirinya.

"Persiapkan diri kalian dengan baik, dua hari lagi kita akan keluar dari dinding besar ini." Ujar Levi sebelum akhirnya pergi meninggalkan kedua temannya.

〰️

Erwin Smith menatap gadis yang tengah duduk di kasurnya dengan pandangan gemas. Selama tiga hari ini Rachel terus merengek agar kakaknya itu tidak ikut dalam ekspedisi kali ini. Bahkan saat Erwin menyuruhnya untuk pulang ke rumah mereka, gadis itu menolak dengan keras dan lebih memilih untuk tinggal di kamar Erwin dalam Markas Pasukan Pengintai.

"Aku akan mengurungmu disini sampai mereka semua benar-benar kembali dari ekspedisi nanti, Erwin-san!"  Seru Rachel.

"Biasanya kau tidak seperti ini di ekspedisi-ekspedisi sebelumnya. Apa yang kau takutkan, hm?" Pria itu menyilangkan tangannya dan duduk di sofa yang ada di kamar itu.

"Aku tidak mau kau mati." Gumam Rachel pelan, namun gumaman itu masih dapat terdengar oleh Erwin. Dia tertawa kecil.

"Aku tidak akan mati selama aku belum menemukan jawaban dari asal muasal para titan itu, Rachel. Lagipula kau tahu sendiri aku ini pintar secara otak dan hebat dalam bertarung." Rachel mendecih mendengar kalimat terakhir yang di lontarkan oleh Erwin.

SPECTRUM // Levi Ackerman Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang