Ch.6

539 79 16
                                    

Hening dan canggung.

Itulah suasana yang tepat untuk menggambarkan suasana mobil hyunjin saat ini. Baik hyunjin maupun jeongin masing-masing tidak ada yang mau membuka percakapan duluan.
Hingga akhirnya jeongin mengantuk. Bocah yang katanya sudah besar itu memang memiliki jam tidur yang cepat, tidak pernah lewat diatas jam 8. Dan jam di dashboard mobil milik hyunjin sudah menunjukkan pukul 8.10.

Jeongin terlihat sudah menyandarkan kepalanya di kaca jendela mobil. Tangan kecil jeongin terangkat untuk menggosok pelan matanya. Sebuah uapan halus keluar sebagai penutup dari mulut jeongin, kemudian rubah itu jatuh tertidur

Jalan jakarta akan selalu ramai dan padat. Traffic jam yang menjengkelkan, ditambah pengemudi yang egois dimalam hari menjadi momok tersendiri bagi pengendara seperti hyunjin. Pria dingin itu tahu, bahwa jeongin tak akan sampai dirumahnya sebelum pukul sembilan malam. Baru saja ingin bicara pada jeongin, kedua netranya malah menangkap pemandangan menggemaskan. Wajah yang damai dan tenang itu tertidur dengan lucu. Pipinya yang gembil terlihat mengembang kala sang rubah tertidur.
Baru sedetik hyunjin mengagumi pahatan sempurna wajah jeongin, suara klakson dibelakang menyadarkannya.

Well, ayo kita doakan agar hyunjin tahan tak melihat jeongin selama ia mengemudi.

Well, ayo kita doakan agar hyunjin tahan tak melihat jeongin selama ia mengemudi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kendaraan hyunjin berhenti tepat didepan rumah minimalis milik jeongin. Hyunjin menarik persnelingnya, kemudian mengantukkan dahinya pada kemudi mobil. Susah juga ternyata mengemudi mobil tanpa terganggu bayangan tentang jeongin tertidur disebelahnya.

Hyunjin sibuk melamun hingga tak sadar ada sebuah mobil yang membunyikan klakson sedari tadi. Sadar bahwa tujuan mobil tersebut adalah rumah jeongin, hyunjin kemudian memajukan kendaraannya sedikit ke depan, membiarkan mobil dibelakangnya memasuki perkarangan rumah jeongin.

Hyunjin tak boleh berlama-lama disini. Ia tak mau dicap buruk juga karena terlalu lama berada didepan rumah orang lain.

"Senja, bangun. Sudah sampai, nih," hyunjin menggoyankan tubuh jeongin pelan.

"Bunaa, adek ngantuk," racau jeongin.

"Saya bukan bunda kamu. Ayo bangun," tukas hyunjin. Lalu ia keluar dari mobil dan membukakan pintu jeongin setelah memastikan si kecil tak lagi bersandar pada kaca jendela pintu.

Hyunjin mengulurkan tangan pada jeongin, "Ayo, bangun. Sudah malam, saya harus pulang juga," yang akhirnya disambut oleh mata lima watt jeongin.

"Hmh, ayo," cicit jeongin.

Baru saja mau mengetuk pintu rumah jeongin, seorang pemuda berpakaian kantor kusut menghadang mereka.

"Siapa kamu? Ngapain bawa punya saya?" Tanyanya tajam. Hyunjin yang bingung siapa pemuda dihadapannya hanya mengerutkan alisnya. Apa-apaan itu? Punya saya? Siapa?

𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang