Ch.23

299 57 11
                                    

derap langkah kaki menggema di lorong berdinding putih. bau khas obat-obatan menyeruak di indra penciuman jeongin yang kini berusaha keras menghalau rasa pening dikepalanya.

"bin! jian mana?" hyunjin langsung mencecar changbin yang sedang duduk lemas dibangku lorong rumah sakit.

"jian didalem.. dokter lagi operasi dia.." tatapan kosong changbin jatuh pada lantai bersih didepannya.

"lixiano? mana?" hyunjin celingukan mencari sosok yang biasanya mendampingi changbin kemana-mana.

changbin diam sebentar, kemudian melanjutkan, "lixie baik-baik aja. dia ada di ruang inap intensif sekarang," akhirnya changbin mendongak menatap hyunjin.

hyunjin bingung, felix? kenapa dia ada di ruang inap?

jeongin maju, bertanya pada changbin, "kak bintang, kak felix ada di kamar nomor berapa? senja mau liat.."

changbin tersenyum melihat ekspresi jeongin yang khawatir, "kamu ke bangsal vip. tanya suster kamar felix adijaya, nanti dianter sama dia."

jeongin menatap pada hyunjin, meminta izin, "iya sayang, samperin dulu kak felixnya, nanti saya nyusul, ya?" hyunjin mengusak helaian lembut jeongin, lalu mengecup keningnya lama.

"kak bintang, kak sekala, senja pergi dulu." pamit jeongin sebelum berlari kearah yang berlawanan dari saat awal dia datang tadi.

memastikan kalau jeongin sudah menjauh, hyunjin menatap changbin tajam, meminta penjelasan sejelas mungkin. "jadi, lo gamau bilang ke gue? ini ada apa?"

mendengar kalimat hyunjin, changbin kembali menunduk sambil menarik napas dalam-dalam. "tadi jian sama lixie ketemu langit, kal."

hyunjin terdiam ketika mendengar nama orang yang ia benci keluar dari mulut changbin.

"langit yang bikin jian masuk ruang operasi. langit juga yang bikin felix kena shock dan luka ringan," suara changbin memarau di akhir kalimat.

"g-gue gagal lindungin orang yang gue sayang, kal. gue gagal," setitik kristal bening jatuh dari mata changbin.

yang lebih muda tak tahu ingin bereaksi apa, sebab baik seungmin maupun jisung dan felix, semuanya orang yang pernah berperan penting dalam hidupnya.

tangan hyunjin terangkat untuk memijat pangkal hidungnyaa, "sekarang langit gimana?"

"langit dibawa sama polisi yang gue bawa buat nyelamatin jian sama lixie waktu itu. gue udah gatau lagi kabar dia kayak apa."

usai changbin bicara, lampu penanda operasi mati, mengisyaratkan kalau operasi telah rampung dan pasien siap untuk dipindahkan, entah ke ruang mayat atau ruang rawat inap.

seorang suster berjalan keluar dari dalam, memanggil changbin yang sudah berdiri menanti kabar, "keluarga pasien atas nama jian mahesa?"

"iya sus, kita berdua. jian gimana keadaannya?" tanya changbin tak sabaran, sedang hyunjin hanya diam menyimak jawaban yang akan keluar dari mulut si suster.

"pasien mengalami retrograde amnesia yang disebabkan oleh hantaman keras dibelakang kepalanya,  keadaan pasien akan dijelaskan lebih lanjut oleh dokter yang bersangkutan. pasien jian mahesa akan dipindahkan ke ruangan rawat inap intensif seperti yang bapak pesan. saya permisi," suster tersebut langsung berlalu setelah selesai menjelaskan keadaan jisung didalam.

changbin mengacak-acak rambutnya frustasi, "langit sialan! liat aja, sampe keadaan jian lebih parah dari ini, gue pastiin hidup lo ga tenang!" changbin berteriak mengeluarkan segala kegundahannya.

hyunjin memilih untuk duduk di kursi dan merenung. apa ia keterlaluan karena tidak memperhatikan jisung belakangan ini? apa ia salah karena terlalu mementingkan jeongin diatas jisung yang jelas-jelas merupakan orang yang lebih lama ada di hidupnya dibanding jeongin?

𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang