11 : Angry

2.7K 422 108
                                    

11 : Angry

.

.

Ketenangan di kediaman Uchiha pagi ini diusik oleh teriakan histeris seorang wanita. Keributan yang dibuat oleh wanita itu begitu besar hingga membuat semua orang keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Madara! Keluar kau! Keluar!"

Hinata membelalakkan matanya saat melihat sosok Mei Terumi yang kacau dan berantakan. Hilanglah sudah sosok wanita seksi yang percaya diri, elegan dan mempesona. Mei Terumi di hadapan mereka saat ini berpenampilan kusut dan acak-acakan. Tak ada riasan yang menghiasi wajahnya, bahkan dia juga tidak memakai alas kaki.

"Terumi." Madara menatap dingin wanita yang saat ini bertingkah seperti seseorang yang sudah kehilangan akal. Tidak ada lagi tatapan cinta ataupun sebutan 'Mei-chan' yang penuh sayang. Di matanya saat ini Mei tidak ada bedanya dengan orang asing yang berpapasan dengannya di jalan.

Hinata terkejut dengan sikap kakek Madara yang berubah drastis. Padahal beberapa malam yang lalu mereka masih makan malam bersama dan kakek Madara terlihat begitu sayang pada tunangannya itu.

Apa yang terjadi?

"Itu kau kan... orang yang melaporkanku ke polisi adalah kau kan?!" Mei berteriak dari luar pagar. Kedua tangannya mencengkeram pagar besi dan seolah ingin menghancurkannya agar bisa meraih Madara dan menghabisinya. Mungkin jika Mei diijinkan masuk, dia pasti akan melakukan itu.

Madara hanya diam. Tidak membantah ataupun mengiyakan perkataan Mei.

Tapi terkadang kebisuan merupakan jawaban yang pasti.

"Keparat kau! Keparat! Mati saja kau!" Teriakan Mei semakin berubah histeris.

"Suatu saat nanti aku memang akan mati. Tapi aku yakin ketika ajal menjemputku kelak kau mustahil bisa merasakan seperti apa udara bebas di luar penjara."

Perkataan Madara membuat semua orang terdiam, bahkan Mei turut kehabisan kata-kata untuk sesaat.

Lima unit mobil polisi datang dan mulai mengepung kediaman Uchiha. Para polisi berseragam lengkap turun dari mobil dan meminta Mei untuk menyerahkan diri.

"Kau... kau...." Mata Mei terbelalak lebar, seolah tidak percaya polisi bisa datang secepat ini dan hendak menangkapnya.

Madara tersenyum penuh kemenangan. "Aku tahu kau akan datang menemuiku, itulah mengapa aku meminta polisi berjaga-jaga di sekitar sini."

Hinata meraih lengan baju Itachi dan menariknya. "A-apa yang sebenarnya terjadi?"

Itachi menoleh ke arah Hinata yang berdiri di sampingnya. Matanya secara sekilas melirik tangan Hinata yang masih mencengkeram lengan bajunya. Pada akhirnya ia tidak melakukan apapun dan tetap membiarkan lengan bajunya dalam kekuasaan Hinata.

"Kakek melaporkan semua kejahatan Mei pada polisi."

Mata Hinata membulat seolah ia merasa terkejut dengan kabar ini.

Mei yang kini sudah diborgol polisi masih belum berhenti berteriak. "Brengsek kau Madara! Lihat saja nanti, aku akan membalasmu! Aku akan membalasmu untuk semua ini! Uchiha Madara, kau itu sampah! Brengsek! Keparat! Jika aku mati maka aku akan menantimu di neraka!"

Hinata merasa seseorang seperti Mei begitu jahat, buruk dan mengerikan, bahkan dia lebih mengerikan dari hantu. Apa yang kau tanam, itulah yang akan kau petik. Kesalahan yang diperbuat Mei, dia sendiri yang harus menanggungnya. Mengapa Mei menyalahkan kakek Madara?! Seharusnya Mei tahu kelak akan ada karma yang harus diterimanya. Jika tidak ingin diringkus polisi dan mendekam di penjara, seharusnya dia tidak melakukan perbuatan buruk.

Oh My Ghost!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang