ch. 27

285 51 19
                                    

hyunjin mengemudi tergesa menuju kediaman milik jeongin. pemuda maret itu terlihat memukul roda kemudi beberapa kali ketika ia terjebak macet atau ketika lampu berwarna merah menyala terang.

meski sempat diteriaki beberapa pengguna jalan raya yang sama seperti dirinya, hyunjin tak ambil pusing. yang ia butuhkan sekarang hanyalah memastikan bahwa apa yang disampaikan oleh felix mengenai pesan singkatnya dengan jeongin tidaklah benar.

"kal, senja bilang dia gabisa dateng ke rs. dia bilang dia udah ga di jakarta. lo tau dia kemana?" kira-kira begitulah tanya felix sambil mengernyitkan dahinya heran, sedang hyunjin yang mendengarnya langsung saja melesat pergi tanpa menghiraukan yang lain.

"kamu kok tega sih ninggalin saya, senja," hyunjin menggigit ibu jarinya kalut.

begitu sampai di depan kediaman yang lebih muda, hyunjin segera memakirkan mobilnya asal-asalan dan melangkah buru-buru ke depan pintu rumah.

meski terkesan tak sabaran, hyunjin tetap mengetuk pintu rumah dengan sopan, berharap jeongin akan membuka pintu, dan membanting pintu hingga tertutup ketika ia melihat yang datang adalah pria yang menggoreskan sebuah luka di hatinya.

kaki hyunjin menghentak tak beraturan, "senja, ayo, buka pintunya."

cklek

"senja-"

adalah ternyata yoona yang menyambutnya di depan pintu dengan senyum yang dipaksakan ketika melihat kedatangan hyunjin, "ada apa ya, nak sekala?"

hyunjin terhenyak sebentar, lalu tetap berusaha tenang ketika bertanya, "bunda, senja kemana ya?"

yoona menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan hyunjin, kemudian hendak menutup pintu sebelum hyunjin menghadangnya, "bunda, senja kemana? kok saya engga diberi tahu?"

"m-maaf ya nak sekala, bunda juga engga tau."

"bunda-"

"maafin bunda ya," ujar yoona dengan suara tercekat sebelum menutup pintu, meninggalkan hyunjin mematung tak percaya.

sepuluh menit berlalu, hyunjin tetap berdiri di tempatnya sekarang sambil merenung tak percaya. jeongin meninggalkannya tanpa tanda apapun, dan sekarang hyunjin bahkan tak tahu ingin mencari jeongin kemana. masa perkenalan mereka terlalu singkat sehingga hyunjin benar-benar tak tahu apapun tentang jeongin.

dan hyunjin menyesali hal itu.

seandainya saja ia mau mencoba bertanya banyak hal pada kekasih mungilnya itu, maka harusnya semuanya tak akan menjadi seperti ini.

suara dering nada telepon membuyarkan lamunan hyunjin. pemuda maret itu kemudian merogoh kantungnya dan mengeluarkan ponsel miliknya. oh, ternyata felix meneleponnya.

"ada apa?"

"kal, ini si jian berontak! dia nyariin lo ini- aduh, bin pegangin dulu jiannya, kal cepet balik!"

"lixiano, gue-"

belum sempat hyunjin menyelesaikan kalimatnya, felix sudah terlebih dulu mematikan sambungan.

"semoga jian ga kenapa napa," hyunjin bergumam kemudian langsung berlari menuju mobilnya untuk kembali ke rumah sakit.

"semoga jian ga kenapa napa," hyunjin bergumam kemudian langsung berlari menuju mobilnya untuk kembali ke rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang