Ch.11

407 67 34
                                    

Rasanya sulit untuk percaya bahwa sekarang hyunjin mengunjungi kediaman jeongin hampir setiap hari.

Iya, hampir setiap hari. Udah kayak rutinitas aja.

Dan kalau hyunjin ga main ke rumah jeongin, sudah pasti jeonginnya yang dibawa ke coffee shopnya. Tzuyu dan renjun saja sudah sampai hafal kebiasaan bos dan gandengan barunya itu.

Dan hari ini jadwalnya jeongin nemenin hyunjin di coffee shop. Si kecil sedang asyik keliling-keliling coffee shop minimalis hyunjin sebelum kedua netranya menangkap siluet renjun dan tzuyu sedang berbincang di depan mesin penggiling kopi.

Jeongin berjalan mengendap-endap dan menyembunyikan tubuh mungilnya di belakang rak kopi, ingin menguping pembicaraan kedua pegawai utama coffee shop hyunjin selain felix.

"Yu, kok gue baru kali ini ya liat si kak sekala banyak senyum?" Tanya renjun heran.

"Sebenernya sih, jauh sebelum lo masuk kan gue udah masuk, ya. Kak sekala tuh dulu udah punya gandengan sebelum si bocah manis ini," tzuyu tak mengalihkan pandangannya dari mesin penggiling kopi.

Renjun yang pada dasarnya penasaran kemudian lanjut bertanya lagi, "serius? Tapi kak sekala keliatan senyum terus ga yu? Sama kayak pas sama si dedek manis," ah, pipi renjun sedikit memanas ketika mengingat paras manis jeongin.

Tzuyu menggali memori didalam otaknya. Memori yang ia dapatkan saat awal bekerja disini, "ga sih, pas awal gue masuk, gue malah ga sengaja lihat kak sekala berantem sama pacarnya. Eh, pacarnya bukan, ya? Gatau sih, yang penting waktu itu mereka berantem. Dan kak sekala seinget gue nangis disitu."

Jeongin terhenyak sebentar. Hyunjin? Menangis?

Mulut renjun menganga lebar, "seorang kak sekala? Kak sekala bumi? Nangis?! Wow.. berarti pacarnya kak sekala yang dulu hebat banget sampe bisa bikin dia nangis."

Jeongin tak tahan menguping. Ia putuskan untuk meninggalkan rak kopi dan muncul didepan renjun dan tzuyu secara langsung.

Baru tzuyu ingin menjawab kalimat hiperbola renjun, sebuah suara riang menginterupsinya.

"Halo kak panca! Kak ayu!"

"E-eh, halo juga dek senja," tzuyu menyapa kaku. Matanya mendelik tajam pada renjun, takut-takut si bocah manis mendengar perbincangan mereka.

"Apaan si- eh, halo adek manis," renjun yang tadinya kesal langsung gugup saat melihat jeongin.

"Tadi kak ayu sama kak panca ngomongin apa? Aku denger sekilas.. hehe," jari telunjuk jeongin saling bertaut lucu, menambah kesan imut didepan tzuyu dan renjun.

Kalau ini dunia komik, pasti renjun dan tzuyu sedang mimisan sekarang.

Gemes banget calon pacarnya si bos!

Tapi, pertanyaan si rubah gurun tadi menyadarkan keduanya.

"Mampus," ujar mereka berbarengan.

"D-dek senja, kak ayu kebelet nih, aduh, mau ke toilet!" Tzuyu melesat keluar ruangan tanpa memikirkan renjun dibelakangnya.

"Loh, ayu, tunggu dong! Duh, maaf ya adek manis, kak panca harus layanin pelanggan. Tuh, rame depan kasir. Dadah!" Renjun mengusak surai jeongin sebentar sebelum akhirnya ikut melesat keluar ruangan.

"Apanya rame, orang kasir aja sepi gitu," si kecil menghentakkan kedua kakinya kesal, kemudian memutuskan untuk balik ke ruang kerja hyunjin.

Pemandangan hyunjin yang tengah memijat pelipisnya frustasi menyambut jeongin. Ah, hyunjin sibuk rupanya. Berkali-kali jeongin dengar hyunjin menghembuskan napas lelah sembari mengepalkan kedua tangannya.

𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang